Setiap lini tengah maupun lini depan Manchester United bermain buruk, beberapa penggemar United ramai-ramai meminta Jose Mourinho untuk memainkan Andreas Pereira. Mereka merasa kalau Andreas adalah pemain yang kreatif dan berguna untuk menyelesaikan masalah United yang kerap buntu ketika memasuki sepertiga akhir.

Mourinho pun seolah mendengarkan keluhan dari para penggemar tersebut. Ketimbang memainkan Jesse Lingard atau Marcus Rashford, Mou memilih memainkan Andreas sebagai satu dari tiga striker yang bergerak di lini pertahanan Valencia. Akan tetapi, Andreas tampil tidak terlalu istimewa sepanjang 90 menit yang membuat timbul pertanyaan dalam benak saya, apakah Andreas Pereira adalah pemain yang biasa-biasa saja?

Oleh Mourinho, Pereira dimainkan sebagai satu dari tiga gelandang serang yang ditempatkan di sisi kiri. Kreativitasnya diharapkan bisa menjembatani antara sisi sayap dengan Romelu Lukaku. Akan tetapi, hanya satu saja umpannya yang bisa menjadi peluang. Entah karena rekan setimnya yang bermain lebih buruk atau memang hanya segitu saja kualitas seorang Andreas.

Tidak ada yang meragukan kemampuan seorang pria kelahiran Duffel ini. Ia adalah kapten United semasa menjadi siswa akademi. Ia punya kemampuan bermain sebagai “nomor 10”, gelandang serang kiri atau gelandang serang sebelah kanan, dan sebagai deep lying playmaker. Oleh Mourinho, ia bahkan diberi peran sebagai gelandang nomor 6. Dari sini saja terlihat kalau Andreas adalah pemain yang bisa bermain di semua posisi. Bahkan ketika menjalani peminjaman di Granada maupun Valencia, ia bisa memainkan empat posisi yang berbeda dengan sama baiknya. Lantas apa yang membuat ia tidak bisa bermain baik ketika kembali lagi ke United?

Salah satu rekan penulis melabeli Andreas Pereira sebagai pemain yang bertalenta tetapi membuat orang yang melihatnya bingung apakah Andreas Pereira ini benar-benar bertalenta atau pemain yang kehebatannya hanya sekali lewat saja seperti Paddy McNair maupun Adnan Januzaj.

Perdebatan kemudian muncul dengan membawa Jose Mourinho sebagai orang yang bertanggung jawab atas tidak bersinarnya seorang Andreas Pereira. Mourinho akan disalahkan karena tidak memberikan menit main yang cukup kepada seorang Andreas. Namun Andreas sendiri bukannya tidak pernah mendapat kesempatan.

Laga melawan Valencia adalah laga yang sudah tidak menentukan bagi kelolosan United. Di sinilah sebenarnya ajang yang tepat bagi dirinya untuk unjuk gigi dengan menunjukkan penampilan yang terbaik. Namun ekspektasi para pendukung tidak terbayar dengan penampilan memukau Andreas sepanjang 90 menit. Lantas kalau pada pertandingan melawan Valencia saja ia tidak mampu menunjukkan penampilan yang terbaik, maka apakah seorang pelatih mau menurunkan Andreas kembali di pertandingan berikutnya? Melawan Liverpool misalnya. Di sinilah mengapa kesan kalau Andreas adalah pemain biasa saja muncul.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menyebut kalau Andreas adalah pemain yang buruk. Saya lebih senang menyebut kalau Andreas adalah pemain yang belum terlihat potensinya. Buruknya penampilan yang ia tunjukkan pada musim ini juga tidak lepas dari rekan setimnya yang memiliki performa yang jauh dari kata konsisten. Lantas kapan potensinya tersebut akan muncul? Jawabannya tergantung apakah ia bisa menjawab kepercayaan Mourinho jika kembali diberikan kepercayaan untuk bertanding di laga-laga berikutnya.

Masih ada banyak pertandingan yang bisa dimainkan oleh Andreas kedepannya yang tidak boleh ia sia-siakan. Tapi masalahnya adalah dia harus bersaing dengan beberapa pemain utama yang penampilannya saat ini jauh lebih baik dibanding dirinya. Di sinilah kualitas seorang Andreas diuji. Jika ia bisa melewati tantangan tersebut, bukan tidak mungkin namanya bisa menjadi pemain utama di masa depan.