Foto: Football Transfer Tavern.

“Saya sedang berada di jalur yang benar, dan jika saya terus mengembangkan diri dan mendapatkan sedikit keberuntungan maka saya bisa mendapatkan keduanya. Jika saya bisa mencapai keduanya, maka itu berarti saya bisa mencapai level tersebut.”

Itu adalah ungkapan Dean Henderson ketika ia ditanya soal target besarnya sebagai pemain sepakbola. Ucapan itu ia lontarkan ketika ia mendapat perpanjangan kontrak dari Manchester United hingga 2022. Kedua target yang ia maksud adalah menjadi penjaga gawang utama Manchester United dan mendapatkan kesempatan bermain untuk tim nasional.

Setengah dari target Dean tersebut kini mulai tampak. Pada Rabu (9/10) kemarin, ia mendapat panggilan pertama dari Gareth Southgate untuk membela tim nasional Inggris. Ia dipanggil untuk menggantikan Tom Heaton yang mengalami cedera. Seperti yang ia katakan pada paragraf pertama, dengan sedikit keberuntungan ia bisa mendapat apa yang dia inginkan.

“Ini adalah mimpi. Inilah impian saya. Mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan ketika mendapatkan panggilan pertama untuk mengikuti tim senior,” tutur Dean dalam Twitter pribadinya.

Panggilan pertama timnas senior menjadi bukti bahwa perkembangan sepakbolanya meningkat begitu cepat. Sebelumnya, ia sudah lebih dulu mewakili tim Tiga Singa di kelompok umur U-16, U-17, U-20, dan yang terakhir adalah ketika mewakili Inggris U-21 dalam kejuaraan Eropa musim panas kemarin.

Ada kekecewaan dalam diri Dean ketika namanya tidak masuk dalam pilihan Southgate. Hal ini disebabkan dia tidak bisa lagi memenuhi syarat untuk bermain di tim U-21 karena usianya yang sudah setahun lebih tua. Hal ini yang membuatnya mau tidak mau harus mengejar target menjadi kiper tim nasional.

“Dean sudah bermain untuk tim U-21. Dia terjebak dalam sistem yang membuatnya tidak bisa lagi bermain dan saya tahu dia sangat kecewa karena tidak masuk tim. Tapi dia selalu menetapkan standar dan saya yakin dia akan mengetuk pintu timnas untuk laga berikutnya,” tutur manajernya di Sheffield United, Chris Wilder.

Penjaga gawang Sheffield United ini akan bersaing dengan dua penjaga gawang lainnya yaitu Jordan Pickford dan Nick Pope. Inggris sendiri akan berhadapan dengan Republik Ceska dan Bulgaria dalam dua laga kualifikasi Euro 2020. Selalu menang dalam empat laga sebelumnya dan kerap menang dengan skor-skor besar, Inggris masih tetap dijagokan untuk menang dalam dua laga tersebut. Meraih enam poin akan memastikan mereka lolos ke putaran final Euro 2020.

Laga melawan Ceska mungkin akan dipandang lebih berat ketimbang ketika mereka melawan Bulgaria karena posisi mereka yang berada pada urutan kedua. Oleh karena itu, Pickford mungkin akan tetap menjadi pilihan utama dalam laga di Prague tersebut. Dean punya kesempatan untuk bermain ketika mereka menghadapi Bulgaria yang posisinya berada di dasar klasemen grup A. Namun debut timnasnya bisa lebih cepat jika Southgate mau memberikan kepercayaan padanya.

Berkembang Pesat di Premier League

Pemanggilan Dean memang bersifat mendadak dan berbau keberuntungan karena sejatinya bukan dia yang menjadi pilihan. Namun diluar faktor keberuntungan dan cederanya Heaton, kualitas Dean terbilang cukup layak untuk membawanya menjadi satu dari tiga penjaga gawang pilihan Gareth Southgate di tim nasional.

Menjalani debut di Premier League, penjaga gawang berusa 22 tahun ini sudah menunjukkan kalau dia memang punya kualitas. TalkSPORT sampai memasukkan namanya sebagai satu dari 10 wonderkid yang wajib dipantau pada ajang ini sebelum liga dimulai. Sejauh ini, ia sudah membuat 23 penyelamatan dari 8 pertandingan yang sudah ia mainkan. Memiliki lini belakang yang cukup solid membuat penjaga gawang yang gemar memakai topi ketika bermain ini bisa fokus untuk menjaga standar penampilannya.

Berkat Dean, lini belakang Sheffield baru kemasukan tujuh gol saja. Catatan ini hanya berselisih satu gol dari Liverpool dan bahkan jauh lebih baik dibanding lima kesebelasan top six musim lalu, termasuk Manchester United. Torehan ini membuat The Blades menjadi kesebelasan paling sedikit kebobolan untuk tim-tim urutan 11 ke bawah dan membuat namanya menjadi peraih clean sheets terbanyak untuk sementara dengan catatan tiga clean sheet.

Cepat Bangkit dari Keterpurukan

Layaknya pemain muda lainnya, Dean juga tidak jarang untuk tampil tidak konsisten. Terkadang, tidak konsistennya ia ketika bermain memaksa dirinya untuk membuat kesalahan yang tidak perlu dan mengakibatkan gawangnya kebobolan. Laga melawan Chelsea dan Liverpool menjadi momen bagi Dean ketika ia membuat blunder fatal. Yang paling parah sudah pasti ketika melawan The Reds saat tendangan pelan Gini Wijnaldum tidak bisa ditahan dengan mudah.

Namun kesalahan-kesalahan ini tidak membuatnya terpuruk. Justru sebaliknya, penampilan Dean kerap membaik dalam laga berikutnya setelah ia membuat kesalahan. Setelah melawan Chelsea, Dean membantu Sheffield menang 2-0 di kandang Everton. Sepekan setelah aksi konyolnya melawan Liverpool, ia membuat Sheffield kembali sulit dibobol ketika melawan Watford.

Sosok Chris Wilder bisa dibilang sebagai orang yang berpengaruh terhadap perkembangan Dean. Ia adalah orang yang ngebet untuk meminjam kembali si pemain setelah membawa klub ini promosi musim lalu. Chris begitu menyukai penampilan Dean dan kerap memujinya, namun ia tidak segan-segan untuk memberinya hair dryer treatment jika si pemain membuat kesalahan. Hal ini semata-mata untuk membuatnya menjaga kualitasnya sebagai calon pemain hebat.

“Saya memarahi dia ketika babak pertama karena dia seharusnya bisa lebih baik lagi. Sepakannya ngawur kemana-mana. Saya harus memarahinya karena dia perlu meningkatkan standarnya,” tutur Wilder ketika timnya tertinggal 0-2 dari Chelsea pada babak pertama. Dean kemudian bangkit lalu membat Sheffield bisa menyamakan kedudukan di akhir laga.

Didikan tidak kalah keras juga sempat diberikan ketika kesalahan konyol melawan Liverpool membuat Sheffield gagal menang. Ia berani tidak mau melindungi si pemain di depan media dan malah menyindirnya secara terang-terangan.

“Kesalahan seperti ini memang wajar dilakukan oleh seorang pesepakbola profesional. Namun saya tidak mau mengalungkan lengan saya di pundaknya karena dia yang mau bermain di level tertinggi, dia mau bermain untuk Manchester United, dia mau bermain untuk tim nasional Inggris. Oleh karena itu, ia harus banyak-banyak konsentrasi dan memperbaiki fokusnya,” tutur Wilder.

Sebuah teguran yang kemudian memotivasi dirinya menjadi penjaga gawang yang lebih baik lagi di usianya yang masih terbilang sangat belia untuk mengemban tekanan berat bermain di Premier League.