foto: manutd.com

Louis van Gaal pastilah bahagia. Segala kepercayaannya dibayar dengan tuntas. Pada Juni 2014 silam, Van Gaal, di tengah keterbatasan, memainkan formasi 3-5-2 di kompetisi yang maha penting: Piala Dunia. Ia pun menurunkan seorang wingback yang langsung meledak di pertandingan pertama. Nama wingback tersebut bernama Daley Blind.

Banyak yang meragukan penampilan Daley, meskipun tak sedikit yang berharap kalau ia diwarisi kemampuan hebat seperti ayahnya, Danny Blind. Namun, pertandingan pertama di Piala Dunia 2014, pada Jumat (13/6/2014) malam itu amatlah memesona. Daley melepas dua asis sebagai kontribusi saat Belanda menghancurkan Spanyol 5-1.

Daley pun melepas empat umpan kunci. Dalam bertahan, ia melakukan tiga tekel, empat intercept, dan sekali sapuan. Capaian ini membuat nama Daley meroket. Ia menjadi salah satu alumnus Piala Dunia 2014 yang diincar banyak kesebelasan.

Pada akhirnya, Daley mengikuti jejak Louis van Gaal ke Manchester United. Banyak yang merasa kalau Daley akan menunjukkan kehebatannya di Old Trafford. Apalagi, kala itu, ada Robin van Persie sebagai ujung tombak The Red Devils.

Namun, kenyataan tak seindah khayalan. Van Gaal hadir di saat United tengah terguncang, tak punya lagi kepercayaan. Van Gaal tak bisa lagi sekadar “membangun”. Oleh karenanya ia mesti bereksperimen, salah satunya dengan kembali menggunakan formasi tiga bek dan menempatkan Daley sebagai wingback.

Krisis di lini pertahanan karena cedera membuat Daley ditempatkan sebagai bek tengah. Secara visual, sulit untuk yakin pada seseorang yang cungkring untuk mengawal lini pertahanan. Namun, Daley bertransformasi menjadi tembok kuat di lini pertahanan.

Komandan di Lini Belakang

Blind van Gaal

Posisi asli Daley sejatinya bukan seorang bek. Di Ajax Junior, ia bergerak di lini tengah. Di Groningen, Daley bermain sebagai bek kanan, sementara di Ajax senior, ia bermain di pos bek kiri. Saat meraih Dutch Footballer of the Year pada musim 2013/2014, Daley justru bermain sebagai gelandang bertahan.

Pesepakbola yang mencetak gol kerap lebih diingat ketimbang mereka yang melakukan penyelamatan. Sialnya, sebagian besar waktu Daley di United dihabiskan untuk bertahan ketimbang mencetak gol.

Kesialan Daley terus berlanjut karena gaya bertahan yang ia lakukan disebut begitu text-book. Ia jarang melakukan gerakan-gerakan tertentu saat bertahan.Segala yang ia lakukan jarang mengejutkan karena segalanya sudah diperhitungkan.

Hal ini tentu berbeda jika dibandingkan dengan Eric Bailly yang begitu mencolok saat melakukan aksi pertahanan. Eric sering memaksimalkan kecepatan dan kekuatan tubuhnya saat bertahan. Di sisi lain, tugas Daley terlihat lebih “mudah” karena ia menggunakan “otaknya”. Daley unggul dalam kemampuan teknis dan membaca ruang. Hal ini yang membuatnya jarang mendapatkan kredit meski ia berperan besar dalam menjaga pertahanan.

Dengan kemampuannya tersebut, Daley lebih sering melakukan intercept dan menutup lubang di area pertahanan. Daley dianggap cocok untuk sistem permainan possesion. Umpannya yang akurat, membuatnya begitu bernilai. Di sisi lain, dengan pembacaan ruang yang baik, ia bisa menjadi solusi dari serangan balik yang dilancarkan oleh lawan.

“Semua penyerang yang bertemu Blind musim lalu, utamanya Romero Lukaku dan Sergio Aguero, bermain tidak efektif saat ditanam di depan Blind untuk ‘menunjukkan kelemahannya’. United menang 1-0,” tulis MUFCLatest.

MUFCLatest pun berani menulis kalau Daley adalah pemain paling pintar di klub. Selain kemampuan teknis, ia pun mampu mengomandoi rekan-rekannya saat membantu pertahanan.

Soal Lukaku, mantan bek United, David May, pernah bicara seperti ini, “Bukan aku sendiri yang merasa kalau Lukaku akan menguliti Daley Blind. Aku selalu takut saat berulang kalu melihat nama Blind sebagai bek tengah pada musim lalu, tapi ia selalu membuktikan kalau akusalah. Dia benar-benar melakukannya saat menghadapi Lukaku, yang merupakan penampilannya yang paling tenang.”

Tenang dan Pintar

May merasa kalau penempatan posisi Daley amat baik. Ia kerap tak terpancing saat lawan mencoba untuk memaksimalkan kelemahannya, dengan menggunakan kekuatan fisik. Hampir jarang Daley beradu kekuatan fisik dengan pemain lawan.

“Dia pintar,” terang May. Daley awalnya terlihat mampu dienyahkan dengan mudah oleh penyerang lawan lewat adu fisik. Namun, Daley selalu tahu kapan waktu yang tepat kapan harus mundur dan menghindar.

Salah satu alasan dari kecerdasan Daley adalah kebiasannya menjadi gelandang. Sebagai pusat permainan, seorang gelandang tahu benar bagaimana memandang pertandingan dalam perspektif yang luas. Ia harus bisa menempatkan posisi dan tahu kapan dan ke mana umpan diarahkan.

Meskipun demikian, Daley tidak begitu populer sebagai pemain yang tampil mencolok utamanya buat penggemar United. Ia bukan Chris Smalling yang mencatatkan rating 10.0 atau yang tertinggi di situs Whoscored. Tapi Daley punya daya tarik lain. Ia mudah bergaul dan punya semangat untuk bekerja keras.

Hampir Pergi Musim Ini

MOU BLIND

Sebelum musim berakhir, rumor beredar dengan kencang kalau Daley akan dijual. Ia dianggap tidak sesuai dengan rencana permainan Jose Mourinho sebagai manajer baru. Daley pun diminta untuk bekerja keras dan menunjukkan kemampuannya.

“Anda mungkin mencari soal pernyataan [tentang masa depanku], tapi aku akan berusaha sekuat tenaga di bawah Mourinho. Kami akan menunggu dan menanti apakah ada sesuatu yang berubah padaku,” kata Daley.

Salah satu hal yang membuat Daley memberi garansi adalah bagaimana United pada musim lalu menjadi kesebelasan dengan kebobolan paling sedikit, bersama dengan Tottenham Hotspur dengan 35 kali kebobolan. Padahal, United hanya menempati peringkat kelima.

“Aku mungkin tidak sebesar Pepe, tapi aku pikir aku telah menunjukkan di Premier League kalau aku bisa bermain bertahan. Kami kebobolan paling sedikit di Premier League (musim lalu) dan aku pikir kami yang paling banyak clean sheets. Itu sesuatu yang dibanggakan,” ucap Blind.

Soal masa depan Blind ini bukannya tanpa alasan. Pasalnya, Mou pernah memberikan sejumlah kriteria yang dianggapnya cocok untuk mengawal lini pertahanan.

“Sebagai manajer, aku lebih suka spesialis, bukan pemain yang multifungsi. Aku senang dengan satu atau dua pemain multifungsi karena saat Anda berada dalam masalah, Anda perlu orang yang bisa mengisi ruang kosong itu. Kalau tiga bek Anda cedera, Anda perlu semacam bek kiri atau gelandang yang bisa diandalkan,” kata Mou.

Bila dibandingkan dengan dua bek Chelsea saat memenangi Premier League 2014/2015, capaian dalam hal duel udara amatlah sulit dibandingkan. Gary Cahill melakukan 134 sapuan kepala sementara John Terry 131. Blind? Cuma 63!

Dalam hal ini terlihat kalau Mou ingin bek yang mampu menghalau bola atas, sesuatu yang tak dimiliki oleh Blind. Namun, segalanya berubah pada musim ini.

Daley menjadi satu dari tujuh pemain yang tidak pernah absen dan digantikan dari tujuh pemain United. Capaian ini terbilang mengherankan karena ia ada bersama Eric Bailly, Antonio Valencia, Luke Shaw, dan David De Gea. Kompatriotnya di lini belakang sejatinya sama sekali bukanlah tipe Mou, kecuali Shaw.

Mou justru mengubah segalanya. Ia menjadikan Shaw sebagai pemain utama, setelah lebih banyak berkutat dengan cedera. Mou juga mengembalikan performa apik Valencia. Di sisi lain, Mou pun membuat De Gea seperti makan gaji buta karena serangan lawan kerap dipatahkan sebelum sampai dirinya.

Kecerdasan Daley jelas terlihat dari statistik. Intercept yang ia buat merupakan yang terbanyak. Bahkan, hingga pekan ketiga, Daley belum membuat pelanggaran!

Nama Blind mengingatkan banyak orang pada Michael Carrick. Banyak yang merasa kalau Carrick tak memberikan kontribusi maksimal. Di sisi lain, tim pelatih justru melihat kalau Carrick adalah gelandang paling diremehkan hanya karena ia jarang meliuk-liuk dengan bola dan melakukan sesuatu yang mengejutkan. Padahal, Carrick punya kemampuan membaca ruang dan menjadi stabilisator di lini tengah.

Hal senada terjadi pada Blind. Banyak yang merasa kalau ia tidak begitu hebat di lini belakang. Namun, yang jelas ada sejumlah pemain yang tidak merasa demikian, termasuk Abel Hernandez, yang tak bisa berbuat apa-apa saat dijaga oleh United kala menang 1-0 dari Hull City pekan lalu.

Kalau Bailly ganas seperti setan, Blind justru menjadi seseorang yang kelewat “sopan”.

 

Bailly trengginas. Michael Carrick di lini belakang.