Sempat mendapat banyak kritik dan dianggap sebagai salah satu pembelian gagal, Fred membuktikan kalau dia bisa bertahan menjadi salah satu pemain penting Manchester United. Rekor yang ia dapat beberapa waktu lalu seakan mempertegas hal itu.

19 menit waktu yang ia dapat saat melawan Arsenal 22 Januari lalu tidak hanya tercatat sebagai pertandingan ke-25 Fred sepanjang musim ini. Namun, laga itu juga menjadi penampilannya ke-182 bersama Setan Merah sejak direkrut pertama kali dari Shakhtar Donetsk 2018 silam.

Bagi pemain berusia 29 tahun ini, torehan tersebut terasa sangat spesial. Hal ini tidak lepas karena namanya kini tercatat sebagai pemain Brasil dengan caps terbanyak sepanjang sejarah United. Ia mengalahkan catatan sebelumnya yang dipegang Anderson dengan 181 laga. Ia bahkan sudah menjauh dari seniornya itu karena ia kembali bermain saat melawan Nottingham Forest tiga hari kemudian.

Fred tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya atas rekor ini. Setelah menang melawan Forest, ia mengunggah beberapa foto dalam akun Twitter-nya sekaligus berterima kasih kepada Tuhan atas pencapaian yang mungkin tidak bisa didapat pemain Brasil lainnya.

“Sangat bangga bisa mencapai pencapaian ini. Menjadi pemain Brasil dengan penampilan terbanyak di Manchester United tentu tidak mudah,” ujarnya dalam situs resmi klub.

“Bermain di klub besar dan mencapai catatan ini membuat saya bangga dan saya harus berterima kasih kepada semua orang yang sudah mendukung saya,” tuturnya menambahkan.

Apa yang diraih Fred memang tergolong luar biasa. Ia hanya butuh lima musim untuk bisa mencapai 183 pertandingan. Bandingkan dengan Anderson yang 181 pertandingannya didapat dalam kurun waktu delapan musim akibat serangkaian cedera dan masalah berat badan yang sempat menimpanya.

Selain itu, torehan ini juga membuat Fred secara tidak langsung membungkam kritik orang-orang yang dulu pernah menyerangnya. Perjalanan karier suami Monique Salum ini penuh dengan dinamika.

Ia sempat dikritik sebagai rekrutan gagal. Sederet legenda macam Louis Saha, Rio Ferdinand, hingga Roy Keane pun ramai-ramai menyebutnya sebagai pemain yang tidak cukup bagus untuk mengisi lini tengah Setan Merah. Salah satu pandit sepakbola di Indonesia bahkan menganalogikan Fred sebagai “ayam tanpa kepala” alias berlari-lari tanpa arah ketika di lapangan.

“Fred bermain untuk Manchester United dan bukan untuk klub League Two sehingga semua orang akan memiliki pendapat tentang penampilannya. Ada masa ketika Fred punya kesempatan untuk mengoper bola ke depan tapi dia terlalu banyak melakukan satu atau dua sentuhan,” kata Saha pada Oktober tahun lalu.

Meski sempat dihujat sana-sini dan dikabarkan masuk daftar jual tim, nyatanya Fred masih bertahan hingga sekarang. Satu yang menjadi andalannya adalah etos kerjanya. Ia siap untuk bermain di mana saja dan melakukan apa saja asal ia terus dipercaya menjaga lini tengah United.

Status pemain utama United kini sudah berpindah ke tangan Christian Eriksen, namun Fred kadang menjadi super sub untuk menjaga kestabilan lini tengah. Fisiknya yang masih prima kadang berguna untuk menghadapi lawan yang mulai mengalami kelelahan.

Lima musim menjadi andalan klub, Fred merasa masih ada yang kurang dalam kariernya. Hal itu tidak lain adalah sebuah trofi. Peluang itu sempat ia dapat ketika Europa League 2021 yang sayangnya gagal diraih oleh Setan Merah karena kalah melawan Villarreal.

“Ada banyak momen spesial di sini tapi sayangnya saya belum memenangkan trofi, tapi saya yakin musim ini kami bisa mendapatkannya,” kata Fred.