Foto: We all follow United

Selain mencari striker, Manchester United tampak bersiap mencari penjaga gawang baru untuk musim depan. Satu nama sudah diberitakan menjadi incaran mereka. Seorang kiper muda dari Portugal. Namanya: Diogo Costa.

Pernah ada satu masa ketika Manchester United kesulitan mencari penjaga gawang. Ketika itu, Sir Alex Ferguson tidak bisa menemukan pengganti Peter Schmeichel yang memilih hengkang selepas membawa Setan Merah meraih treble.

Butuh enam tahun untuk mengakhiri penantian tersebut setelah mereka mendapatkan Edwin Van der Sar pada 2005. Siapa yang menyangka kalau Edwin, yang saat itu sudah masuk usia tua, masih menunjukkan penampilan yang kompetitif di level tertinggi dan bertahan selama enam tahun.

Ketika masa karier Edwin sudah berakhir, United tidak perlu repot lagi ketika mencari pengganti. Saat itu, kiper-kiper potensial cukup banyak yang bisa direkrut. Mulai dari Julio Cesar, Rui Patricio, hingga Manuel Neuer masuk dalam radar incaran sebelum kemudian pilihan jatuh kepada David de Gea.

Masuknya De Gea memberikan rasa aman kepada lini belakang United selama bertahun-tahun. Tidak terasa kalau ayah dari Yanai tersebut sudah memasuki musim ke-12 bersama Setan Merah. Usia De Gea yang masih di awal 30-an sebenarnya menandakan kalau dia masih layak bermain di United satu sampai dua tahun lagi. Akan tetapi, kepentingan taktik tampaknya akan membuat United pelan-pelan tidak lagi melirik eks Atletico Madrid tersebut sebagai pilihan utama.

Ketika Erik ten Hag masuk sebagai manajer, United ingin dibuatnya sebagai tim yang menekankan penguasaan bola dari lini belakang. Untuk itu ia ingin penjaga gawang yang bisa mendistribusikan bola dengan baik. Sayangnya, De Gea belum punya atribut itu. Ia masih kesulitan menjalankan perannya sebagai sweeper-keeper meski dalam beberapa laga terakhir distribusi bolanya mulai membaik.

Sebenarnya, mereka masih punya Dean Henderson. Namun, beberapa media merilis kalau Dean masih sakit hati dengan perlakuan tim kepadanya musim lalu sehingga ia ingin pindah secara permanen. Inilah kenapa Tony Coton, kepala penjaga gawang United, mulai mencari beberapa nama yang dianggap sebagai sosok yang tepat menjadi nomor satu.

***

Jan Breydel Stadium menjadi ladang pembantaian bagi si pemilik stadion, Club Brugge. Mereka babak belur di hadapan FC Porto dengan skor 0-4. Yang menarik, sorotan dari pertandingan ini bukan kepada Mehdi Taremi yang membuat brace melainkan kepada sang penjaga gawang, Diogo Costa.

Club Brugge mendapat penalti pada menit ke-49 saat Brandon Mechele dijatuhkan David Carmo. Hans Vanaken yang menendang penalti tersebut gagal setelah tembakannya ditepis Diogo. Wasit Michael Oliver kemudian meminta penalti diulang karena ada pemain Porto yang masuk ke dalam kotak penalti sebelum bola ditendang.

Eksekutor pun berganti kepada Noa Lang. Hebatnya, penalti kedua juga tidak bisa mengalahkan Diogo. Ia kembali melakukan save.

Aksinya itu membawa Diogo masuk dalam buku rekor sebagai kiper pertama sepanjang sejarah Liga Champions yang bisa menepis tiga tendangan penalti secara beruntun. Sebelumnya, ia lebih dulu menepis penalti Patrik Schick dan Karim Demirbay saat melawan Bayer Leverkusen.

Sensasi apik Diogo semakin menguatkan namanya sebagai salah satu prospek kiper paling menjanjikan di Eropa. Bakatnya luar biasa dan sudah menunjukkan penampilan yang ciamik di usia yang baru 23 tahun.

Tidak ada yang menyangka kalau karier Diogo bisa melesat secepat ini. Hingga musim 2020/2021, ia sebenarnya masih menjadi cadangan Agustin Marchesin. Dari segi usia dan pengalaman, Marchesin jelas lebih unggul. Namun cedera yang ia derita pada musim lalu membuat Diogo kemudian mendapat kepercayaan penuh dari Sergio Conceicao.

Kepercayaan yang dijawab dengan sangat brilian oleh si pemain. Diogo memenangkan lima kali penghargaan Goalkeeper of the Month dengan empat gelar diraih secara beruntun. Ia mengumpulkan 15 clean sheet dan masuk dalam Team of the Season pada liga domestik.

Jika terus menunjukkan penampilan gemilang, bukan tidak mungkin angka nirbobolnya melebihi pencapaiannya musim lalu. Sekarang, Diogo sudah delapan kali meraih clean sheets dari 15 laga yang sudah dimainkan di semua kompetisi. Bukan hal yang sulit untuk mengalahkan catatan 17 clean sheet-nya di semua ajang musim lalu.

Namun yang menjadi nilai jual seorang Diogo sudah pasti kemampuannya sebagai seorang sweeper-keeper yang pandai mendistribusikan bola dengan baik. Ada 42 operan yang dilakukan Diogo per 90 menit, 11 diantaranya adalah tendangan 40 yard dengan persentase keberhasilan mencapai 70%. Hal ini menunjukkan kalau Diogo tidak sekadar asal mendistribusikan bola tapi juga mampu membaca posisi rekan setimnya dengan sangat baik.

Satu aspek lain yang membuat Diogo mencapai kematangan yang begitu cepat adalah lingkungan tim yang diisi oleh beberapa pemain senior terutama pada sektor penjaga gawang. Sebelum Marchesin, ada Iker Casillas yang sempat mampir di sana beberapa musim.

Keberadaan Santo Iker membuat Diogo bisa belajar banyak dari dirinya. Iker sendiri melihat kalau Diogo punya atribut untuk menjadi kiper sukses di kemudian hari. Dalam interview dengan OJogo, Iker tidak segan menyebut Diogo sebagai “Bintang Baru Akan Datang.”

Tidak tertutup kemungkinan kalau musim depan seragam Diogo sudah berganti menjadi seragam tim-tim top Eropa. Meski kontraknya masih panjang hingga 2026, tapi dia punya buyout clause sebesar 60 juta Euro (51,6 juta pounds).

Bagi United, angka ini tentu tergolong murah dan tidak sulit untuk mereka penuhi. Tidak ada salahnya bagi United mengejar Diogo apabila Ten Hag ingin menyempurnakan skuadnya. Mereka hanya tinggal merayu si pemain untuk mau merapat mengingat Newcastle United dan Barcelona juga dikabarkan tertarik kepadanya.