Meski sudah lebih dari 24 jam laga Manchester Derby berakhir, tapi masih banyak yang membahas laga dramatis tersebut di beberapa media sosial beberapa media baik yang cetak maupun elektronik. Ada yang masih mengangkat cerita epik Chris Smalling, penampilan brilian Paul Pogba, hingga yang terbaru terekamnya Ander Herrera yang meludah di logo City saat berjalan ke ruang ganti.

Hasil pertandingan derby memang kerap meninggalkan kesan baik positif maupun negatif. Meski tidak selalu menentukan siapa yang akan finis menjadi juara, derby adalah soal harga diri. Apalagi pertandingan antar tim sekota yang seolah mempertaruhkan status mengenai siapa yang terbaik di kota tersebut.

Para pemain Manchester City tentu saja kecewa. Keunggulan dua gol mereka berbalik menjadi kemenangan bagi sisi merah 2-3. Para pemain City yang tidak percaya dengan hasil laga tersebut menunjukkan raut wajah penuh rasa heran. Salah satunya adalah fullback mereka asal Brasil, Danilo.

Saat diwawancarai CityTV, Danilo mengaku menerima kekalahan tersebut. Tetapi, yang membuat mantan pemain Real Madrid ini frustrasi adalah ketika mereka dibobol oleh Setan Merah melalui bola-bola panjang. Hal ini yang membuat dirinya menolak untuk menyebut kalau United adalah tim yang lebih baik di babak kedua.

“Saya tidak setuju dengan Anda yang menyebut mereka lebih baik di babak kedua. Jika kamu melihat statistik permainan dan menganalisis maka kami punya kontrol karena menguasai bola. Mereka hanya memainkan bola-bola panjang, lalu mencetak tiga gol. Kami bermain seperti apa yang kami mainkan musim ini tapi di laga ini semuanya tidak bekerja,” ujar Danilo.

Sepakbola Soal Menang dan Kalah

Pada akhirnya, jika mengintip komentar pemain berusia 26 tahun tersebut, ada keanehan yang dia rasakan ketika sepakbola indah dikalahkan oleh permainan efektif yang diperagakan lawannya saat itu. Danilo kaget karena banyaknya penguasaan bola yang timnya mainkan justru tidak berbuah hasil yang baik bagi kesebelasan barunya tersebut. Komentar Danilo seperti sedang berujar kalau apa yang dilakukan United saat itu adalah taktik yang salah.

Kebanyakan dari kita lebih menyukai permainan sepakbola indah. Taktik umpan satu-dua, penguasaan bola yang dominan serta aksi-aksi individu lebih memanjakan mata ketimbang kesebelasan yang lebih banyak menunggu lalu menyerang dengan serangan balik. Taktik ini kerap dianggap sebagai penggangu sepakbola indah dan banyak yang mengatakan lebih cocok digunakan untuk tim papan bawah.

Tidak jarang, banyak yang mengidentifikasikan permainan efektif alias pragmatis ini dianggap haram oleh beberapa penggemar sepakbola. Bahkan tidak sedikit yang menyamakan taktik pragmatis layaknya seseorang yang melakukan tindak korupsi yaitu menghalalkan segala cara untuk meraih keberhasilan.

Kenyataannya taktik pragmatis tidak bisa disandingkan dengan korupsi. Sepakbola adalah olahraga, sementara korupsi adalah tindak kriminal. Tidak ada pasal terkait pelarangan taktik bertahan di Laws of the Game FIFA sementara korupsi ada ganjarannya dalam Undang-undang Hukum Pidana. Sepakbola hubungannya adalah menang dan kalah bukannya siapa yang benar dan yang salah.

Toh dengan adanya taktik pragmatis kita bisa memandang kesuksesan dari banyak sisi. Ada yang sukses dengan permainan indah macam Brasil tapi ada juga yang gagal macam Belanda. Tidak sedikit juga yang meraih keberhasilan dengan cara permainan yang pragmatis tetapi efektif.

Yunani dan Inter Milan adalah contoh yang paling mudah untuk diingat. Permainan indah yang ditunjukkan Prancis, Portugal, hingga Rep Ceska tidak ada yang bisa menembus kokohnya lini pertahanan Yunani. Hingga 14 tahun berakhirnya Euro 2004, orang-orang masih mengingat Yunani sebagai juara alih-alih siapa yang bermain indah di ajang tersebut.

Hal serupa juga terjadi ketika Jose Mourinho menangani Inter Milan. Taktik pragmatisnya membuahkan hasil berupa gelar treble pertama sepanjang sejarah klub. Sepakbola indah Pep Guardiola dan Louis Van Gaal mentah di tangan Mou. Lantas mengapa banyak yang menyalahkan Jose sebagai pembunuh permainan indah alih-alih menyalahkan Van Gaal dan Pep saat itu yang tidak bisa menang melawan Jose?

Sah-sah saja sebenarnya kita berada di pihak yang mengagung-agungkan permainan sepakbola indah. Dengan melihat permainan indah maka sepakbola menjadi enak dilihat. Akan tetapi, jangan sampai kita juga mengecilkan taktik pragmatis, efektif, parkir bus, atau apalah itu yang bertentangan dan sepakbola indah. Karena taktik sejelek apapun, kalau masih berada dalam koridor fair play maka sah-saja untuk digunakan. Toh sepakbola adalah olahraga yang menguntungkan dan bukan merupakan tindakan korupsi yang merupakan sebuah kejahatan. Sepakbola adalah soal menang dan kalah bukan benar dan salah.