Kekhawatiran di wajah para pendukung United mendadak muncul setelah melihat Romelu Lukaku mengalami cedera setelah ditekel oleh bek Arsenal Konstatinos Mavropanos. United terancam tidak bisa memainkan striker Belgia ini setidaknya hingga final Piala FA dimulai. Meski begitu raut wajah cemas seketika menghilang mengingat United masih punya stok pemain depan dalam diri Anthony Martial dan Marcus Rashford.

Kedua pemain ini langsung dimainkan Jose Mourinho ketika menghadapi Brighton. Baik Martial maupun Rashford bergabung dalam “ujian” kelayakan yang dibuat oleh Jose bersama dengan beberapa pemain lapis lainnya.

Konsistensi yang Masih Perlu Ditingkatkan

Baik Martial maupun Rashford sebenarnya mengalami perkembangan yang sangat pesat dibanding beberapa musim sebelumnya. Martial sejauh ini sudah mencetak 11 gol, tiga gol lebih banyak dibanding musim lalu. Sedangkan Rashford telah berkontribusi dalam 21 gol United musim ini (12 gol 9 asis).

Satu hal yang menjadi alasan kuat mengapa Jose jarang memainkan mereka berdua adalah konsistensi yang masih naik turun. Jose sebenarnya tidak pelit dalam memberikan menit main, hanya saja ketika diharapkan bisa mengubah keadaan kedua pemain ini tidak jarang justru tampil biasa saja.

Rashford mengawali musim ini dengan menjadi starter ketika laga melawan West Ham dan memberikan satu asis. Namun dalam pekan kedua melawan Swansea, Rashford tidak memberikan kontribusi apapun. Hal tersebut kerap terjadi dalam setengah musim pertama musim 2017/2018. Bermain baik dalam satu pekan, tapi flop di pekan berikutnya.

Yang paling terlihat adalah ketika Rashford bermain apik melawan Liverpool Maret lalu. Setelah mencetak dua gol kemenangan United, Jose memutuskan memainkan kembali Rahsford dalam laga melawan Sevilla. Namun, dalam babak 16 besar Liga Champions, ia tidak bisa bermain baik.

Musim ini, Rashford hanya satu kali memberikan kontribusi dalam dua laga beruntun yaitu pada pekan ketiga (vs Leicester) dan keempat (vs Stoke City). Pemain berusia 20 tahun ini pernah dimainkan sejak menit awal oleh Jose Mourinho dalam empat pertandingan beruntun pada pekan ke-10 hingga 13. Namun, dari keempat laga tersebut ia hanya membuat satu asis.

Pada pertandingan kemarin dirinya tidak bisa berbuat banyak meski tinggal berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang kelas menengah Matt Ryan. Hal ini tentu sebuah anomali mengingat belum lepas dari pikiran kita aksinya dalam mengecoh Trent Alexander Arnold. Masalah konsistensi seolah menjadi penyakit akut yang sampai sekarang belum bisa disembuhkan.

Perlu diingat kalau Rashford pernah masuk dalam nominasi penghargaan pemain muda terbaik dunia bersamaan dengan Kylian Mbappe, Marco Asencio, Gabriel Jesus, hingga Ousmane Dembele. Ia bahkan menjadi sahabat seorang Cristiano Ronaldo. Namanya sudah digaransi oleh Gareth Southgate untuk dibawa ke Russia nanti Maka dari itu, konsistensi perlu ditingkatkan kembali apabila Rashford ingin menjadi salah satu pemain terbaik dunia di kemudian hari.

Analisis Permainan Anthony Martial

Kasus yang terbilang unik menimpa Anthony Martial. Banyak penggemar yang merasa kalau pemain Prancis ini hanya akan bermain baik jika mood nya sedang baik. Begitu juga sebaliknya. Mantan pemain Arsenal, Robert Pires, mengaku bingung mengapa Martial kerap tidak maksimal meski permainan yang ia tunjukkan sama dengan pekan-pekan sebelumnya.

Martial dikritik karena kerap memaksakan diri untuk melewati satu sampai dua pemain yang tidak jarang membuat penguasaan bola Setan Merah kembali hilang. Tidak sedikit para penggemar yang kemudian mempertanyakan kelayakan mereka memakai seragam Setan Merah.

Pada awal musim, Martial sempat menjadi supersub yang kerap menambah keunggulan jumlah gol United. Ia melakukannya tiga kali dalam lima laga awal. Namun dalam lima laga tersebut, ada satu laga dimana ia bermain sejak awal tapi tidak memberikan kontribusi apapun. Kontribusinya kemudian naik turun sampai bulan Januari 2018.

Pada rentang 1 Januari hingga 20 Januari, Martial berkontribusi empat gol dalam tiga pertandingan. Akan tetapi, ketika dimainkan kembali melawan Spurs dan Newcastle United, peran Martial kembali menghilang.

Banyak yang bilang kalau penurunan yang terjadi disebabkan sistem Mourinho yang selalu menempatkan mereka berdua di posisi sayap mengingat keduanya adalah striker murni yang beroperasi di kotak penalti. Pergerakan mereka disebut terbatas karena harus memulai serangan dari luar kotak penalti.

Namun, jika melihat statistik baik Marcus maupun Martial sebenarnya bisa mencetak gol dari posisi manapun baik itu striker tengah maupun sebagai penyerang sayap. Dari 12 gol yang dibuat Rashford, 7 diantaranya dibuat saat ditempatkan sebagai penyerang kiri sementara sisanya saat dimainkan sebagai striker utama.

Sementara dari 11 gol yang dibuat Martial, enam di antaranya dibuat saat ia ditempatkan sebagai penyerang sayap, empat sebagai striker tengah, dan satu bahkan dibuat saat ditempatkan sebagai Attacking Midfielder. Intinya, kedua pemain ini bisa mencetak gol dari posisi apapun asal memiliki konsistensi dan suplai yang memadai dari pemain yang berada di belakang mereka.

Salah Alexis Sanchez?

Tidak sedikit pula yang menyalahkan Alexis Sanchez sebagai penyebab penurunan performa keduanya. Sanchez yang didatangkan Januari kemarin perlahan mulai menggusur tempat keduanya di sisi kiri. Hal ini pula berimbas pada catatan gol ada asis mereka sepanjang 2018.

Alexis dikenal sebagai pemain yang gigih. Dia tidak segan untuk ikut membantu pertahanan dan akan menjadi orang pertama yang memulai serangan balik sekaligus pandai membuka ruang. Hal inilah yang membuat mengapa Jose Mourinho lebih senang memainkan pemain Cile tersebut ketimbang Rashford ataupun Martial.

Menyalahkan Sanchez sebenarnya tidak terlalu bijak mengingat kontribusinya pun sejauh ini masih terbilang minim (3 gol dan 5 asis). Namun karakter permainan Sanchez yang tampaknya mampu mencuri perhatian Mourinho.

Jose dikenal sebagai manajer yang menyukai pemain-pemain yang rajin serta memiliki karakter kuat. Saat di Inter misalnya, ia memiliki pemain macam Maicon, Esteban Cambiasso, Goran Pandev, dan Diego Milito. Para pemain tersebut bukanlah pemain yang memiliki profil hebat semisal Dani Alves, Cristiano Ronaldo, maupun Lionel Messi. Tapi berkat cara main mereka yang konsisten, Inter berhasil meraih trebel pertama mereka sepanjang sejarah.

Di akhir laga kontra Brighton, Gary Neville mengungkapkan kalau yang dibutuhkan United sekarang ini bukanlah pemain-pemain mahal melainkan pemain yang berkarakter. Pemain yang punya jiwa ksatria. Pemain yang tidak malas dan berkorban untuk tim yang dibela. Pemain yang paham bagaimana caranya mengemban seragam merah dengan lambang United di dada. Baik Rashford maupun Martial tampak belum mencapai fase tersebut.