“Aaron Wan-Bissaka adalah lawan yang sangat kuat, itulah yang saya pikirkan saat saya bermain. Ada banyak situasi di mana ia merentangkan kakinya hingga bisa merebut bola dari kaki saya. Jadi saya merasa kalau saya benar-benar kalah telak darinya.”

Itu adalah pernyataan yang keluar dari mulut Kaoru Mitoma setelah Brighton kalah adu penalti dari Manchester United hari Minggu lalu. Sebelum laga, Mitoma menjadi sosok yang patut diwaspadai oleh lini belakang Setan Merah. Maklum saja, winger Jepang ini sedang dalam puncak performa dan punya peran besar dalam perjalanan Brighton yang saat ini berada di zona Eropa.

Akan tetapi, Aaron Wan-Bissaka menjadi pembeda. Dia datang dan seolah membuktikan kalau sesuatu yang terlihat bagus pun pasti memiliki kelemahan dan sosok Wan-Bissaka seolah menjadi penawar bagi aksi magis seorang Mitoma. Sepanjang laga terlihat jelas Mitoma kesulitan mengatasi pertahanan solid yang digalang Wan-Bissaka.

Selain itu, apa yang terjadi di Wembley kemarin tidak hanya sekadar permainan apik seorang Wan-Bissaka. Namun juga sebagai momen penegasan kalau dirinya sudah berkembang dengan cukup baik bersama Erik ten Hag terutama sejak paruh kedua setelah jeda Piala Dunia.

Berkah Cedera Dalot

Beberapa perubahan diinginkan Erik ten Hag ketika ia pertama kali masuk ke skuad United. Salah satunya adalah ia ingin bek kanan yang punya kekuatan seimbang baik dari segi bertahan maupun menyerang. Sayangnya, Wan-Bissaka bukan kriteria dia. Dalot lah yang terpilih dan penggawa asal Portugal ini memanfaatkannya dengan baik.

Di sisi lain, nasib baik tidak berpihak kepada Wan-Bissaka. Selain tempatnya tergusur oleh Dalot, ia juga masuk dalam daftar jual klub. Apesnya lagi, tidak ada klub yang melakukan penawaran untuknya hingga bursa transfer berakhir yang memaksanya untuk bertahan.

Wan-Bissaka sama sekali tidak dilirik oleh Ten Hag. Dari pekan pertama Liga Inggris melawan Brighton sampai laga terakhir sebelum jeda Piala Dunia melawan Fulham, ia hanya bermain empat menit. Sisanya, ia bahkan tidak dibawa dan sempat mengalami cedera punggung.

Ketika fit pun nasibnya tidak berubah. Bahkan Ten Hag lebih rela melihat Tyrell Malacia kesusahan bermain sebagai bek kanan alih-alih memberinya kesempatan bermain.

Segalanya kemudian berubah setelah Piala Dunia. Kesempatan bagi Wan-Bissaka muncul dengan sendirinya setelah Dalot mengalami penurunan performa akibat menderita cedera. Wan-Bissaka kembali menjadi pilihan utama dan tidak tergantikan. Ia hanya absen enam kali dari 32 pertandingan sejak 21 Desember 2022. Tidak hanya lebih sering bermain, Wan-Bissaka juga menunjukkan banyak peningkatan. Aspek menyerangnya jauh lebih baik meski memang belum terlalu signifikan.

Soal bertahan jangan ditanya. Ia hanya satu kali bisa dilewati di Premier league musim ini dan menjadi pemain dengan persentase tekel sukses tertinggi di lima liga top Eropa.

Dengan membaiknya performa Wan-Bissaka dan juga Dalot, maka secara tidak langsung kedua pemain ini bisa mengubah kebijakan United pada bursa transfer nanti. Sampai saat ini, Ten Hag masih menginginkan bek kanan berkualitas lainnya dengan nama Jeremie Frimpong menjadi kandidat terkuat. Namun, dengan fokus utama tim yang mengincar striker baru maka bukan tidak mungkin Wan-Bissaka masih akan menjadi pilihan utama pada musim kedua kepelatihan Erik ten Hag.