Foto: ManUtdnews

Sepak terjang Martin Dubravka di lapangan hijau sudah tidak perlu diragukan lagi. Namun, siapa yang menyangka kalau selain jago bermain sepakbola, Martin juga mahir dalam olahraga lain yaitu hoki es.

Pria Slovakia ini bahkan lebih tertarik untuk menggeluti hoki es ketimbang sepakbola, terutama pada usia lima tahun. Ia juga tidak membantah kalau dirinya bisa saja menjadi pemain hoki profesional sebelum sebuah insiden membuatnya mengalami cedera parah yang membahayakan karier sekaligus nyawanya.

“Saya mungkin telah pergi ke hoki es, tapi ketika saya berusia lima tahun saya melukai diri saya sendiri. Saat pesta barbeqiu di rumah, saya iseng mencoba memotong kayu dengan pisau besar. Orang tua sudah berkata hentikan, tapi saya justru melakukan kesalahan dan pisaunya terkena kakiku. Itu adalah cedera yang buruk dan bekas lukanya masih ada di kaki saya,” kata Martin.

“Para dokter berkata jika luka saya sedikit lebih tinggi beberapa milimeter lagi, saya akan mengalami kesulitan berjalan dan tidak akan ada peluang untuk saya menjadi penjaga gawang,” katanya menambahkan.

Martin mengungkapkan kalau dirinya beruntung dan tidak beruntung disaat bersamaan. Tidak beruntung karena karier hoki es-nya kandas, tapi disisi lain ia punya sepakbola yang bisa menjadi olahraga alternatif mengingat ia juga tidak bisa bermain skateboard, olahraga favoritnya yang lain.

Menjadi Kiper Karena Hiperaktif

Kesalahan yang dilakukan Martin kecil bukannya tanpa alasan. Dia adalah anak yang hiperaktif. Dia suka berlarian, melompat-lompat di tempat tinggalnya, berbicara. Intinya, Martin tidak bisa diam. Sifatnya ini membuat keluarganya cukup kerepotan dalam mendidiknya.

Neneknya yang melihatnya ini pun merasa kalau tingkah aktif cucunya tersebut harus disalurkan ke hal-hal yang sifatnya positif. Tempat yang paling tepat adalah olahraga, hobi yang membuat orang leluasa bergerak tanpa membuat repot orang lain.

“Saya hiperaktif, saya punya terlalu banyak energi dan harus terus dikeluarkan. Saya tidak berhenti bicara, melompat, dan membuatnya gila. Nenek saya berkata, “Kamu harus pergi dan melakukan sesuatu di luar.” Dia tahu beberapa pelatih sepakbola yang bisa menangani saya dan meskipun saya masih muda untuk bermain dengan kelompok usia itu, dia tetap bersikeras,” ujarnya.

Selain hiperaktif, keputusan Martin menjadi penjaga gawang juga tidak lepas dari latar belakang keluarganya yang juga sama-sama berprofesi sebagai kiper. Martin sebenarnya ingin mencoba karier di posisi lain, tapi tampaknya melindungi gawang dari kebobolan seperti sebuah tradisi bagi keluarga Dubravka.

Bersinar di Tyneside

Bakat Martin tidak terlalu tercium oleh sejumlah beberapa klub. Ini wajar mengingat penampilannya hanya berkutat di liga-liga yang kurang terkenal seperti Slovakia dan Denmark. Ia menjadi kiper utama dan menghabiskan lima tahun di MSK Zilina. Setelahnya, ia bermain untuk Esbjerg sebelum kemudian ia hijrah ke Republik Ceska untuk bermain bersama Slovan Liberec dan Sparta Prague.

Saat bermain di Sparta Prague inilah bakat Martin mulai mendapat sorotan dari klub-klub elite Eropa. Ditambah dengan penampilan apiknya pada kualifikasi Piala Dunia membuat namanya mulai terangkat. Newcastle United akhirnya merekrutnya sebagai pemain pinjaman pada 2018.

Keputusan mendatangkan Martin saat itu menimbulkan perdebatan mengingat The Magpies sudah memiliki Rob Elliot dan Karl Darlow yang tidak kalah bagusnya. Selain itu, masih ada Freddie Woodman di bangku cadangan.

Namun, apa yang ditunjukkan Martin dalam debutnya melawan Manchester United adalah alasan pasti kenapa Newcastle mau merekrutnya. Ia tampil gemilang dan membawa mereka menang dan tidak kebobolan.

Tidak hanya kemampuan mengawal gawang, Rafael Benitez yang merupakan manajer Newcastle United saat itu menyukai Dubravka karena cara berkomunikasinya yang dianggap lebih baik dari kiper lainnya. Saat debutnya tersebut, ia berani membimbing rekan-rekannya yang sudah bermain lebih dulu ketimbang dirinya. Selain itu, bahasa Inggrisnya juga lancar.

Sejak saat itu namanya tidak tergantikan sebagai pilihan di bawah mistar Newcastle United. Martin bermain 130 kali dan mendapat banyak apresiasi seperti berada pada posisi 20 dalam daftar pemain terbaik Premier League musim 2018/2019 dan mengungguli nama-nama seperti Alisson dan David de Gea. Ia juga meraih gelar pemain terbaik klub untuk musim 2019/2020.