Ketika UEFA mengumumkan nominasi kiper terbaik musim 2016/2017 pada Agustus 2017 lalu, tidak sedikit pihak yang merasa aneh karena ada beberapa nama kiper yang tampil impresif pada musim lalu malah sama sekali tidak dinominasikan.

Kiper gaek Italia yang memperkuat Juventus, Gianluigi Buffon, akhirnya terpilih untuk meraih penghargaan ‘UEFA’s Goalkeeper of the Year 2016/2017’ itu. Dia sukses menyingkirkan tiga pesaing lain; kiper Real Madrid asal Kosta Rika, Keylor Navas, Jan Oblak dari Slovenia yang membela Atletico Madrid, serta kiper Sporting Lisbon dan Portugal, Rui Patricio.

Tak masuknya kiper Manchester United, David De Gea, dalam daftar nominasi tersebut menjadi salah satu yang menuai tanda tanya dari banyak orang. Kiper tim nasional Spanyol tersebut bukan tanpa prestasi pada musim lalu. Meskipun hanya bermain dalam kompetisi nomor dua di benua Eropa, Europa League, namun dia berhasil membawa tim Setan Merah memenangkan trofi tersebut. Gelar juara itu pun melengkapi dua trofi lainnya yang mereka raih pada musim tersebut, yakni Community Shield dan Piala Liga Inggris. Selain itu, De Gea juga masuk ‘Team of The Year’ di Premier League Inggris.

Pertanyaaan yang muncul kemudian, sudah pantaskah De Gea menjadi kiper terbaik? Jika dibanding dengan Buffon, tentu saja pertanyaanya jadi lebih pelik. Kiper 38 tahun itu jelas sudah lama berada di level tertinggi, dengan memenangkan banyak piala, termasuk Piala Dunia, kecuali Liga Champions.

Namun, perkembangan signifikan yang ditunjukkan De Gea hingga jadi kiper nomor satu salah satu klub terbesar di dunia beberapa tahun terakhir juga tidak bisa disepelekan. Maka, rekan setimnya di United, Matteo Darmian yang juga sahabat Buffon di tim nasional Italia punya jawaban yang cerdas.

“Saya kenal David dengan sangat baik dan saya pikir, untuk saat ini, dia adalah kiper terbaik dunia. Dia itu sangat penting bagi kami dan saya pikir penyelamatannya pada laga kontra Stoke City [dari peluang Jese Rodriguez] sangat luar biasa. Saya juga berpikir Gianluigi adalah kiper terbaik sepanjang masa. Dia juga sosok yang baik. Jadi saya beruntung bisa bermain dengan dua kiper seperti itu. Tentu saja, mereka berdua hampir mirip. Saya tidak tahu. Saya rasa David adalah kiper terbaik di dunia dan Gianluigi adalah kiper terbaik sepanjang masa,” ucap Darmian pada laman resmi klub ManUtd.com.

Ada pula yang membandingkannya dengan kiper Bayern Muenchen dan tim nasional Jerman Manuel Neuer. Meski lebih muda dari Buffon, tapi dia juga sudah pernah memenangkan Piala Dunia dan Liga Champions; dua trofi yang belum pernah dipegang De Gea sepanjang karirnya.

Selain itu, Neuer pun pernah meraih penghargaan ‘Best European Goalkeeper’, dan juga ‘IFFHs World’s Best Goalkeeper’ secara beruntun dalam empat tahun terakhir. Namun sama seperti De Gea, dia juga tak masuk pada nominasi ‘UEFA’s Goalkeeper of the Year’, mungkin karena cedera panjang yang sedang dialaminya.

Meski begitu, kiper legendaris United Peter Schmeichel sepertinya lebih menjagokan Neuer daripada De Gea. “Saya selalu mendapat pertanyaan, ‘Siapa kiper terbaik di dunia? Kiper favorit saya adalah Neuer dan saya sudah menyuka sejak lama, karena gaya bermainnya yang unik. Saya menontonnya saat dia masih di Schalke dan bertanding di Old Trafford [melawan United di Liga Champions]. Ketika melihat aksinya, saya langsung terpana,” ucap Schmeichel kepada Sky Sports. Namun faktanya, pada nominasi Ballon d’Or 2017 baru-baru ini, hanya ada tiga kiper; De Gea, Buffon, Oblak, tanpa Neuer.

Sementara legenda United era 1960-an, gelandang Paddy Crerand malah menyandingkan De Gea dengan Neuer. “Bersama kiper Bayern, Anda melihat dua kiper terbaik di dunia. Tidak banyak yang bisa membedakan mereka, dan di sepak bola [perbedaan] itu jatuh pada trofi yang dimenangkan,” ucapnya singkat dilansir laman resmi klub.

Seperti pernyataan pria yang pernah jadi asisten pelatih The Red Devils periode 1972-1976, ujung-ujungnya penilaian pantas atau tidak pantas seorang kiper menjadi yang terbaik tetap saja pada jumlah trofi bergengsi yang sudah pernah mereka menangkan.

Namun, kini De Gea yang juga sudah menggantikan Iker Casillas di tim nasional Spanyol, berpeluang besar untuk mendapat pengakuan setelah United kembali ke Liga Champions dan berada dalam persaingan juara Premier League.

“Saat Anda tak berada dalam kompetisi besar, Anda sangat jarang dikenali. Itulah sebabnya David mungkin diabaikan dalam beberapa musim terakhir ketika United sedang berjuang. Tapi kini dia kembali ke Liga Champions, kami berada di atas di Premier League dan semuanya berjalan ke arah kami,” kata Mickey Thomas, eks United era 1970-an pula. Hingga kedua trofi itu bisa diraih, maka sementara De Gea harus rela jadi kiper terbaik dunia tanpa gelar resmi.