Ketika pertama kali didatangkan dari Ajax Amsterdam empat tahun lalu, banyak yang memprediksi kalau Daley Blind akan menjadi salah satu pemain besar di Manchester United. Nyatanya, hingga musim 2017/2018 berakhir Blind tidak bisa menjadi pemain reguler bersama Setan Merah. Ia diberitakan menjadi salah satu pemain yang akan dilepas musim panas ini.

Blind datang ke United dengan atribut yang cukup mewah. Ia adalah penggawa pilihan Louis van Gaal saat membawa Belanda meraih tempat ketiga. Saat sang meneer didatangkan ke United, Blind menjadi buruan utamanya selain pemain Argentina, Marcos Rojo.

Atribut lainnya adalah kemampuan Blind bermain di berbagai posisi. Ia bisa bermain sebagai bek tengah, bek sayap kiri, dan gelandang bertahan. Kemampuannya sebagai versatile player memudahkan United jika ingin melakukan rotasi. Yang lebih penting lagi, Setan Merah hanya mengeluarkan kocek sebesar 14 juta paun saja untuk mendatangkan anak Danny Blind tersebut.

Satu hal yang menjadi kelebihan Blind ketika adalah operan-operannya yang begitu akurat. Dalam dua musim pertamanya di Manchester, akurasi umpan Blind diatas 80%. Ia adalah tipe pemain yang sering disebut-sebut sebagai ball playing defender atau seorang pemain belakang yang pandai membangun serangan.

Pada musim pertamanya, Blind lebih banyak bermain sebagai gelandang bertahan dan bek kiri. Laga melawan Southampton adalah satu-satunya pertandingan yang dimainkan Blind sebagai bek tengah. Baru pada musim keduanya, ia banyak dimainkan oleh Louis van Gaal sebagai bek tengah sebagai dampak dari cederanya Phil Jones dan Marcos Rojo.

Bukan Pemain Favorit Mourinho

Lantas, dengan segala atribut permainan yang dimiliki Blind, mengapa jebolan akademi Ajax Amsterdam ini gagal bersinar di bawah Jose Mourinho? Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah karena sistem yang digunakan Jose tidak mengakomodasi untuk pemain seperti Daley Blind.

Jose kerap menekankan kalau pemain yang ia miliki harus bisa bermain bertahan dan menyerang dengan sama baiknya. Sementara Blind, permainannya lebih terkonsep untuk memperkuat lini pertahanan.

Hal ini yang membuat Blind jarang sekali melepaskan umpan silang meski kerap dipasang sebagai bek kiri baik saat masih dilatih Van Gaal maupun Jose. Umpan silang yang ia lepaskan pun hanya satu umpan silang saja per laga. Bahkan, pada musim pertamanya Blind tidak melepaskan satu umpan silang pun meski dimainkan tujuh kali sebagai bek sayap.

Tinggi Blind yang hanya 180cm menjadi alasan mengapa Jose dalam dua periodenya bersama Setan Merah selalu mendatangkan bek tengah baru yaitu Eric Bailly dan Victor Lindelof. Blind sebenarnya cakap bermain sebagai bek tengah.

Penampilan Blind sebagai bek tengah sejatinya tidaklah buruk. Pada musim 2015/2016 angka tekelnya melebihi catatan pemain yang sudah berpengalaman semisal Laurent Koscielny, Toby Alderweireld, bahkan Robert Huth. Namun posturnya yang tidak terlalu tinggi membuat Blind kerap kesulitan ketika berhadapan dengan penyerang-penyerang tinggi macam Olivier Giroud atau Peter Crouch.

Blind juga tidak bisa berduel secara fisik. Satu aspek yang harus dimiliki semua pemain saat bermain dalam naungan Mourinho. Ia kerap ragu-ragu dalam berduel satu lawan satu yang tidak jarang membuahkan kesalahan.

Saat derby Manchester 2016/2017, Blind ragu untuk berduel dalam situasi 50-50 dengan Kevin De Bruyne. Akhirnya bola kemudian direbut oleh pemain Belgia tersebut dan menjadi gol bagi kubu lawan.

Ketika United disingkirkan Bristol pada Piala Liga, Blind kesulitan mengatasi permainan cepat menguras fisik ala para pemain Bristol. Ketika itu, ia dipasang Mourinho sebagai gelandang bertahan. Beberapa kali, para pemain Bristol menembus lini belakang United dengan diawali keberhasilan mereka mengeksploitasi posisi Blind. Ini juga yang membuat Jose mengambil Nemanja Matic dari Chelsea dan mengorbitkan Scott McTominay yang dikenal pemain yang ngotot.

Sejatinya, potensi Blind bisa keluar apabila United bermain dengan tempo yang lambat. Hal inilah yang membuat mengapa ia lebih bagus bermain di bawah Van Gaal alih-alih Mourinho. Peran Blind lebih menonjol di tangan Si Tulip Besi karena saat United menguasai bola, mereka harus membangun serangan dari lini belakang. Hal ini yang tidak terlihat di bawah Jose Mourinho yang menekankan bola harus langsung diberikan ke pemain depan ketika memulai serangan.