Lucas Moura menjadi momok menakutkan dalam laga Manchester United melawan Tottenham Hotspur. Dia adalah aktor kunci dalam kemenangan pertama Spurs di Old Trafford sejak 2014. Dua dari tiga gol yang dibuat Spurs berasal dari kaki sayap lincah asal Brasil tersebut yang membuahkan predikat Man of the Match dari Premier League.

Tragis rasanya kalah di kandang sendiri. Skor telak 0-3 menunjukkan kalau si pemilik stadion tidak berdaya menghadapi permainan tim tamu. Apalagi jika melihat fakta kalau yang menjadi bintang lapangan adalah orang yang sebenarnya hampir berseragam merah Manchester United beberapa tahun lalu.

Ketika masih bermain di Sao Paulo, nama Lucas Moura sudah menggoyahkan hati Sir Alex Ferguson untuk merekrutnya. Ia nantinya akan menjadi pemain warisan Sir Alex bersamaan dengan Shinji Kagawa, Nick Powell, dan Alex Buttner. Ferguson tergiur dengan penampilan Moura yang membuat 8 gol dan 13 asis pada musim kompetisi 2011. Semusim berselang, Moura membuat 16 gol yang membuat namanya dibawa oleh timnas U23 Brasil untuk bermain di Olimpiade London 2012.

Berada di Inggris tentu saja memudahkan United untuk melakukan negosiasi. Pada 5 Agustus 2012 atau sehari setelah mengalahkan Honduras pada babak perempat final, Setan Merah dikabarkan sepakat untuk merekrut Moura dengan nilai 35 juta paun. United mengalahkan Inter Milan dalam lomba mendatangkan Moura. Pengumuman perekrutan rencananya akan diumumkan 48 jam setelah kesepakatan tersebut.

Akan tetapi, segalanya berubah dalam waktu 48 jam. Pada 8 Agustus, PSG tiba-tiba datang dan langsung mengalahkan tawaran United. Tidak perlu waktu lama bagi Lucas untuk mengiyakan tawaran tersebut dan langsung menjadi pemain anyar sekaligus pemain termahal Les Parisien pada musim tersebut.

Ferguson pun sempat mengutarakan rasa kecewanya tidak bisa mendapatkan Moura. Dalam buku autobiografinya “Leading”, ia mengaku tidak sanggup meladeni tawaran mahal PSG yang ia nilai terlalu tinggi untuk pemain muda seperti Moura.

“Dia (Moura) adalah sayap kanan yang sangat berbakat ketika masih bermain di Sao Paulo. Kami beberapa kali menaikkan tawaran dari 24 juta paun yang kemudian kami naikkan menjadi 30 juta paun dan 35 juta paun. Tetapi PSG berhasil mengalahkan kami dengan tawaran 45 juta paun. Saya dan David (Gill) tidak siap dengan tawaran yang tinggi seperti itu,” tuturnya.

Moura sendiri beralasan untuk tidak menerima tawaran United disebabkan karena ia lebih menyukai kota Paris ketimbang Manchester. Ia sebenarnya sempat pusing memilih salah satu diantara United atau PSG hingga akhirnya nama terakhirlah yang dipilih oleh Moura.

“Saya memutuskan memilih PSG karena Paris adalah tempat terindah di dunia. Saya bisa berada di Menara Eiffel sepanjang waktu. Saya sangat dekat dengan United tapi itu hampir terjadi sebelum Leonardo (direktur sepakbola PSG) menelepon saya dan berbicara kepada kedua orang tua saya. Sebuah momen yang sulit hingga akhirnya saya sadar kalau di sepakbola Anda harus memilih satu tim,” tutur Moura dikutip Daily Star.

Seolah tidak kapok dengan kegagalannya, United kembali mencoba mendatangkan Moura ketika sudah dipimpin oleh Mourinho. Moura yang kesulitan mendapatkan tempat utama di PSG tidak menyurutkan niat United untuk mencoba mendekatinya lagi. The Special One bahkan sudah tertarik dengan sosok Moura ketika ia masih menangani Real Madrid. Kabar ketertarikan Setan Merah ini diungkapkan oleh agennya pada musim panas 2016.

“Siapa yang menelepon Lucas Moura untuk bermain di sana (Real Madrid)? Bukan Florentino Perez yang ingin merekrutnya melainkan Jose Mourinho. Dia begitu bergairah terhadap Lucas Moura. Jadi, Manchester United kembali menginginkan Lucas kembali,” tutur Wagner Ribeiro, agen dari Moura.

Akan tetapi, ketertarikan tersebut memudar seiring bergulirnya waktu. Entah apa yang membuat United kemudian tidak serius untuk merekrut Moura. Sampai pada akhirnya, Tottenham Hotspur datang pada Januari 2018 dan merekrutnya dengan nilai 25 juta paun.