Empat tahun lalu, Argentina melangkah ke babak final Piala Dunia 2014 berkat ketangguhan lini pertahanannya. Selain kegemilangan Sergio Romero, nama Marcos Rojo saat itu menjadi lambang dari keperkasaan tim Tango sebelum dikalahkan oleh Jerman di stadion Maracana. Mobilitas serta agresifnya Rojo sebagai bek kiri memancing tim penilai dari Castrol untuk memasukkan namanya dalam skuat terbaik versi sponsor dari FIFA tersebut.

Hal ini memancing ketertarikan dari beberapa klub besar Eropa. Salah satunya adalah Manchester United. Louis Van Gaal yang berusaha mereparasi kebobrokan United di tangan Moyes mengaku tertarik untuk mendatangkan mantan pemain Spartak Moskow tersebut.

“Ketika kami (Belanda) bersiap melawannya, dia adalah orang yang permainannya saya amati. Dari video yang kami dapat, saya begitu bersemangat dan dia adalah orang yang tepat di posisi bek tengah dan bek kiri. Saya senang bisa mendapatkannya karena dia bermain cemerlang di Piala Dunia,” tutur LVG.

Kedatangan Rojo dimaksudkan sebagai pengganti Nemanja Vidic dan Rio Ferdinand. Dia mewakili ketangguhan ala Vida serta visi bermain yang ciamik ala Rio. Namanya disebut-sebut sebagai warisan terbaik Louis Van Gaal sepeninggal sang meneer yang dipecat hanya dua hari setelah memenangi Piala FA.

Sayangnya, setelah empat musim di Manchester, Rojo tidak seperti apa yang dia tampilkan ketika masih memperkuat Argentina. Penampilannya tidak pernah konsisten. Hari ini tampil baik, belum tentu pekan depan ia menunjukkan penampilan yang sama.

Rojo punya kemampuan sebagai bek yang berani untuk meneror para penyerang. Keberaniannya dalam berduel fisik seolah-olah menunjukkan kalau para pemain depan tidak boleh macam-macam kepadanya. “Dia pribadi yang kuat. Wajahnya seperti anjing bulldog karena menyeramkan ketika pertama kali bertemu. Tapi dia adalah orang yang baik,” tutur Van Gaal menambahkan.

Akan tetapi, permainan tanpa komprominya ini kerap membawa masalah. Tidak hanya untuk klub namun juga kepada Rojo sendiri. Siapa yang masih ingat ketika ia menekel keras Arturo Vidal dan harus diusir wasit di final Copa America 2016. Padahal situasi Argentina saat itu telah unggul satu pemain karena Cile sebelumnya hanya bermain 10 pemain.

Musim 2016/2017 bisa dibilang menjadi momen tepat bagi Rojo untuk bangkit. Ia bermain 41 kali hampir dua kali lipat dibanding musim sebelumnya dan berkontribusi dalam raihan Piala Liga di Wembley. Akan tetapi, tekel buruknya ketika melawan Anderlecht justru membuat ligamennya rusak dan memaksa dirinya absen selama enam bulan.

Karakter Rojo memang petarung, dia tidak segan-segan untuk melancarkan tekel. Banyak pengamat menyebut kalau apa yang dia lakukan adalah metode untuk menghancurkan mental pemain depan. Akan tetapi, permainan seperti ini jelas berisiko.

Sekembalinya dari cedera parah, Rojo pun kesulitan untuk mendapatkan tempat di tim utama. Kecepatannya mulai melambat dan beberapa kali menjadi bulan-bulanan lawan. Kelemahannya dalam bermain di bola-bola bawah mulai terlihat. Saat melawan Burnley di boxing day 2017, Rojo sudah terkena kartu kuning karena kalah cepat dari pemain lawan. Begitupun ketika melawan Watford saat dia seperti orang bingung mengawal Roberto Pereyra.

Penampilannya di Piala Dunia pun sebenarnya biasa saja. Ia memang menjadi juru selamat ketika Argentina melawan Nigeria. Akan tetapi, saat melawan Prancis ia diperdaya oleh Kylian Mbappe yang membuat Jorge Sampaoli menggantinya dengan Federico Fazio di awal babak kedua.

Jose Mourinho semakin frustrasi karena jelang musim 2018/19 ia mendapat kabar tidak menyenangkan dari pemainnya ini. Rojo pulang dengan membawa masalah kebugaran di saat teman-temannya yang bermain di Piala Dunia sedang menjalani liburan.

“Saya tidak tahu. Dia sekarang bersama tim medis. Sejak Piala Dunia saya menjalin kontak dimana dia memiliki masalah fisik dan bagian tim medis akan membuat keputusan apakah dia akan bergabung bersama kami di pra musim atau kembali ke Manchester untuk pemulihan.”

Ungkapan tentang Rojo tersebut beriringan dengan berita kalau dirinya mengincar salah satu diantara Toby Alderweireld dan Harry Maguire. Nama terakhir menjadi target paling serius Setan Merah. Bahkan agen dari bek PSG, Marquinhos dikabarkan telah mengontak Mou untuk menawar kliennya tersebut.

Siapa manajer yang tidak mau menawar tiga pemain tangguh di lini belakang dengan kualitas yang setara atau bahkan lebih baik ketimbang Rojo. Terlebih lagi dirinya seperti frustrasi karena mantan pemain Sporting Lisbon ini tidak bisa lepas dari momok yang namanya cedera.

Nama Rojo memiliki arti adalah “merah”. Akan tetapi, melihat performanya selama empat tahun yang inkonsisten, tampaknya karier Rojo dengan seragam merah akan berakhir tidak lama lagi.