Foto: Guardian

Apa persamaan antara Ole Gunnar Solskjaer, Dave Bassett, Roberto Martinez, dan Paul Lambert? Keempat orang ini sama-sama mencapai laga ke-100 nya sebagai manajer di Premier League ketika melawan Everton.

Yang menarik, empat orang ini sama-sama meraih hasil serupa yaitu tidak mampu meraih kemenangan. Ole Gunnar Solskjaer gagal memutus tren buruk tersebut setelah hanya bermain imbang 3-3 atas rival dari Liverpool itu. Kemenangan 9-0 yang mereka raih tidak bisa dipertahankan dan membuat United kini hanya punya satu kemenangan dari empat pertandingan terakhir.

Keharusan untuk menang memang sangat penting. Menurut Paul Scholes, hasil-hasil melawan tim seperti Everton merupakan hasil pertandingan yang harus dimenangkan jika memang ingin dianggap sebagai penantang gelar. Alasannya sederhana yaitu karena United belum bisa menang melawan tim besar musim ini sehingga United harusnya meraih banyak poin dari tim menengah ke bawah.

Pada awal babak pertama, permainan United tidak berjalan dengan maksimal. Mereka sulit sekali untuk masuk sepertiga akhir. Tidak bisa bermain sederhana dan beberapa kali mengeluarkan skill-skill yang tidak perlu. Sebaliknya, Everton begitu mudah untuk mengancam United meski kemudian end passing mereka juga tidak cukup bagus. Ketika anak asuh Carlo Ancelotti ini mendapat bola, mereka langsung bermain cepat dan memberi bola langsung ke Calvert-Lewin atau Richarlison di kiri yang berkolaborasi dengan Lucas Digne.

Namun, gelombang keyakinan United tiba-tiba meninggi, terutama pada setengah jam terakhir babak pertama. United lebih mudah menguasai bola dan memberi ancaman ke lini belakang Everton. Hasilnya, keunggulan 2-0 pada babak pertama berkat kepala Edinson Cavani dan tendangan ciamik Bruno Fernandes.

Sebelum gol Bruno, United kehilangan Paul Pogba akibat cedera. Namun, kehilangan ini tidak terlalu sebagai ancaman karena Fred juga menjadi pemain terbaik United untuk musim ini. Lagipula, tidak sedikit yang menyebut kalau adanya Pogba justru membuat Bruno sulit untuk berkreasi.

Inkonsisten

Skor 2-0 pada babak pertama sebenarnya sudah membuat suporter United puas. Pasalnya, hingga babak pertama berakhir, ancaman tim tamu bisa dihitung jari. Ole tinggal bagaimana memperkuat lini tengah dan belakang lalu kemudian mencari satu sampai dua gol untuk kill the game.

Namun, lagi-lagi United menunjukkan penampilan yang inkonsisten. Hanya dalam tujuh menit, skor tiba-tiba menjadi 2-2. Penampilan lini belakang mendadak amburadul dan serba tidak terkoordinasi. Sebenarnya, tidak bersinerginya lini belakang United sudah terlihat pada babak pertama. Hal itu terlihat dari beberapa kali jebakan offside yang gagal. Ironis, mengingat sebelum ini penampilan lini belakang United begitu bagus ketika melawan Liverpool dan Arsenal.

Tiga gol tim tamu bahkan datang hanya dari tiga shots on target yang mereka terima. Menandakan kalau lini belakang United berperan penting atas tiga gol ini. Meski Ole menyebut kalau hasil ini murni kesalahan semua pemain, namun sulit untuk tidak menyoroti kinerja lini belakang.

Gol pertama dari Doucoure misalnya yang datang karena tepisan bola tidak sempurna dari De Gea. Padahal, bola tendangan Calvert-Lewin tidak terlalu keras. James juga tidak dijaga dengan baik. Yang paling fatal tentu gol terakhir karena datang dari kelemahan United yang sepertinya tidak bisa diperbaiki yaitu set-pieces.

Menurut Manchester Evening News, tiap kali United menghadapi bola mati, pelatih kiper langsung turun ke pinggir lapangan dan memberi instruksi. Sayangnya, instruksi ini seringkali tidak didengar oleh para pemain. Ini yang mungkin membuat United sering betul kebobolan dari situasi bola mati.

Harapan membeli bek baru kembali muncul. Maguire, Lindelof, Bailly, dan Tuanzebe tampak belum memberi rasa aman apabila melihat performa semalam. Evaluasi besar-besaran di sektor ini harus dilakukan jika memang United ingin kembali ke status mereka yang dulu sebagai tim penantang gelar juara.

Mark Goldbridge, suporter United yang cukup terkenal di Inggris sana, pernah menyebut kalau United saat ini memiliki lini depan kelas dunia dengan lini belakang seperti tim zona degradasi. Fakta yang menyakitkan jika melihat produktivitas mereka yang tertinggi musim ini, namun angka kebobolan United adalah yang terbanyak antara tim 10 besar musim ini dan hanya berselisih satu gol dari Fulham yang ada di peringkat 18.

Terbebani Posisi?

Hasil 3-3 ini memberi keuntungan bagi Manchester City untuk menjauh. Jika nanti malam mereka menang melawan Liverpool dan memenangkan satu laga tunda, maka sang rival sekota unggul delapan poin. Keunggulan yang secara matematis masih bisa dikejar tapi sulit untuk optimis melihat permainan United yang tidak konsisten.

Lagipula, Ole sendiri meminta untuk tidak menganggap United musim ini sebagai penantang gelar juara. Entah apa alasannya namun bisa jadi karena para pemain United saat ini tidak memiliki mental pemenang. Dari skuad yang ada sekarang, mungkin hanya De Gea, Bruno, Matic, dan Cavani yang memiliki mental juara.

Untuk menjadi juara liga memang belum cukup, namun suporter punya harapan kalau musim ini United bisa berbicara banyak pada dua ajang piala yang tersisa.