Ketika pertama kali datang ke Manchester United awal 2018 lalu, Alexis Sanchez sebenarnya diharapkan bisa menjadi pemain yang bisa meningkatkan daya serang United. Mereka bahkan rela menukarnya dengan Henrikh Mkhitaryan plus memberikan nomor tujuh kepada penggawa asal Chile tersebut. Gaji yang cukup mahal juga menunjukkan bagaimana optimisnya United kepada Sanchez.

Akan tetapi, delapan bulan setelah direkrut, Sanchez justru belum menunjukkan penampilan yang memukau pendukung Setan Merah. Sudah 831 menit dirinya tidak pernah mencetak gol di liga sejak laga menghadapi Swansea Maret 2018 lalu. Performanya musim ini pun baru sebatas satu asis.

Baca juga: Menyoal Duet Sanchez-Lukaku dan Garis Impian Menuju Kejayaan

Sebenarnya, statistik antara Sanchez dengan Mkhitaryan tidak terlalu jauh perbedaannya. Hingga bulan ini Sanchez sudah membuat 3 gol dan 6 asis untuk United, sedangkan Miki membuat 3 gol dan 7 asis. Sanchez bahkan lebih banyak membuat umpan kunci ketimbang Miki dengan 2,2 berbanding 1,4 per pertandingan. Namun, fakta di lapangan justru menunjukkan kalau ia masih sulit menyatu dengan skema Jose Mourinho.

Satu hal yang membuat United tertarik dengan Sanchez adalah kemampuan dirinya mencetak gol. Sejak 2010, ia selalu membuat lebih dari 10 gol setiap musimnya. Pada 2016/2017, ia bahkan mencetak 30 gol bersama Arsenal. Kedatangannya diharapkan bisa menambah daya gedor United yang saat itu sudah memiliki Anthony Martial, Marcus Rashford, Romelu Lukaku, dan Jesse Lingard.

Baca juga: Adaptasi Tim Jadi Masalah Utama Alexis Sanchez di Manchester United

Sanchez juga dibekali dengan kecepatan, kerja keras, skill, serta etos kerja yang tinggi. Kemampuan dribel, akselerasi, serta lihainya dalam mengeksekusi bola mati menjadi nilai tambah pemain berusia 29 tahun tersebut.

Akan tetapi, segala atribut tersebut perlahan menguap sepanjang 2018 ini. Sanchez yang ditempatkan di posisi sayap oleh Mourinho tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya seperti saat ia masih berseragam Arsenal. Ada yang menyebut kalau Sanchez memang tidak cocok dengan skema 4-3-3 milik Mourinho. Namun tidak sedikit yang menyebut kalau ia tidak layak untuk berada di skuad United saat ini.

Dalam formasi 4-3-3, Sanchez selalu ditempatkan sebagai penyerang sayap di sebelah kiri oleh Mourinho. Posisi ini sebenarnya sama dengan yang ia mainkan semasa membela Arsenal. Akan tetapi, peran yang ia jalankan berbeda.

Di Arsenal, Sanchez menjadi sentral serangan meski bermain di sisi sayap. Beberapa pemain sayap yang dimiliki Arsene Wenger saat itu seperti Alex Oxlaide Chamberlain dan Theo Walcott lebih difungsikan sebagai kreator serangan melalui akselerasi dan skill individu yang dimiliki. Tidak sekadar berlari, ia juga membuka peluang bagi rekan-rekannya untuk mencetak gol.

Hal ini sebenarnya ia dapatkan juga ketika bersama Setan Merah. Peran pengatur serangan lebih ditekankan kepada Paul Pogba sementara Sanchez difungsikan sebagai pelayan untuk Romelu Lukaku. Akan tetapi, kemampuan Lukaku yang bagus di duel udara memaksa Sanchez harus melakukan umpan-umpan silang ke kotak penalti yang sayangnya tidak terlalu efektif. Sebaliknya, statistik umpan silang Sanchez setiap musimnya justru semakin meningkat.

“Di United, Sanchez sebenarnya tidak terkekang, dia punya kebebasan. Namun penampilannya sejauh ini seperti tidak menjamin kalau dirinya layak menggusur Anthony Martial dan Marcus Rashford,” sebut Ian Wright kepada BBC.

Melihat performa Sanchez di United memang terkesan membingungkan. Ia sudah diberikan kebebasan oleh Jose Mourinho. Dimainkan di kiri, kanan, bahkan sebagai striker pun sudah beberapa kali dilakukan oleh Mourinho namun tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Ataukah ada tekanan tersendiri ketika bermain di United seperti yang diucapkan oleh Chris Sutton?

“Sanchez di United seperti kehilangan kepercayaan diri. Ada beban berat yang nampak berada di pundaknya. Ketika di Arsenal, dia bermain dengan senyuman, namun itu tidak saya lihat ketika ia berseragam United.”