Karier Gabriel Heinze berjalan singkat ketika memperkuat Manchester United. Ia hanya bertahan tiga musim dan memperkuat klub dalam 83 pertandingan saja. Dari jumlah tersebut, ia mencetak empat gol dan hanya punya satu gelar Premier League yang didapat pada musim terakhirnya bersama klub.
Meski singkat, namun Heinze punya banyak kisah menarik selama berbaju United. Ia pernah menjadi pemenang namun ia juga pernah mengalami cedera parah yang membuat United membeli Patrice Evra, pemain yang secara tidak langsung menggusur peran Heinze ke depannya. Baik Evra dan Heinze juga pernah bertabrakan ketika diacak-acak Kaka. Selain itu, ia juga pernah menjadi kapten saat United bertandang ke kandang Chelsea.
“Saya adalah seorang pemenang, kapten, dan penggemar mencintai saya. Segalanya berjalan sangat sempurna,” kata Heinze.
Selain cerita menarik di atas lapangan, Heinze juga pernah terlibat konflik di luar lapangan. Satu yang paling berkesan adalah ketika ia berseteru dengan kapten United saat itu, Roy Keane. Kejadiannya terjadi pada 2004, momen ketika United gagal menang dari Middlesbrough.
Heinze saat itu memilih untuk menjadi orang pertama yang masuk ke ruang ganti dan disusul oleh Roy Keane di belakangnya. Ketika itu, ia emosi karena mendengar namanya mendapat umpatan dari sang kapten.
“Kami kehilangan satu laga dan saya pergi ke ruang ganti duluan dan Roy Keane yang kedua. Saya suka pergi lebih dulu setelah laga karena saya tidak mau bicara ketika tim kalah. Saya tidak paham bahasa Inggris kecuali kata-kata kasar. Lalu, saya mendengar nama saya yang disusul kata f*ck off yang datang dari mulut Keane, salah satu pemain terbaik.” Kata Heinze dalam wawancaran dengan TV Argentina tiga tahun lalu.
“Saya tahu kalau itu adalah kata-kata buruk, jadi saya melawannya. Saya membalas idola Manchester United yang dicintai semua orang ini dengan megucapkan: f*ck off you, lalu saya tidak ingat apa yang terjadi berikutnya.
Heinze kemudian sadar kalau dia telah ditinju oleh Keane hingga KO.
Meski begitu, Heinze memang orang yang berani. Bodo amat kalau Keane itu kapten United, ia tidak akan segan-segan untuk menyerangnya. Jika Keane membuat Heinze KO dengan tinjunya, maka mantan pemain PSG ini pernah membuat Keane menderita karena tekelnya yang membuatnya tidak bisa bermain dalam sebuah pertandingan.
“Kami akan melawan Spurs pada hari Sabtu, dan pada hari Jumat kami menjalani sesi latihan ringan. Namun, segalanya berjalan buruk dengan saya dan Gabby yang saling tekel satu sama lain. Saya pulang dalam keadaan pincang dan berkata kepada istri kalau saya akan melaporkan cedera ini kepada dokter tim.”
“Saya sampai di Old Trafford dengan langkah pincang di ruang ganti. Akan tetapi, saya justru mendapat obat penghilang rasa sakit dan dimainkan. Istri saya tertawa setelah mendengar kalau saya akan main karena dia melihat saya pergi dengan kondisi pincang,” kata Keane.
Meski kedua pemain ini dikenal bengal, namun Keane dan juga Heinze saling menghormati satu sama lain. Keane bahkan menyebut kalau Heinze adalah orang yang baik tapi sangat jahat ketika berada di tempat latihan. Mentalitas Heinze yang ngotot untuk tidak mudah dikalahkan menjadi nilai tambah dalam skuat Setan Merah pada saat itu.
Penyesalan Karena Sifat Egois
Pria yang berulang tahun pada hari ini tersebut datang dari PSG pada 2004 dengan nilai 6,9 juta paun. Musim pertamanya berjalan sangat mulus hingga membawanya menjadi pemain terbaik klub setelah mengalahkan Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo.
“Tidak masalah kalau penghargaan itu didapat dari media atau orang di luar permainan ini, tetapi istimewa rasanya ketika penghargaan datang dari rekan setim. Para pemain yang bekerja dengan Anda setiap hari. Saya menghargai keputuan mereka karena ini adalah musim pertama saya di sini dan ini merupakan langkah besar ketika masuk ke Manchester United. Saya tersentuh dengan gelar ini,” ucap Heinze saat menerima penghargaan.
Akan tetapi, hanya musim itu sinar Heinze muncul di Manchester. Pada musim berikutnya, ia mengalami cedera yang cukup parah hingga membuatnya absen panjang. Kedatangan Patrice Evra pada 2006 juga pelan-pelan mulai menggeser posisinya sebagai bek kiri utama klub dan sempat membuatnya menjadi bek tengah. Heinze ingin pindah. Sayangnya, tujuan yang ia pilih adalah Liverpool.
“Harapan saya tidak pernah berubah yaitu pergi ke Liverpool. Saya berterima kasih kepada United, tapi saya berharap mereka mengizinkan saya untuk mendapatkan keinginan saya,” kata Heinze.
Fergie memang ingin menjual si pemain karena ia merasa Heinze sudah tidak bisa kembali ke permainan terbaik setelah cedera. Namun, pindah ke Liverpool tentu bukan keputusan yang bisa diterima saat itu.
“Dia dan agennya langsung menghubungi Liverpool, sedangkan kami memberi tahu Gabriel kalau tidak ada sejarahnya United menjual pemain ke Liverpool. Perwakilan Heinze mengangkat masalah ini ke jalur hukum, sehingga diadakanlah pertemuan yang mana otoritas Premier League berpihak kepada kami,” kata Fergie dalam My Autobiography.
Crystal Palace kemudian mencoba ikut campur dengan berburu tanda tangan Heinze. Namun David Gill, melihat kalau Palace kemungkinan besar akan tetap melepas Heinze ke Liverpool suatu hari nanti. Ia akhirnya dilepas ke Real Madrid dan bertahan selama dua musim di sana.
“Saya tidak paham motif United yang sebenarnya. Saya benar-benar ingin bermain untuk Liverpool tetapi itu tidak diwujudkan. Selama musim panas, saya bermimpi bisa main di Anfield tapi kenyataannya berbeda,” ujar Heinze pada 2007.
Empat tahun kemudian Heinze mengungkapkan penyesalannya atas kejadian tersebut. Ia merasa kalau saat itu ia begitu keras kepala dan tidak mau mengalah kepada Ferguson. Ia tidak paham rivalitas antara kedua kesebelasan yang membuat Fergie juga keras kepala untuk tidak mau melepas Heinze ke Liverpool.
“Saya tidak punya penyesalan dari karier saya tetapi episode saya dengan Ferguson harus menjadi salah satu dari penyesalan itu. Saya impulsive dan berkemauan keras, dan itu membuat saya kesulitan. Itulah yang terjadi ketika saya meninggalkan United.
“Saya menyesali keputusan saya karena saya meninggalkan klub hebat dan penggemar yang fantastis. Saya sadar persaingan dengan Liverpool begitu besar dan saya tahu risiko pergi dari United ke Liverpool. Saya harap ini tidak merusak cara pandang suporter kepada saya dan mereka memilih untu mengingat tiga tahun yang saya miliki dalam tim ini,” tutur Heinze.
Tulisan ini untuk merayakan ulang tahun Gabriel Heinze yang ke-44