Foto: manchester United World

Sungguh ironis. Belum lupa dari ingatan ketika Erik ten Hag mendapat puja dan puji atas apa yang ia lakukan selama pra-musim, nyatanya United masih juga berantakan ketika turun di ajang sesungguhnya. Setelah burung camar Brighton yang mengalahkan mereka, kali ini giliran lebah Brentford yang menjadikan United sebagai samsak hidup.

Layaknya copet yang ditangkap oleh warga, Setan Merah babak belur dihajar anak asuh Thomas Frank tersebut dengan skor 4-0. Alhasil, alih-alih terbang bersama Ten Hag, United terjun bebas ke dasar klasemen dan semakin terbenam dalam kubangan krisis.

Bagi United, pertandingan sudah berakhir bagi mereka sejak menit ke-35. Karena pada periode itu, papan skor sudah menunjukkan angka empat untuk Brentford.

Kekalahan ini menunjukkan betapa para pemain United masih belum siap menjalankan taktik possesion football yang dimiliki oleh Ten Hag. Alih-alih berkembang, para pemain ini justru gampang panik dan mudah sekali kehilangan bola. Seperti ada saraf-saraf di otak yang tidak tersambung dengan baik sehingga mereka bingung harus berbuat apa ketika bola ada di kakinya.

Hasilnya adalah kesalahan-kesalahan individu yang sering muncul. Jika lawan Brighton, Dalot sudah ngelawak pada detik ke-12, kali ini giliran De Gea yang langsung mempertontonkan kekonyolannya ketika tidak bisa menangkap bola sepakan Joshua da Silva saat laga baru berjalan sepuluh menit.

Selang delapan menit kemudian, sang shot-stopper kembali menjadi sorotan ketika passing­-nya ke Eriksen justru mengawali gol kedua tuan rumah. Dalam proses gol ketiga, ia memilih untuk menunggu alih-alih berani melakukan duel.

De Gea pun meminta maaf atas kekalahan ini. Ia merasa bertanggung jawab atas ketiga gol yang hadir ke gawangnya. Ia juga berkata kalau seharusnya ia bisa membaca pertandingan jauh lebih baik lagi.

Namun jika melihat dari kacamata yang lebih besar, De Gea memang patut untuk disalahkan. Akan tetapi, sepakbola adalah olahraga tim dan hampir semua pemain United juga bermain jauh di bawah standar.

Dalam proses gol kedua contohnya. Keputusan De Gea memberi umpan kepada Eriksen yang sedang di-press adalah sebuah keputusan bodoh. Dari tayangan ulang terlihat, De Gea sudah minim opsi untuk memberi umpan karena tekanan pemain Brentford yang begitu intens.

Pada momen ini, seharusnya ada Fred dan Bruno yang juga ikut menjemput bola sehingga membuka adanya opsi tambahan pemain untuk diumpan. Akan tetapi, kedua pemain ini justru tidak terlihat. Disini menarik juga untuk mengetahui apa keputusan Ten Hag memilih Eriksen yang lebih sering bermain ke dalam timbang Fred mengingat Eriksen tidak terbiasa dengan peran ini.

Momen Eriksen tadi sebenarnya mengingatkan kita pada momen Fred ketika melawan Brighton. Saat itu, ia tidak melakukan shoulder check atau scanning sehingga tidak sadar kalau dirinya sudah dikepung. Kali ini, Eriksen yang mengalaminya. Beberapa menit sebelumnya, Harry Maguire yang terlihat bingung. Sebuah bukti kalau pemahaman ruang pemain United ini masih sangat kurang.

Dua pertandingan sudah menunjukkan betul kalau United memiliki keadaan darurat di semua posisi. Mereka butuh kiper yang jago build-up kalau ingin skema Ten Hag bisa berjalan. Robert Sanchez (Brighton) dan David Raya (Brentford) menunjukkan kepada De Gea kalau mereka pantas untuk menggusurnya di tim nasional.

Mereka juga butuh holding midfielder yang bisa membuka dan mencari ruang untuk memperlancar build-up tersebut. Sektor bek kanan dan penyerang juga menjadi pelengkap.

Pasalnya skuad yang ada saat ini tidak bisa mengimplementasi apa kemauan Ten Hag. Di sisi lain, sang manajer juga tampak belum mau mengalah dan memaksakan mereka bermain sesuai filosofinya yang dalam dua laga ini belum bekerja dengan baik.

Ten Hag pun hanya bisa mengutuk dan memuji tuan rumah yang ia bilang lebih bergairah. Ia pun kini sudah berharap adanya pemain baru di sisa bursa. Tanpa adanya amunisi baru, posisi 20 tampaknya masih akan dikuasai oleh United.

Yang paling sumringah setelah hasil ini tentu saja Liverpool mengingat pekan depan mereka akan berjumpa di Old Trafford. Darwin Nunez dan Mohamed Salah kini sudah gatal untuk meneror pertahanan United dan semakin membuat suporternya semakin larut dalam penderitaan.