Pertandingan Kosta Rika melawan Serbia menjadi debut pertama Matic dalam turnamen Internasional sekelas Piala Dunia. Sebelumnya, Matic selalu gagal membawa Serbia melangkah di ajang sekelas Piala Eropa maupun Piala Dunia. Dibandingkan negara pecahan Yugoslavia lain semisal Kroasia, jumlah kehadiran Serbia pada ajang-ajang besar terhitung sangat minim.

Sejak berganti nama dari Serbia dan Montenegro menjadi Republik Serbia, hanya Piala Dunia 2010 satu-satunya kompetisi besar yang pernah diikuti oleh mereka. Di ajang kontinental seperti Euro, mereka belum pernah kembali setelah terakhir kali bermain pada Euro 2000 saat masih bernama Yugoslavia.

Maka dari itu keberhasilan Serbia melangkah ke Piala Dunia 2018 dirasa sangat emosional oleh pemain berusia 29 tahun tersebut. Matic mengungkapkan tekanan yang ia rasakan seketika hilang ketika mereka memastikan diri tampil untuk pertama kalinya di turnamen besar dunia setelah delapan tahun absen.

“Tekanan kami begitu berat sebelum memasuki babak kualifikasi. Kami gagal bermain di Piala Dunia 2014 dan kejuaraan Eropa terakhir yaitu Euro 2016. Jadi ada banyak tekanan besar pada kami dan setelah mengetahui kalau kami berhasil lolos, seketika saya merasa senang. Ada rasa emosional dalam diri saya dan rekan setim saya karena bisa mewakili negara kami di Rusia,” tutur Matic seperti dilansir situs resmi klub.

Semalam, Matic menjadi satu dari sekian pemain Serbia yang tampil sangat baik sepanjang 90 menit. Ia merupakan pemain dengan akurasi umpan terbaik dibanding pemain lainnya. Perannya di lini tengah sangat vital baik dalam hal memutus serangan (tiga pelanggaran) dan menjadi titik mula serangan Serbia.

Duetnya dengan sesama pemain Premier League, Luke Milivojevic, berjalan dengan baik. Matic bertugas untuk lebih fokus membantu lini pertahanan dengan kemampuan ball winner yang ia miliki. sedangkan Luke bertugas untuk menjadi distributor bola kepada gelandang kreatif lainnya, Sergej Milinkovic-Savic.

Ketika pertandingan memasuki menit terakhir, bola hasil duel antara Nemanja Matic dan Celso Borges (Kosta Rika) keluar lapangan. Matic yang ingin mengambil bola tersebut justru dihalangi oleh staf pelatih Kosta Rika yang memicu keributan kecil antara dirinya dengan seluruh orang yang berada di bangku cadangan.

Kamera sempat menangkap Matic mengeluarkan kata-kata kasar yang membuat wasit Malang Diedhiou sempat mendapat laporan dari petugas VAR. Beruntung, momen yang menjadi perhatian VAR bukan insiden yang melibatkan Matic melainkan Aleksandr Prijovic.

Selama 90 menit, Matic tampil begitu ngotot. Wajar, mengingat Piala Dunia 2018 ini kemungkinan menjadi Piala Dunia pertama sekaligus yang terakhir bagi mantan pemain Benfica tersebut. Di usianya yang hampir kepala tiga, sulit rasanya untuk melihat Matic masih berseragam merah Serbia ketika Piala Dunia berlangsung di Qatar 2022. Ajang UEFA Nations League dan Euro 2020 kemungkinan menjadi turnamen terakhir yang akan dijalani oleh Matic.

Kemenangan Serbia atas Kosta Rika membuat mereka untuk saat ini berada di puncak klasemen Grup E. Mereka memimpin sendirian dikarenakan Brasil dan Swiss harus berbagi angka 1-1. Kemenangan atas Swiss pada 22 Juni nanti akan memastikan Sbornaya melangkah ke babak 16 besar.

“Kami punya kesempatan besar tetapi kami harus terus menampilkan permainan terbaik dan mempersiapkan diri kami sebaik mungkin sebelum melihat akan berakhir di mana posisi kami. Ada banyak negara dengan kualitas hebat dalam turnamen ini tapi kami masih harus meraih hasil positif,” tuturnya.

Matic tentu ingin melangkah jauh dan membawa Serbia berprestasi dalam ajang Piala Dunia. Akan tetapi, ada satu orang yang berharap Serbia gagal dalam turnamen kali ini. Orang itu adalah Jose Mourinho. Jose ingin Serbia gagal agar pemain andalannya di level klub tersebut bisa beristirahat dan hadir kembali ke Carrington Training Ground dalam keadaan yang bugar.

Ne dam ja na tebe ??

Sebuah kiriman dibagikan oleh Nemanja Matic (@nemanjamatic) pada