Putar waktu kita kembali pada 8 Juni 2016. Kurang dari dua minggu setelah dilantik sebagai manajer anyar Manchester United, Jose Mourinho langsung meresmikan satu rekrutan anyar. Bukan nama besar yang datang. Dia hanyalah pemain muda Pantai Gading bernama Eric Bailly. Bek tengah yang ketika itu sukses bermain apik bersama Villarreal.

Sudah menjadi kebiasaan Jose Mourinho untuk membawa satu pemain belakang ke klub baru yang ia tangani. Ia membawa Ricardo Carvalho ke Chelsea, Lucio ke Inter Milan, Raphael Varane ke Real Madrid, dan Kurt Zouma pada termin keduanya bersama The Blues. Saat sedang liburan di Tenggara Spanyol, Eric Bertrand Bailly mendapatkan telepon yang akan mengubah karirnya.

Baca juga: Meski Dibawa Mourinho, Tapi Carvalho Juga Pernah Berkonflik dengan Mourinho

“Bailly kaget ketika Jose Mourinho menelepon. Dia takjub ketika mendengar Mourinho menggunakan bahasa Perancis yang merupakan Bahasa Ibunya. Telepon tersebut berisi Mourinho yang memaparkan perannya apabila memilih United. Setelah itu dia berkata, bagaimana bisa saya menolak United kalau Jose sudah menelepon,” tutur mantan rekannya di Espanyol Joan Jordan seperti dilansir Daily Mail.

Tidak Punya Pemahaman Taktik

Layaknya para pemain Afrika lainnya, Eric Bailly juga tidak luput dari kesusahan terutama dalam hal ekonomi. Ayahnya yang hanya sebagai guru dan Ibunya yang bekerja sebagai pegawai toko pakaian tidak membuat Bailly dan saudara-saudaranya hidup berkecukupan. Lingkungan tempat tinggalnya di Bingerville yang merupakan salah satu distrik industri Abidjan membuat Bailly sempat mengurungkan cita-citanya sebagai pesepakbola dan fokus sekolah untuk menjadi manajer perusahaan telepon umum.

Pada akhirnya, sepakbola juga yang akhirnya membuat finansial Eric Bailly perlahan membaik dan menjadi pemain penuh gelimang uang. Sepulang sekolah, ia selalu bermain di lapangan di sekitar jalan Koumassi Sicogi. Bakatnya kemudian diasah oleh sebuah SSB (sekolah sepakbola) Abia Stars. Di sanalah, namanya kemudian dipantau oleh Promoesport yang merupakan agensi pencarian bakat sepakbola yang khusus memantau para pemain Afrika.

“Kami melihat Eric pada 2009, dan tubuhnya sangat kurus. Namun tinggi dan kecepatannya membuat bakatnya terlihat. Kedua kali kami melihat Eric kami berpikir untuk memasukkan namanya dalam daftar anak yang akan kami bawa ke Training Camp yang dipantau langsung oleh para pemandu bakat dari klub-klub Eropa,” tutur David Comamala selaku bagian dari Promoesports.

Nama Bailly saat itu langsung menarik perhatian banyak kesebelasan. Tercatat ada Sevilla, Espanyol, Borussia Moenchengladbach, Barcelona, dan Juventus. Klub yang disebut terakhir adalah peminat besar Bailly. Sayangnya La Vecchia Signora tidak bisa membawa Bailly karena terkendala kuota pemain non Uni-Eropa.

Desember 2011, Eric Bailly kemudian direkrut oleh salah satu klub La Liga, Espanyol. Ketika itu, ia masih bermain untuk Espanyol B bersama salah satu pemain Indonesia, Artur Irawan. Yang menarik adalah, Bailly datang ke klub Catalan tersebut dengan tidak membawa pengetahuan apapun.

Semasa masih di Pantai Gading, Bailly tidak pernah merasakan apa itu bermain sepakbola secara kompetitif 11 lawan 11. Ia juga tidak mengetahui apapun soal taktik. Di pikirannya saat itu, sepakbola hanyalah menendang-nendang bola untuk kesenangan. Persis seperti apa yang dilakukan masyarakat Brasil ketika bermain bola.

Di Espanyol, barulah Eric Bailly merasakan bagaimana bermain sepakbola dengan benar. Pengetahuan taktiknya perlahan mulai berkembang. Pada 5 Oktober 2014, ia mendapatkan debut pertamanya ketika melawan Real Sociedad saat masuk sebagai pemain pengganti.

Karir Bailly terbilang menanjak sangat cepat. Meski hanya bermain lima kali saja, ia mampu membuka mata pelatih timnas Pantai Gading saat itu, Herve Renard untuk membawanya ke Piala Afrika 2015 yang digelar di Guinea Ekuatorial.

Pintar Bermain di Berbagai Posisi

Inilah turnamen besar pertama yang diikuti Bailly. Ia menjadi kepercayaan Renand dengan selalu menjadi starter di semua pertandingan yang dilalui Les Elephants. Yang menarik, pelatih Renard saat itu gemar menaruhnya di berbagai macam posisi.

Bailly dimainkan sebagai bek tengah saat laga pertama grup melawan Guinea. Ketika menghadapi Mali, Renard memainkan Bailly sebagai pemain sayap kiri. Ketika melawan Aljazair di perempat final, ia ditempatkan sebagai wingback. Semua peran tersebut dilakoninya dengan baik. Pantai Gading hanya kebobolan empat gol sepanjang turnamen. Di laga puncak, Pantai Gading menjuarai kompetisi setelah mengalahkan Ghana.

Setelah pulang dari Piala Afrika, Bailly direkrut Villarreal untuk menggantikan posisi Gabriel Paulista yang hijrah ke Arsenal. Bersama Si Kapal Selam Kuning, ia mencetak gol pertamanya ketika mengalahkan Dinamo Minsk di Europa League. Meski emosi menjadi salah satu kelemahan Bailly, namun ia selalu menjadi pemain yang bisa diandalkan.

Ketika Villarreal mengalahkan Real Madrid 1-0 pada Desember 2015, Bailly menjadi salah satu pemain terbaik di laga tersebut. Dimainkan sebagai bek kanan, ia sukses mematikan permainan Cristiano Ronaldo yang sepanjang 90 menit tidak bisa mencetak satu gol pun. Dirinya tampil tenang dan beberapa kali melakukan dribel sukses.

Salah satu ciri khas permainan Bailly adalah ketenangannya ketika menguasai bola. Tidak jarang ia naik hingga garis tengah untuk memberikan suplai bola ke lini depan. Para pemain United menyebutnya sebagai titisan Rio Ferdinand. Ketika mengalahkan Ghana di final Piala Afrika, Bailly memperlihatkan ketenangan mental menghadapi partai-partai besar.

Laga ketika itu dilanjutkan hingga adu penalti. Butuh 11 penendang dan Bailly menjadi penendang kesembilan. Jika dia gagal, maka Ghana akan menjadi juara. Dengan tenang, Bailly hanya butuh dua langkah untuk mengecoh penjaga gawang Brima Razak.

“Bailly dibekali segalanya. Kecepatan, kelincahan, koordinasi, bakat alami, pengambilan keputusan serta kemampuannya dalam menyundul, memberi umpan, berduel satu sama lain. Saya berani menyebut dia adalah salah satu bek terbaik di dunia,” ujar pelatihnya saat itu di Villarreal Marcelino Garcia Toral.

Sekarang ini, Bailly menjalani masa-masa indah bersama Manchester United. Dari pemain yang tidak tahu taktik ia menjelma menjadi salah satu bek terbaik di Premier League. Dari Cristiano Ronaldo hingga Mohamed Salah sudah berhasil ia atasi. Saat ini ia sedang berusaha untuk tidak menjadi seorang Rio Ferdinand berikutnya melainkan menjadi seorang Eric Bertrand Bailly.

Selamat Ulang Tahun Eric Bailly!