foto: manutd.com

Di antara 25 pemain yang didaftarkan Manchester United untuk mengarungi Premier League 2016/2017, tersemat nama Bastian Schweinsteiger yang sempat dirumorkan akan ditinggalkan. Semua tahu soal kualitas Schweini, tapi terselip pula nama Sadiq El-Fitouri dalam daftar 25 pemain itu.

Siapa sebenarnya Sadiq?

Sadiq adalah pesepakbola berkewarganegaraan dan lahir di Libya. Namun, sejak kecil ia dibesarkan di wilayah Old Trafford, Manchester. Saat SMA, Sadiq masuk ke Stretford High School. Ia pernah membawa sekolahnya ke final pertandingan antarsekolah tingkat nasional.

Dari Stretford, Sadiq bergabung dengan tim muda Manchester City. Kemampuan fisiknya membuat Sadiq dipuji. Tetapi, ia cuma bagus dalam hal fisik, tidak untuk kemampuan lainnya. Hal ini membuat Sadiq kesulitan untuk menembus tim utama.

Lantas, mengapa kalau tak mampu menembus tim utama City, Sadiq justru didatangkan oleh United?

Gara-Gara Scholes dan Neville

Sadiq saat membela Manchester City. Foto: dailymail.co.uk
Sadiq saat membela Manchester City. Foto: dailymail.co.uk

Sadiq dikenal karena kemampuan fisik dan tekelnya. Ia menghabiskan sekitar setahun di City, sebelum dilepas karena sulit bersaing. Setelah momen itu, Sadiq hanya bermain bola sekadarnya, sebelum ia mendapatkan trial di Salford City, kesebelasan yang juga dimiliki oleh Phil dan Gary Neville, Nicky Butt, Paul Scholes, dan Ryan Giggs.

Di Salford, Sadiq justru merebut perhatian Scholes dan Phil. Keduanya pun disebut-sebut menawarkan Sadiq kepada United. Berdasarkan Dailymail, Phil dan Scholes menganggap kalau Sadiq layak untuk diberi kesempatan.

Atas itulah pada 30 Januari 2015, United menyodorkan kontrak dengan durasi 18 bulan. Sebelumnya, ia berhasil membuktikan kemampuannya saat menjalani trial terlebih dahulu di Trafford Training Centre.

Di United U-21, Sadiq bermain empat kali. Ia masuk ke dalam skuat yang menjuarai Premier League U-21 musim 2014/2015 tersebut. Meskipun demikian, karier Sadiq dianggap belum akan segera menanjak karena saat itu, levelnya belum layak untuk masuk tim utama.

Hal ini bisa dimaklumi karena hampir sembilan bulan Sadiq tidak bermain bola dalam level yang kompetitif. Setelah keluar dari akademi City, Sadiq hanya bermain bola ala kadarnya.

“Aku berpikir: ‘Wow, anak ini bisa berlari,” ingat Neville saat melihat Sadiq. “Aku menjadi lebih terkejut saat ia bercerita soal latar belakangnya.”

Sadiq pun sempat diminta berhenti bermain bola oleh ayahnya. Pasalnya, nilai di sekolahnya turun gara-gara Sadiq bermain bola. Sadiq pun menuruti permintaan ayahnya. Namun, ia tetap hadir untuk sekadar menyaksikan pertandingan. Saat nilainya kembali naik, Sadiq kembali bermain bola.

“Lalu, kami mulai berlatih 11 lawan 11,” ucap Neville. “Saat itu amatlah dingin. Sadiq berlari dari sayap, seperti seorang Cruyff lalu mengirimkan bola ke lini tengah. Aku mulai terpana padanya sejak itu tapi kemudian kami terus menyaksikannya di tempat latihan dan aku berpikir kalau ia adalah ‘pemain’.”

Setelah empat kali berpikir seperti itu, Neville menganggap kalau Sadiq benar-benar mampu bermain bola. Debut pertamanya untuk Salford adalah saat menghadapi Kendal Town. Hal ini pun disetujui oleh Paul Scholes.

“Selama 35 menit kami berdua sudah cukup melihat kalau dia terlalu bagus untuk bermain di level ini,” ungkap Neville.

Awalnya, Neville mau merekomendasikan Sadiq ke Bury, sementara Scholes ke Oldham Athletic. Namun, keduanya akhirnya sepakat untuk merekomendasikan Sadiq pada Warren  Joyce, manajer United U-21.

“Aku menelepon Joycey yang meminta kami membawanya. Sadiq berlatih selama sepekan dan cukup bagus untuk disodorkan kontrak,” kata Neville.

Neville menjabarkan kalau Sadiq adalah sosok pendiam, sopan, dan rendah hati. “Dia pernah ditolak, dan itu tidak mengejutkan. Dia hampir menyerah bermain bola dan terlalu banyak menghabiskan waktu bermain game di komputer, tapi dia tak pernah berhenti berlari setiap pagi. Dia tak pernah menyerah atas mimpinya,” kata Neville.

Neville menjabarkan kalau banyak pemain di Salford yang dilepas oleh berbagai klub. Namun, sulit untuk memerhatikan pemain kalau ia tidak bertubuh tinggi, tidak agresif, dan tidak komunikatif.

“Kami memerhatikan Sadiq, mengarahkannya ke arah yang benar, dan kini ia mendapatkan kontrak dengan United. Kami harap ia itu juga berlaku pada pemain lain,” ungkap Neville.

Soal uang transfer, Neville berujar kalau antara Sadiq dan Salford tidak ada jalinan kontrak yang membuat United mendapatkannya dengan gratis. Namun, bukan itu tujuan Neville dan rekan-rekan lainnya terlibat dalam pengelolaan Salford.

“Tentu kami akan memberikan kontrak kepada para pemai ndi masa depan. Selama enam bulan, ada satu pemain yang mendapatkan kontrak dengan tim top. Itu memberikan kami dengungan yang masif,” ujar Neville.

Bermimpi di Theatre of Dreams

Sadiq saat trial di Salford. Foto: Manchestereveningnews
Sadiq saat trial di Salford. Foto: Manchestereveningnews

Sadiq membenarkan cerita Neville soal keinginannya untuk berhenti di sepabola. Pada 2014, saat usianya 20 tahun, ia masih juga belum mendapatkan klub. Bahkan hampir sembilan bola ia tak merasakan atmosfer yang kompetitif.

Lalu, keberuntungannya mulai hadir saat ia mendapatkan kesempatan trial di Salford pada Desember 2014.

“Aku tak bermain selama setahun setengah setelah aku meninggalkan City karena aku cedera dan tak bisa mendapatkan klub. Adalah waktu yang buruk saat aku cedera setelah aku dilepas,” ungkap Sadiq.

“Aku cedera selama empat bulan, tapi setelah itu aku hanya berlatih di gym. Aku harus melakukannya sendiri, tapi aku tahu apa yang harus di lakukan. Setelah 18 bulan tanpa bermain, aku mulai hilang harapan.

Lantas, pada Desember, aku menelepon Salford City dan bertanya apakah aku bisa berlatih bersama mereka. Mereka menyatakan ‘Ya datang saja’, dan aku berlatih di sana selama sebulan dan bermain satu pertandingan,” kata Sadiq.

Sadiq bercerita kalau ia mendapatkan perhatian dari Phil dan Scholes. “Semua orang tahu siapa Neville dan Scholes dan mendapatkan kepercayaan dari mereka adalah sesuatu yang sangat bagus,” kata pemain kelahiran 10 Oktober 1994 ini.

Sadiq berlatih di United selama satu setengah pekan. Selama itu, ia bermain menghadapi Leicester. Karena terkesan, Warren pun menyodorkannya kontrak.

“Aku pikir, itu adalah mimpi karena terjadi dengan begitu cepat,” ingat Sadiq.

***

Kehadiran Sadiq akan melengkapi 24 pemain United yang akan berlaga di Premier League musim ini. Meskipun demikian, agaknya butuh waktu bagi Sadiq untuk bisa bermain penuh di tim utama. Sadiq mesti bersaing dengan sejumlah nama tenar seperti Daley Blind, Marcos Rojo, Antonio Valencia, Chris Smalling, Phil Jones, dan rekrutan baru United, Eric Bailly.

Namun, segalanya tentu bisa terjadi, seperti apa yang dialami Sadiq dalam hidupnya. Sadiq yang hampir berhenti bermain bola, justru bisa menjadi sekarang ini karena keteguhan hatinya. Berawal dari telepon dan meminta berlatih di Salford, kesebelasan non-league, Sadiq justru berada dalam daftar skuat utama United musim ini.

Bagaimana menurut Anda? Mungkinkah Sadiq akan bersinar? Atau justru cuma numpang lewat?