Rekrutan anyar Manchseter United, Romelu Lukaku, sering disandingkan dengan pendatang baru Chelsea, Alvaro Morata, dan dari catatan statistik dan kebutuhan tim, Jose Mourinho akan lebih senang dengan pilihannya. Lantas siapakah yang lebih efektif sebagai mesin gol?

Perbincangan soal Lukaku dan Morata menjadi menarik. Pasalnya, ini seperti “transfer yang tertukar”. Lukaku awalnya diinginkan Chelsea, pun sebaliknya dengan Morata. Namun, kenyataan justru berkata lain.

Bergantung pada Kebutuhan Tim

Setiap kesebelasan biasanya punya satu orang yang memiliki peran signifikan yang bisa memengaruhi hasil akhir. Baik Lukaku maupun Morata, keduanya bisa memegang peran sebagai orang tersebut. Keduanya bisa terlibat dan menentukan hasil akhir pertandingan.

Lukaku merupakan ujung tombak sejati. Dia terlahir sebagai mesin gol tunggal bagi kesebelasan manapun tempat dia bermain. Sementara itu, Morata merupakan tipikal penyerang yang memiliki pos bermain sedikit lebih ke belakang.

Berbeda dengan pemain asal Belgia yang matanya lebih tertuju pada gawang, Morata cenderung melihat ke pemain lain untuk memastikan posisinya lebih strategis dari rekan-rekannya dalam mencetak gol. Namun, dari pertandingan pramusim United, Lukaku saat ini lebih bermain sebagai salah satu anggota tim yang mengutamakan efektifitas dalam sepakbola.

Statistik yang Berbalik

Sejauh statistik mencatat, Morata memiliki lebih banyak umpan dibanding tembakan ke gawang sementara Lukaku memiliki rekor sebaliknya. Morata memiliki nilai rata-rata sebagai seorang penyerang. Di sisi lain, Lukaku lebih unggul dalam mencetak gol. Morata mampu bermain di berbagai sisi dengan kemampuan biasa, namun Lukaku cenderung sebagai ujung tombak tapi dia sangat luar biasa dalam hal tersebut, mana yang Anda pilih?

Meskipun pernah bergabung dengan tim-tim terbesar di Spanyol dan Italia, Alvaro kesulitan untuk mendapatkan jam terbang reguler. Saat dirinya bermain untuk Real Madrid, Morata dimasukkan ke dalam skuad hanya sebagai cadangan dari Karim Benzema yang memiliki stamina kurang memadai.

Sementara dia berada di lapangan, Cristiano Ronaldo lebih difavoritkan menjadi untuk mencetak gol dibanding pemain depan manapun dalam tim, termasuk Morata sendiri. Selain itu, saat bergabung bersama jawara Italia Juventus, pemain timnas Spanyol ini juga memiliki nasib serupa. Dirinya hanya bermain sebanyak 34 kali di Serie A, 18 di antaranya berperan sebagai pemain cadangan; selama itu, dia hanya mencetak delapan gol dan tujuh asis.

Di sisi lain, Romelu Lukaku ditunjuk oleh Jose Mourinho sebagai jalan keluar atas krisis gol Manchester United dan torehan gol mantan pemain Everton ini di Premier Leaguedisebut sebagai alasan utama The Red Devils merekrutnya.

Romelu Lukaku mengakhiri musimnya dengan 25 gol dari 37 penampilannya di EPL. Pemain 24 tahun tersebut keluar sebagai runner up dalam pencetak gol terbanyak dibawah Harry Kane. S

elain itu, dia juga mencatatkan enam asis untuk rekan-rekannya di Everton. Dari sudut pandang ini, Lukaku bahkan lebih baik dari Zlatan Ibrahimovic yang mecetak 17 gol dan 5 asis di 28 laganya.

Sebagai pengganti peran penyerang Swedia tersebut, Mou tidak salah pilih. Terlebih lagi, penyerang Belgia ini sudah mulai menunjukkan tajinya sejak berseragam merah saat tur pra musim bergulir saat melawan Real Salt Lake dan pertandingan derby melawan Manchester City sebagai pencetak gol pertama.

Sejak bergabung bersama Chelsea pada 2011, Lukaku sudah pernah merumput sebagai anggota West Bromwich Albion dan Everton sebagai pemain pinjaman. Namun, di musim keduanya bersama The Toffees, dia sudah terhitung sebagai pemain tetap di sana. Sejak saat itu, dirinya telah menorehkan 85 gol terhitung sejak 2012. Satu-satunya pemain yang mengungguli angka tersebut di Premier League ialah Sergio Aguero dengan catatan 99 golnya. Sejauh ini dan sebagai jaminan di masa mendatang, Lukaku memang pantas disebut sebagai mesin gol.

Editor: Frasetya Vady Aditya