Foto: Fusboll

Sempat diprediksi akan dipecat jika gagal menang dalam dua laga Big Match pekan ini, nyatanya Ole Gunnar Solskjaer mampu menutup dua laga tersebut dengan kemenangan. Setelah mengalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 2-1, kali ini giliran Manchester City yang mereka libas dalam derby Manchester ke-179.

Hasil ini membuat posisi Solskjaer nampak aman setidaknya hingga hasil buruk kembali mereka terima. Posisi mereka saat ini untuk sementara ada di urutan kelima dan hanya tertinggal lima angka dari Chelsea.

Serangan-Serangan Yang Patah

Secara statistik, kubu tuan rumah memang jauh lebih unggul. Khususnya dalam hal penguasaan bola dan pembuatan peluang. Akan tetapi, hal itu tidak cukup untuk membawa City bisa mengalahkan United dengan mudah.

Seperti yang sudah diprediksi, Ole Gunnar Solskjaer tidak akan bermain terbuka. Sesuai dengan kapasitasnya sebagai manajer yang reaktif, ia hanya memerintahkan para pemainnya untuk bermain bertahan, menunggu, dan menanti saat-saat City kehilangan momentum ketika melakukan build up serangan. Ketika hal itu berhasil diraih, maka para pemain United tinggal memainkan strategi serangan balik yang menjadi kekuatan mereka.

Cara ini yang membuat mereka sukses menguasai pertandingan meski tidak menguasai bola terlalu sering. Bahkan dengan strategi seperti ini, Ederson sudah dipaksa membuat tiga penyelamatan hanya dalam tempo 16 menit. Selang beberapa menit setelah Rashford mencetak gol, pemain nomor 10 United ini mendapat dua peluang emas ketika tembakannya melebar dan membentur mistar. Dua peluang ini didapat melalui serangan balik memanfaatkan serangan City yang gagal. United benar-benar diuntungkan dengan minimnya perlindungan dari lini kedua dan lini belakang City ketika mereka mulai melakukan serangan.

Satu faktor pendukung yang membuat United bisa mendapat gol pertama adalah kecerobohan Bernardo Silva. Dengan berani ia menjatuhkan Marcus Rashford meski dalam tayangan ulang, Rashford sudah siap untuk dihadang Fernandinho. Kecerobohan Bernardo membuat United bisa memecah kebuntuan.

Keberadaan Scott McTominay dan Fred, yang semakin hari semakin menunjukkan kapasitas terbaiknya sebagai poros ganda Setan Merah, juga memiliki peran yang krusial dalam kemenangan kemarin. Keduanya tidak hanya melindungi lini tengah yang menjadi kewajiban, namun sesekali mereka akan membantu sisi sayap United yang menjadi tempat City untuk mencari peluang.

McTominay lebih banyak menghabiskan waktu di tengah, namun sesekali ia akan bergeser untuk melindungi sisi kanan, sedangkan Fred membantu Shaw di kiri. Inilah yang membuat lini belakang United sulit ditembus. Belum lagi dengan tambahan pemain yang melakukan underlap untuk membantu pertahanan seperti Daniel James dan Jesse Lingard sehingga kreativitas pemain City kerap mati kutu karena situasi overload yang dilakukan United.

Bayangkan, dengan seorang Aaron Wan-Bissaka saja Sterling sudah kesulitan untuk melakukan akselerasi, apalagi ketika ditambah McTominay dan Daniel James yang ikut membantu sisi tersebut. Mau tidak mau situasi ini memaksa City untuk mengirimkan umpan silang yang begitu mudah dibaca oleh pemain belakang United dengan memanfaatkan tinggi badan Lindelof dan Harry Maguire.

Pep Guardiola yang Tidak Bisa Berbuat Apa-Apa

Situasi ini terus berlangsung hingga babak kedua. Yang menarik, Pep seperti memaksa para pemainnya untuk menyerang hanya melalui satu sisi yaitu di sebelah kiri. Sebenarnya terbilang wajar jika Pep tetap memaksa timnya menyerang dari sisi ini mengingat Raheem Sterling merupakan pemain terbaik mereka musim ini. Namun kehadiran Aaron Wan-Bissaka membuat tugas Sterling menjadi tidak mudah. Bek kanan muda ini menjadi pemain terbaik pada versi Mola TV.

Beberapa perubahan terus dilakukan dengan memainkan Riyad Mahrez dan Ilkay Gundogan. Masuknya kedua pemain ini membuat permainan City sedikit membaik. Sisi kanan yang tidak terlalu aktif pada babak kedua mulai menggigit seiring kehadiran Mahrez. Bahkan pemain Aljazair ini memberikan asis untuk gol Nicolas Otamendi yang datang cukup terlambat.

Menghilangkan Status Bunglon

Laga ini kembali menunjukkan betapa hebatnya United ketika menghadapi tim-tim besar. Mereka berstatus unbeaten dalam duel-duel sesama tim top six musim lalu plus Leicester City yang sekarang beredar di papan atas.

Namun tetap saja, laga kemarin membuat pendukung United di seluruh dunia terus dilingkupi pertanyaan: Mengapa tim ini tidak bisa bermain sebaik melawan tim besar ketika bertemu kesebelasan-kesebelasan yang relatif kecil.

Kita semua sudah tahu kalau United kerap kesulitan ketika menghadapi kesebelasan papan tengah karena mereka yang kerap bermain bertahan. Sayangnya, United belum bisa menemukan jawaban untuk meminimalisir hal tersebut. Saat mereka tidak bisa mencari serangan cepat, seketika permainan United langsung ambyar.

“Sekarang, saatnya United beralih untuk fokus melawan tim-tim kecil. Melawan tim besar kami bisa bermain baik karena pemain-pemain ini punya bakat untuk menerobos pertahanan mereka. Namun melawan tim-tim lain (lebih kecil) kita butuh konsistensi. Kita harus bisa kembali ke sana,” tutur akun @UtdArena.

Tim-tim kecil tersebut mulai datang pada tengah pekan ini. Berturut-turut AZ, Everton, Colchester, Watford, Newcastle United, dan Burnley sudah menunggu United untuk melihat apakah mereka benar-benar layak berada di papan atas, atau sekadar menjadi tim bunglon yang penampilannya bisa berubah sewaktu-waktu tergantung lawan yang dihadapi.

Namun sebelum menyambut laga-laga itu, tidak ada salahnya untuk merayakan kemenangan kemarin. Kemenangan derby yang sudah dinanti selama 20 bulan sejak terakhir kali mereka menang pada 2018 lalu. Kemenangan yang tidak hanya dirayakan oleh pendukung United semata, namun juga dinikmati oleh pendukung Liverpool yang sudah berjarak 14 poin dengan sang juara bertahan.