Foto: Manchester Evening News

Siapa sih yang tidak suka Eric Cantona. Dia adalah salah satu dari sekian banyaknya legenda United yang disukai karena karakternya yang unik. Ia bengal, berani, berwatak keras, dan kata-kata yang keluar dari mulutnya layaknya seorang filsuf yang sarat akan makna.

Dia adalah kepingan puzzle terakhir United yang membawa tim ini memutus puasa gelar liga yang terjadi 26 tahun. Sayangnya, dia juga harus meninggalkan United dengan cepat karena memutuskan pensiun saat usianya baru 31 tahun.

The Athletic berkesempatan mewawancarai sosok yang juga akrab dengan julukan King ini. Di sini, mantan pemain Leeds tersebut mengeluarkan pandangannya tentang pengalamannya menjadi pemain sepakbola dan juga menjadi seorang manusia.

Pada bagian kedua ini, Eric bercerita soal alasannya memboikot Piala Dunia Qatar, momen perayaan golnya ke gawang Sunderland, dan gairah baru setelah ia pensiun dari sepakbola yaitu akting.

Saya Boikot Piala Dunia Qatar

“Piala Dunia hanya tentang uang dan cara mereka memperlakukan orang yang membangun stadion, itu sangat mengerikan. Ribuan orang meninggal tapi beberapa orang lain merayakan Piala Dunia ini. Secara pribadi, saya tidak akan menontonnya. Saya paham kalau sepakbola adalah bisnis, tapi itu adalah satu-satunya tempat di mana semua orang bisa memiliki kesempatan.”

“Jika Anda punya pemain yang akan berkata siap boikot Piala Dunia, Anda akan berkata ‘Bravo’. Tapi Anda tidak bisa mengutuk pemain berusia 20 tahun yang hidupnya sudah dikelilingi sepakbola 24 jam per hari.”

“Tapi, di atas pemain ini ada politisi, presiden, federasi, menteri. Mereka adalah kekuatan yang seharusnya mengatakan ‘tidak’. Kekuatan ini yang harus diperlukan dan bukan berasal dari para pemain.”

“Untuk menjadi duta pun bahkan saya tidak mau. Pada Januari 2022, saya sudah berkata dan mungkin saya yang pertama. Tapi, mungkin saja mereka yang dibayar untuk mempromosikan turnamen ini tidak tahu apa yang terjadi di sana. Kalau mereka sebenarnya tahu, maka mereka membuat kesalahan besar. Kesalahan yang sangat besar.”

Perayaan Gol ke Gawang Sunderland

“Kami bekerja keras untuk membuat momen seperti ini. Jika Anda menjalani momen ini di stadion kosong, maka itu tidak sama. Jadi, jika saya memberi sesuati yang berkesan, maka mereka juga telah memberi saya sesuatu yang berkesan pula. Perayaan itu mengambil energi dari ribuan orang.”

“Tidak terpikir sebelumnya kalau saya akan merayakan gol seperti ini. Anda lihat beberapa pemain yang selalu merayakan gol dengan cara yang sama tapi itulah momen unik dari sebuah gol. Setiap momen dalam hidup adalah spesial dan unik yang mana Anda tidak bisa mengulanginya. Terkadang, Anda menemukan momen yang Anda sukai dan Anda ingin mengulanginya keesokan harinya dan itu tidak berhasil. Kalaupun berhasil, rasa dan energinya pasti tidak sama.”

Pandangannya Soal Akting

“Sepakbola itu unik, intensitasnya unik, tapi ketika Anda pensiun dari sepakbola, Anda memiliki gairah baru dan saya beruntung orang masih mau bekerja dengan orang yang ingin mengekspresikan diri. Saya senang karena saya masih menjalani momen hebat di dunia yang menurut saya jauh lebih baik dari sekadang menjadi manajer atau bertahan di dunia sepakbola.”

“Saya mengagumi Ryan Giggs dan Paolo Maldini karena mereka bisa lama di sepakbola. Sesuatu yang tidak bisa saya lakukan karena saya cepat bosan dan itulah kenapa saya memiliki gairah lain yaitu akting.”