Foto: Twitter Man United

Banyak penggemar United (baik di luar maupun dalam negeri) yang mentertawakan mereka yang menyebut kalau Arsenal ada dalam tahap berkembang bersama Mikel Arteta. Begitu juga reaksi mereka ketika menanggapi prediksi Charlie Nicholas yang menyebut kalau Arsenal akan menang dengan skor 3-2. Tanggapannya negatif, lebih banyak unsur tertawaan dan rasa percaya diri kalau United yang akan menang.

Pada akhirnya, United dan penggemarnya justru menjadi pihak yang terdiam. Arsenal menang 2-0 di Emirates. Jauh lebih baik dari prediksi Nicholas. Nicolas Pepe, yang sering terkena bully oleh penggemar United karena dianggap jauh lebih buruk dari Daniel James, justru memberi hukuman bagi lini belakang mereka. Gol Sokratis melengkapi kemenangan pertama Arteta.

Pada tulisan saya sebelum pertandingan, saya menyebut kalau Manchester United harus berani melawan Arsenal. Jika mereka terkekang layaknya Chelsea pada babak pertama dan kesulitan untuk membangun serangan, maka tidak tertutup kemungkinan United yang justru akan kehilangan poin.

Apesnya, itulah yang terjadi. Babak pertama memang dibuka United oleh sepakan langsung Marcus Rashford yang bisa ditangkap oleh Bernd Leno. Namun, ancaman tersebut adalah satu-satunya aksi United pada babak pertama. Sisanya, Arsenal yang memegang kendali.

Mereka menunjukkan kepada orang yang meremehkan Arsenal kalau mereka bisa bermain bola dengan benar. Gunners memainkan taktik counter-press yang sukses membuat permainan United tidak berkembang. Ketika United siap melakukan build up play, pemain Arsenal terdekat harus menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mengambil bola tersebut.

Koordinasi serta konsentrasi antar pemain Arsenal juga sangat baik. Hal ini bisa terlihat dari rajinnya seorang Pierre-Emerick Aubameyang dan Nicolas Pepe untuk turun sebagai fullback ketika Sead Kolasinac terlambat untuk turun. Sisi kiri Arsenal yang begitu aktif menyerang juga terbantu dengan keberadaan Granit Xhaka yang ikut bergeser ke posisi tersebut. Hal ini jauh berbeda dengan yang dialami United ketika kecerobohan fullback yang terlalu bergerak ke dalam justru menjadi awal petaka mereka.

Counter press Arsenal memang benar-benar menyulitkan United. Beberapa kali mereka tidak punya opsi untuk mengumpan karena ruang gerak dan jalur umpan yang terkunci. Hal ini menyebabkan banyaknya umpan mereka mengarah keluar lapangan atau nyangkut di bangku penonton. David de Gea saja bahkan membuat kesalahan karena aktifnya pemain Arsenal menekan United. Beruntung, gawangnya aman dari ancaman kebobolan setelah sepakan Pepe hanya membentur tiang.

Permainan United betul-betul tidak berkembang. Selain tidak bisa keluar dari gempuran counter pressing para pemain tuan rumah. Pemain United juga melanjutkan performa negatif mereka di sepertiga akhir. Tiga pemain depan yaitu Rashford, Martial, dan James juga tidak bisa berbuat banyak. Begitu juga Jesse Lingard yang bermain di stadion favoritnya. Keempatnya tidak ada yang bisa menunjukkan kolektivitas mereka di atas lapangan. Menurut catatan United Arena, trio Rashford, Lingard, dan Martial melakukan kombinasi umpan sebanyak 30 kali pada babak pertama. Akan tetapi, ketiga pemain ini juga menghilangkan bola sebanyak 24 kali. Dari setiap 1,25 umpan yang dilakukan, mereka akan selalu kehilangan bola sebanyak tiga kali.

Solskjaer sendiri baru mengambil inisiatif pada menit ke-58 ketika ia menarik Lingard dan James dan memainkan Andreas Pereira dan Mason Greenwood. Masuknya kedua pemain ini memang meningkatkan serangan United. Namun nyaris tidak ada ancaman yang bisa diberikan. Perkembangan United pada babak kedua hanya dari segi bertambahnya penguasaan bola, jumlah umpan yang dilakukan, dan jumlah percobaan ke gawang. Namun kembali lagi, banyaknya ancaman ke gawang Leno bisa dibilang tidak terlalu membahayakan kecuali sepakan Andreas Pereira. Sisanya, mereka tetap sama saja yaitu tidak bisa keluar dari kepungan pemain Arsenal.

Lini depan yang katanya sudah menemukan permainan terbaik juga minim kontribusi. Empat pemain yang berada di depan, hanya Rashford yang paling banyak melepas tembakan yaitu tiga kali. Bahkan Anthony Martial sama sekali tidak membuat satu pun tembakan. Sah rasanya untuk menyebut kalau mereka baru bisa mencetak gol kalau pertahanan lawan terbuka.

Pada babak kedua, Arsenal memilih untuk bermain bertahan. Sedikit pragmatis dan meminimalisir kesalahan wajib dicoba untuk bisa meredam Setan Merah yang sudah sejak awal miskin kreativitas. Hal ini berhasil mereka lakukan dan membuat banyaknya penguasaan bola United menjadi tidak berarti apa-apa meski sudah menambah amunisi dengan mainnya Juan Mata dan memainkan Fred sebagai gelandang sendirian.

***

Solskjaer menyebut kalau United tidak pernah kalah dua kali dalam sebulan. Hal itu memang benar adanya. Namun kekalahan melawan Arsenal ini datang hanya dua minggu dari kekalahan sebelumnya melawan Watford.

Di sisi lain, komentator Mola TV, Peter Drury, menyebut kalau kemenangan Arsenal ini adalah kemenangan premium. Kemenangan pertama setelah menunggu cukup lama dan didapat dari United merupakan bekal yang cukup untuk terus percaya diri mengingat mereka punya pola bagus yang bisa dimainkan.

Sementara itu, Solskjaer menyebut kalau United sedang mundur selangkah setelah maju dua langkah. Namun ucapan ini berbeda dibandingkan Drury yang menyebut kalau United justru maju selangkah namun mundur dua langkah. Lagi-lagi terlihat kolektivitas mereka yang masih sangat kurang. Entah apa yang dilatih Solskjaer sehingga mereka terus tidak menunjukkan adanya perubahan dari segi permainan.

Mikel Arteta memberi pelajaran kepada Solskjaer kalau manajer anyar harus bisa membawa ide-ide baru yang salah satunya adalah gaya permainan yang berbeda dari pelatih sebelumnya. Arteta membuktikan itu. Meski belum sempurna, namun ia mampu membuat Arsenal tampil berbeda hanya dalam waktu 11 hari setelah ditunjuk dan berhasil mengalahkan Solskjaer yang sudah setahun menangani United.