foto: skysports.com

Pada 25 Februari silam, Manchester United menjalani laga leg kedua babak 32 besar Europa League dan United harus menang lebih dari satu gol jika ingin terus melaju. United dipaksa pulang dengan kekalahan 1-2 kala bertandang ke FC Midtjylland.

Namun, petaka datang sebelum pertandingan dimulai, tepatnya pada saat pemanasan. Louis Van Gaal dipaksa mencari pilihan lain setelah Anthony Martial cedera dan tidak dapat bermain. Manajer asal Belanda itu akhirnya memasukkan Marcus Rashford, pemain berusia 18 tahun yang belum pernah mencicipi sekalipun pertandingan resmi.

Babak pertama berakhir sama kuat dengan skor 1-1. Pada menit ke-63, bocah asal Inggris itu mengejutkan publik Old Trafford dengan golnya yang menyamakan agregat. Berselang 12 menit, ia kembali mencatatkan namanya di papan skor dan membuat United unggul. Gol-nya juga memberi suntikan moral bagi rekan-rekannya sehingga United bisa menyelesaikan pertandingan dengan skor 5-1 dan lolos ke babak 16 besar Europa League.

Siapa sangka pemain muda itu berhasil mencetak dua gol di debutnya dan menjadikan ia sebagai pencetak gol termuda United dalam kompetisi Eropa yang dahulu dipegang oleh George Best. Panggung besar Theatre of Dream tidak membuatnya gugup, bahkan ia keluar sebagai pahlawan dan pemain terbaik dalam pertandingan tersebut.

Tiga hari berselang, Rashford dipercaya bermain dari menit pertama kala menghadapi Arsenal di Old Trafford. Pertandingan ini menjadi pertandingan debutnya di liga dan ia kembali menghebohkan banyak orang. Dua percobaan tembakannya berbuah gol dan mengantarkan United meraih kemenangan 3-2. Dengan penampilan impresifnya di dua laga awal bersama United, banyak yang langsung menilai bahwa ia akan menjadi pemain hebat. Namun sepertinya masih terlalu dini jika menilai dari dua pertandingan awal.

Tapi pemain kelahiran Wythenshawe itu menjawab pertanyaan itu. Ia menjalani musim pertamanya dengan luar biasa untuk seorang pemain muda dengan catatan tujuh gol dan dua asis dari 14 pertandingannya berseragam United. Ia juga sukses mencetak gol pada Derby Manchester pertamanya Maret silam. Penampilan gemilangnya membuat ia dipanggil untuk membela timnas Inggris pada Mei lalu.

Ia kembali mencetak gol dalam pertandingan debutnya, kali ini bersama bersama timnas. Rashford mencetak gol pertama dalam kemenangan 2-1 Inggris atas Australia di Stadium of Light. Gol itu membuatnya menjadi pemain Inggris termuda yang berhasil mencetak gol di debutnya.

Rashford pun menuai banyak pujian. Salah satunya adalah dari legenda United sendiri, Andrei Kanchelskis. Ia merasa Rashford akan memiliki masa depan yang cerah bersama United.

“Rashford sangat bagus dan memiliki kecepatan tapi ia masih butuh waktu. Ini adalah perubahan besar baginya tapi ia bisa mengantarkan United untuk meraih gelar,” ujar pria asal Ukraina itu.

Thierry Henry bahkan mengatakan bahwa Rashford mengingatkannya kepada legenda sepakbola Belanda, Patrick Kluivert. “Dia mengingatkan saya pada kluivert muda di atas lapangan. Dia jelas memiliki bakat yang luar biasa,” tutur mantan pemain Arsenal itu.

Setelah menutup musim pertamanya dengan baik, Rashford harus bersiap mengarungi musim keduanya. Situasinya memang cukup berbeda. Pergantian kursi kepelatihan dari Van Gaal ke Jose Mourinho jelas akan mengubah banyak hal. Ditambah dengan kedatangan Zlatan Ibrahimovic yang mengancam posisinya sebagai striker.

Di awal musim, pemain yang bergabung dengan akademi United pada umur tujuh tahun ini tidak terlalu mempersoalkan itu. Ia justru menganggap kedatangan Ibra membuat ia bisa belajar banyak dari striker Swedia itu. “Ibrahimovic mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk memenangi pertandingan dan memenangi banyak trofi. Jadi, ada hal-hal yang bisa dipelajari dari dia,” ujarnya.

Kedatangan Ibra ternyata tidak terlalu memengaruhi posisi Rashford di tim utama. Ia bermain di sembilan dari 12 pertandingan liga. Namun, perbedaannya adalah ia lebih sering dimainkan sebagai pemain sayap. Mourinho lebih memercayakan posisi striker untuk Ibra.

Hal ini cukup sulit bagi Rashford. Ia adalah pemain yang memiliki penyelesaian tajam. Saat bermain di sayap, ia tidak banyak mendapat peluang sehingga tidak dapat mencetak banyak gol. Dari 12 penampilannya musim ini, ia baru mencetak tiga gol. Selain itu, seorang sayap juga harus turun dan membantu bek sayap dalam menghalau serangan-serangan dari sisi samping lapangan.

Kondisi ini membuat banyak yang mengkritik Mou karena dianggap tidak memaksimalkan potensi Rashford. Ibra juga sebenarnya tidak bagus-bagus amat. Ia sempat gagal mencetak gol di enam pertandingan liga. Hal ini membuat banyak orang menilai sudah seharusnya Mourinho memberi kesempatan untuk Rashford.

Legenda Arsenal, Ian Wright, juga mempertanyakan keputusan pelatih asal Portugal itu. Wright menilai posisi terbaik Rashford adalah penyerang tengah. “Rashford datang ke momen yang tepat, mencetak gol, bermain lewat tengah. Ia adalah pencetak gol dengan pergerakan bagus. Namun mereka malah menempatkannya di sayap kiri dan membiarkan ia membusuk disana,” ujar Wright.

Performanya memang cukup menurun jika dibandingkan dengan musim lalu. Konversi golnya menurun dari 43,75% menjadi 23,07%. Sebagai seorang pemain sayap, seharusnya ia banyak melakukan dribel-dribel menusuk pertahanan lawan. Namun, jumlah dribel per pertandingannya juga menurun dari 1,14 menjadi 0,91. Sejauh ini, tiga golnya kala menghadapi Hull City, Watford, dan Leicester terjadi melalui sontekan jarak dekat. Situasi yang bisa ia dapatkan lebih jika bermain sebagai striker.

Pada pekan ke-12 Liga Primer lalu, United menghadapi Arsenal di Old Trafford. Ibra yang biasa bermain sebagai striker harus menepi karena larangan bermain akibat 5 kartu kuning yang didapatnya. Mouriho juga tidak memilih Wayne Rooney karena belum fit. Sehingga The Special One memilih Rashford untuk mengisi posisi striker.

Namun sayangnya, tidak seperti pertemuan pertamanya dengan Arsenal, Rashford gagal memberi kontribusi banyak. Ia hanya melepaskan satu tembakan dan tidak melakukan satupun dribel. Dan yang paling menyita perhatian adalah kegagalannya menghentikan kecepatan Alex-Oxlade Chamberlain. Rashford terlihat kurang cepat sehingga Chamberlain leluasa melepaskan umpan silang yang berhasil diselesaikan oleh sundulan Olivier Giroud. Gol ini memusnahkan kemenangan United yang sudah di depan mata.

Salah satu pundit sepakbola Inggris, Jamie Redknapp, bahkan mengatakan bahwa Rashford yang membuat United gagal memetik poin penuh. “Dia lambat dalam menutup pergerakan Chamberlain, membiarkannya berlari. Dia terlalu mudah dilewati. Padahal, ini bisa menjadi kemenangan yang sangat penting,” ujar mantan gelandang Liverpool itu.

Rashford memang belum mampu memperlihatkan performa gemilangnya seperti musim lalu. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan yang cukup besar yang diberikan kepadanya. Wajar jika publik Old Trafford berharap banyak kepadanya mengingat performa gemilangnya musim lalu. Yang harus dilakukan Rashford adalah terus belajar untuk meningkatkan kualitasnya dan membuktikan bahwa ia memang akan menjadi pemain hebat kelak.