Foto: Stretford-end.

Kembalinya Anthony Martial langsung memberikan dampak yang cukup signifikan bagi lini depan Manchester United. Pemain asal Prancis tersebut langsung memperbaiki lini depan MU dengan membuat dua gol dari dua pertandingan sejak dia kembali dari cedera. Bahkan di laga melawan Norwich, ia membuat MU menang dengan mencetak tiga gol untuk pertama kalinya.

Efektivitas adalah kunci seorang Martial. Ia sudah membuat empat gol hanya dari enam kali penampilannya musim ini. Bandingkan dengan Marcus Rashford yang butuh 13 permainan untuk membuat lima gol. Jika eksekusi penaltinya melawan Norwich tidak digagalkan Tim Krul, maka dia akan menyamai torehan gol rekan setimnya tersebut.

Dengan kembalinya Martial, Solskjaer berharap lini depan MU bisa membaik dibanding sebelumnya. Rashford yang kesulitan menjalankan peran sebagai pemain nomor 9 kini bisa fokus bermain sebagai winger karena Martial sudah hadir menemaniya.

“Anthony kini sudah kembali. Saya yakin penampilan kami akan membaik dengan kembalinya dia ke dalam tim karena dia memberikan kami sesuatu yang berbeda,” tutur Solskjaer setelah pertandingan melawan Partizan.

***

Dibandingkan dengan Rashford, Martial disebut-sebut sebagai pemain MU yang paling cocok diberi peran sebagai target man. Ia lebih sering berada di kotak penalti ketimbang Rashford yang permainannya justru sering melebar.

Martial bukannya tidak bisa bermain melebar. Ketika Louis van Gaal masuk ke MU, ia pun lebih sering beroperasi dari sisi sayap sebelah kiri. Bahkan ketika Rashford melejit, Martial kerap bergeser agar Rashford bisa berkembang menjadi seorang juru gedor andal. Namun itu tidak sesuai dengan kriteria dan hasrat seorang Martial sebagai pemain sepakbola.

“Ketika saya masih kecil, saya selalu bermain di depan dan sebagai striker di tengah kotak penalti, dan saya tahu kalau saya bisa memberikan banyak peran sekarang di United. Sekarang, kami memiliki Ole sebagai manajer kami. Salah satu yang terbaik untuk belajar di sesi latihan,” ujarnya.

Dalam tulisannya di United Unscripted, Martial menyebut kalau Solskjaer adalah inspirasinya dalam menjadi seorang striker. Ia beberapa kali menonton klip video ketika manajernya tersebut masih aktif bermain. Dari situlah ia kemudian belajar bagaimana memaksimalkan sentuhan pertama, skill, dan penyelesaian akhir.

“Ole juga memberi saran dalam hal penempatan posisi di lapangan, dan kami senang mendengarnya. Penting bagi kami untuk belajar hal-hal baru, elemen baru yang bisa memperluas jangkauan Anda dan membuat Anda lebih efisien sebagai pemain ketika Anda berada di luar lapangan,” tuturnya.

“Dia punya pengetahuan yang bisa dibagikan untuk menjadi penyerang top sendiri dan itu akan membantu kami berkembang sebagai seorang individu, dan saat kami bergerak maju sebagai tim dan bermain sebagai striker, maka Anda tidak akan berlari saja atau melakukan umpan saja. Anda harus terobsesi dengan gol. Hanya itulah yang bisa dilakukan sebagai seorang striker karena begitulah seharusnya.”

***

Namun, ada beberapa aspek yang begitu tidak disukai suporter MU dari seorang Anthony Martial. Aspek tersebut adalah kegemarannya menggiring bola atau sesekali melakukan trik-trik muslihat yang bisa mengelabui lawannya. Permainan ala-ala Brasil ini kerap kali membuat Martial menjadi pemain yang paling sering kehilangan bola.

Hal ini pula yang dulu sempat membuat Gary Neville mengkritik permainannya. Dengan melakukan banyak skill tidak perlu, maka etos kerja Martial dipertanyakan. Namun kali ini, dia berjanji untuk mengurangi hal-hal yang dirasa tidak perlu. Salah satunya adalah trik-trik yang bisa membuat penguasaan bola timnya hilang sewaktu-waktu.

“Sekarang bukan lagi soal skill. Ini semua tentang mencetak gol. Itulah tujuan utama saya dan itu harus dilakukan. Saat kami selesai berlatih, siapa pun dapat menggunakan sesi tambahan untuk mencoba apa yang dia suka. Tetapi bagi saya sesi tersebut harus tentang mencetak gol.”

“Pada awalnya, saya suka menggiring bola, dan mengesampingkan keterampilan lain, bahkan mungkin terlalu banyak. Semua tentang membuat keputusan yang tepat. Jika Anda membuat dua sampai tiga keputusan buruk, maka Anda tidak akan membantu tim.”

Martial kini sadar kalau sepakbola adalah permainan kolektif. Permainan yang melibatkan 11 pemain. Oleh karena itu, ia sekarang memilih untuk fokus menjalani perannya sebagai seorang striker sentral. Mencetak banyak gol dan membantu tim meraih kemenangan. Meski begitu, Martial menolak untuk menghapus trik sepenuhnya dalam permainannya. Trik masih ia perlukan sebagai identitas untuk menikmati sepakbola dengan gembira.

“Bukan berarti saya akan menghapus trik. Trik adalah bagian dari pembelajaran Anda dan gairah yang dimiliki. Penting untuk tidak kehilangan kegembiraan karena jika Anda kehilangan gairah itu, maka segalanya menjadi lebih sulit, tetapi jika saya sudah melakukan sedikit aksi, maka saya akan mencetak gol setelahnya.”

Gol memang harus menjadi obsesi seorang Martial dan itu adalah tugas wajib bagi pemain yang menolak disebut kurang senyum ini. Dalam empat musimnya sejauh ini bersama United, rekor gol terbaik Martial adalah mencetak 17 gol di semua kompetisi yang ia buat pada musim pertamanya. Itu jelas masih kurang karena di Premier League saja ia baru dua kali mencapai dua digit gol.

Tidak ada waktu yang lebih tepat bgi Martial untuk membuktikan diri selain pada musim ini kalau dia bisa mencetak banyak gol. 15 gol di Premier League mungkin menjadi target minimal mengingat hanya ada dua orang yang bisa melakukannya setelah Sir Alex Ferguson pensiun yaitu Zlatan Ibrahimovic dan Romelu Lukaku.