Selesai sudah tugas Ralf Rangnick sebagai manajer interim Manchester United. Sayangnya, tugas terakhirnya tidak membuahkan hasil berupa kemenangan. Setan Merah harus menyerah 1-0 dari Crystal Palace di Selhurst Park.
Secara keseluruhan, Rangnick memang tidak memberikan kesan yang bagus dalam tugasnya. United gagal ia bawa ke Liga Champions. Tidak hanya itu, rasio kemenangan yang ia punya (37,9%) justru menjadikan Rangnick sebagai manajer terburuk dalam kurun 50 tahun terakhir sejak Frank O’Farrell pada 1972.
Akan tetapi, inilah prestasi maksimal yang bisa ia berikan. Di tengah kondisi ruwet seperti ruang ganti toxic, hingga pemain yang tidak bisa menerapkan taktik bermainnya, maka posisi enam adalah posisi yang jauh lebih baik. Berikut adalah wawancara terakhir Rangnick sebagai manajer interim seperti dikutip dari situs resmi klub.
Kami Tidak Bisa Menolong Diri Sendiri
“Ya, saya merasa Brighton membantu kami untuk membalikkan keadaan. Mereka tertinggal 1-0 pada babak pertama dan mencetak tiga gol pada babak kedua. Kami sudah mencoba untuk mencari gol. Kami punya peluang pada babak pertama, tapi kami tidak bisa mengubahnya menjadi gol. Yang ada justru kami melakukan kesalahan sendiri dan cara kami kebobolan juga sangat buruk. Pencetak golnya adalah Zaha tapi yang memberi assist adalah pemain kami sendiri. Cara kami bertahan juga tidak mencerminkan tim Premier League. Kami punya beberapa peluang pada babak kedua tapi kami tidak cukup tajam.”
Optimis Untuk Masa Depan
“Saya sangat positif dan saya optimis. Dengan manajer baru, dewan baru, dan departemen baru lainnya, kami bisa memastikan bahwa kami akan mendapat bala bantuan yang diperlukan para pemain untuk meningkatkan level kualitas lagi. Mudah-mudahan Manchester United bisa kembali ke empat besar.”
Dukungan Suporter Tandang
“Penggemar kami luar biasa. Ini adalah salah satu aset terbesar yang dimiliki klub dan inilah alasan kenapa kita semua bekerja sama untuk membawa Manchester United kembali ke jalurnya yaitu sebagai tim langganan empat teratas.”
Pengalaman Manis
“Pengalaman baru bagi saya untuk menjadi manajer sementara. Sayangnya, kami tidak memiliki fase pra-musim sehingga tidak bisa memperkuat skuad, tapi hal itu sebenarnya tidak jadi soal karena kami bisa bermain dengan baik dalam beberapa bulan pertama. Kami menunjukkan beberapa penampilan bagus dan mengumpulkan poin yang cukup, rata-rata 2,1 sebelum laga melawan Atletico Madrid. Saya pikir kekalahan di Liga Champions menjadi titik balik. Kami kehilangan energi sejak saat itu dan kami tidak berada pada level energi dan agresivitas yang sama. Itulah yang membuat level performa kami kemudian turun.”
Laga Jauh Beda Dari yang di Old Trafford
“Jika kita membandingkan dua laga melawan Palace yaitu ketika pertandingan kandang pertama saya, dengan sekarang, maka ini benar-benar berbeda. Dalam permainan itu, kami terus menekan mereka, tidak memberi waktu atau bahkan ruang. Hari ini yang terjadi sebaliknya, mereka justru menekan kami. Kami bermaksud bermain seperti laga di Old Trafford karena itu adalah rencana permainan kami yaitu untuk menekan mereka. Akan tetapi, kami tidak bisa melakukannya dengan agresivitas atau energi yang cukup.”