Foto: Independent.co.uk

Sikap menyalahkan adalah perbuatan yang paling mudah dilakukan oleh penggemar klub sepakbola apabila timnya meraih sesuatu yang tidak diharapkan. Jari telunjuk akan berusaha mencari-cari siapa yang layak dijadikan kambing hitam. Dan terkadang, sasaran amarah akan mengarah kepada pemain-pemain yang keburukannya terlihat jelas ketika di lapangan.

Beberapa hari terakhir, Romelu Lukaku menjadi sasaran kritikan sekaligus hujatan dari para pendukung United terkait performanya di atas lapangan. Sudah lima pertandingan ia tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang penyerang setelah mencetak gol ke gawang Watford September lalu. Bahkan, dalam pertandingan terakhir melawan Newcastle, ia tidak ikut ambil bagian dalam urusan membuat gol.

Lukaku pun bereaksi atas hujatan tersebut. Dalam snapgram pribadinya ia menuliskan, “Sejujurnya, saya tidak peduli dengan apa yang orang katakan. Orang-orang akan berbicara apapun mengenai hal-hal yang ingin Anda capai dalam hidup,” tuturnya disertai dengan latar belakang gelap yang dalam artian positif berarti sebagai simbol kekuatan seorang Lukaku.

Satu hal yang menjadi alasan para pendukung United untuk menghujat Lukaku adalah karena banderolnya yang dinilai tidak sebanding dengan gol yang diberikan. Mereka kerap membanding-bandingkan Lukaku dengan Mohamed Salah yang jumlah golnya lebih banyak meski banderolnya hanya setengah dari harga Lukaku.

Jika melihat daftar pencetak gol terbanyak liga Inggris musim ini, jumlah gol Lukaku sebenarnya tidak terlalu buruk. Empat gol yang sudah dibuatnya setara dengan striker-striker lain seperti Pierre Aubameyang, Alexandre Lacazette, Sadio Mane, Joshua King, dan Marco Arnautovic. Dengan Aguero, Harry Kane, Aleksandar Mitrovic, dan Glenn Murray, ia hanya terpaut satu gol saja. Mengejar Eden Hazard yang sudah mencetak tujuh gol pun bukan sebuah hal yang mustahil mengingat mereka baru menjalani delapan pertandingan.

Empat gol dari delapan pertandingan menandakan kalau Lukaku punya rata-rata mencetak satu gol dari dua pertandingan. Jika ia meneruskan torehan tersebut maka di akhir musim ia bisa membuat 19 hingga 20 gol dari 38 pertandingan liga primer. Jumlah tersebut tidak termasuk aksi Lukaku ketika bermain di liga Champions dan Piala FA.

Bukan kali ini saja Lukaku dikritik karena kerap mandul dalam beberapa pertandingan. Musim lalu, ia sampai harus meminta kepada para pendukung United untuk terus memberikannya dukungan alih-alih mencaci maki penampilannya. Bahkan, Martin Keown pernah menyebut kalau penampilan Lukaku seperti kucing.

Pada musim pertamanya, Lukaku mencetak 27 gol dari 51 pertandingan di semua kompetisi dengan rata-rata membuat 0,52 gol per pertandingan. Hanya ada empat pemain yang lebih baik dari Lukaku pada musim pertamanya memperkuat Setan Merah yaitu Van Nistelrooy, Van Persie, Ibrahimovic, dan Dwight Yorke. Dari sini saja terlihat kalau Lukaku tidak kalah dibanding bomber-bomber United lainnya.

Ia bahkan berhasil melampaui rekor idolanya yaitu Didier Drogba terkait catatan golnya di Premier League. Jika Drogba butuh 254 laga untuk membuat 104 gol, maka Lukaku membutuhkan 217 pertandingan saja untuk membuat jumlah gol yang setara dengan Drogba.

Ketika memperkuat Everton, Lukaku mencetak 36 gol dari 81 pertandingan dalam dua musim pertamanya. Ia memang baru membuat 31 gol di United, namun melihat jumlah pertandingannya yang masih di angka 62, maka besar peluang bagi Lukaku untuk kembali memperbaiki catatan pribadinya. Hal ini menunjukkan bagaimana perkembangan serta kematangan seorang Lukaku semakin meningkat setiap musimnya.

Lukaku memang berposisi asli sebagai striker. Tugasnya tentu mencetak gol. Akan tetapi layaknya sepakbola modern yang kian berkembang, peran Lukaku juga ikut berkembang dengan tidak sebatas mencetak gol saja.

Musim lalu, Lukaku membuat tujuh asis. Angka ini hanya kalah dari Pogba yang menjadi pemain United dengan asis terbanyak. Hal ini membuktikan kalau Lukaku tidak hanya dituntut untuk menjadi ujung tombak melainkan juga memberikan servis kepada para pemain yang lain.

Meski memiliki kelemahan dalam hal first touch, Lukaku menutupinya dengan kekuatan otot tubuh yang baik yang memudahkan dirinya untuk menjadi pemantul atau berperan sebagai defensive forward. Tugas ini beberapa kali dijalani Lukaku dengan baik salah satunya ketika ia mengatur proses dua gol Marcus Rashford ketika melawan Liverpool musim lalu.

Hal ini juga yang terlihat ketika United menang 3-2 melawan Newcastle. Masuknya Alexis, Juan Mata, dan Anthony Martial membuat posisi Lukaku pun bergeser ke kanan. Ia memberi kesempatan kepada Marouane Fellaini untuk menggantikan perannya sebagai striker. Berkat Lukaku juga gol ketiga lahir yang diawali dari umpannya kepada Paul Pogba.

Miskinnya sosok winger asli dalam tubuh United juga menjadi alasan dari dikorbankannya ketajaman Lukaku. Alexis Sanchez memang seorang winger, tetapi ia masih kesulitan menemukan permainan terbaiknya. Begitu juga Anthony Martial dan Marcus Rashford yang lebih menonjol dari sisi teknik individu ketimbang kolektivitas. Meski akurasi serta jumlah umpan Lukaku masih dibawah rekannya tersebut, namun Lukaku cukup rajin membuat umpan kunci untuk pemain yang berada di depannya.

Hal ini tentu jauh berbeda jika dibandingkan aksi Lukaku bersama timnas Belgia. Lukaku mencetak banyak gol bersama timnas karena dibekali pemain-pemain yang mampu melayaninya dengan baik. Sosok jenius macam Eden Hazard dan Kevin de Bruyne inilah yang tidak dimiliki skuad Setan Merah saat ini. Hanya Juan Mata dan Alexis Sanchez yang mungkin mendekati dua pemain tersebut.

Pembelaan panjang yang saya buat ini bukan berarti melarang kita untuk mengkritik Lukaku. Tulisan panjang ini dibuat agar Lukaku tidak lagi mendapat hujatan dari para pendukung United. Patut diingat kalau usia Lukaku baru 25 tahun. Kariernya masih sangat panjang dan gol-gol masih akan banyak tercipta.

Dan teruntuk penggemar layar kaca United, ada baiknya kita melihat sepakbola sebagai sesuatu yang utuh dan tidak melihat hanya per bagian saja. Karena sepakbola akan terasa sangat indah jika melihatnya secara keseluruhan ketimbang melihatnya setengah-setengah.