Manchester United tengah menghadapi musim terburuk sepanjang era Premier League. Kekalahan demi kekalahan mengejutkan terus dirasakan. Capaian ini sekaligus mengganggu masa depan Erik ten Hag di klub.
Musim kedua Ten Hag bisa jadi lebih buruk ketimbang David Moyes yang cuma bertahan 10 bulan di Old Trafford. Moyes bikin United ada di peringkat ketujuh, sementara di musim ini, United sementara ada di peringkat kedelapan. Di sisi lain, ada tiga pertandingan sisa yang cukup berat: melawan Arsenal, Newcastle United, dan Brighton Hove Albion.
Mengapa melawan tiga tim itu terasa berat? Padahal, tiga tahun lalu, mereka tidak ada apa-apanya? Ini tak lain karena performa United akhir-akhir ini yang mengerikan. Bagaimana tidak? Melawan tim sekelas Crystal Palace saja dibantai 0-4!
Secara poin, musim terburuk United ada di musim 2021/2022. Meski secara peringkat lebih baik ketimbang musimnya Moyes, tapi United cuma mengumpulkan 58 poin. Ten Hag mesti mengumpulkan lima poin lagi agar tak mendapatkan rekor sebagai manajer United dengan poin terendah di era Premier League.
Ten Hag diserang karena ia mendapatkan banyak kemudahan dan kemewahan. Bagaimana tidak? Hingga sekarang, United sudah mengucurkan 410 juta paun untuk pemain yang diinginkannya, termasuk pemain yang tidak ada gunanya seperti Antony.
Musim lalu cukup aman buat Ten Hag karena ia memberikan trofi Piala Liga. Di Premier League pun tidak buruk-buruk amat dengan menempati peringkat ketiga. Musim ini, konon alasan dia belum dipecat adalah berhasil membawa United ke final Piala FA.
Kebobolan Terlalu Banyak
Ashley Young menggambarkan kalau pertahanan mantan timnya sungguh amburadul di laga melawan Palace. Namun sejatinya, apa yang terjadi di Selhust Park, bukanlah satu-satunya, melainkan kebiasaan United musim ini.
Bagaimana tidak? Dari 35 pertandingan liga, United sudah kebobolan 55 gol. Secara rataan, ini adalah capaian terburuk United di era Premier League. Bukan tidak mungkin catatan ini kian bertambah di laga melawan Arsenal. The Gunners memenangi 10 laga dengan tiga atau lebih gol musim ini. Jumlahnya bisa bertambah kala mereka bersua United.
Menurut Sky Sports, alasan kenapa United banyak kebobolan adalah karena terlalu mudahnya mereka membiarkan lawan menyerang. Hal ini tergambar dari jumlah tendangan yang mereka hadapi.
Secara statistik, pada 2024, sebanyak 317 tendangan mengarah ke gawang United. Ini adalah angka tertinggi di Premier League. Rata-rata, tim lawan melepaskan 18 tendangan per pertandingan!
Kritik pernah diucapkan Jamie Carragher. Ia menilai pertahanan United sangat buruk. Mereka melakukan pressing tinggi, dengan blok rendah.
Salah satu alasannya sebenarnya karena ketidakstabilan di lini belakang. Di mana badai cedera hadir di pos bek tengah. Ini bisa dipakai sebagai alasan oleh Ten Hag yang kebobolan 22 gol lebih banyak ketimbang musim lalu.
Kebobolan Banyak, Peluang Kalah Besar
Ten Hag mencatat rekor sebagai manajer United dengan kekalahan terbanyak dalam semusim. Musim ini, United kalah di 13 laga, atau satu laga lebih banyak ketimbang musim 2021/2022; di era kegelapan saat Ole Gunnar Solskjaer dipecat dan Ralf Rangnick mengambil alih.
Rekor lainnya adalah musim ini merupakan rekor kekalahan terbanyak sejak musim 1989/1990. Dari semua kompetisi, ini merupakan kekalahan terbanyak (18) setelah musim 1977/1978 dengan 19 kekalahan.
Masalahnya, United kalah dari tim yang seharusnya, untuk bermimpi pun mereka tidak akan berani bisa menang dari United. Contohnya, tentu saja Palace. Lalu, United kalah 0-3 dari Bournemouth.
Di Liga Champions, United cuma menempati juru kunci. The Red Devils pernah kalah dari semua tim yang ada di sana, termasuk Galatasaray dan Copenhagen.
Alasan United kalah tentu saja karena mereka tidak bisa mencetak gol lebih banyak dari lawan. Pertanyaannya, mengapa mereka kalah? Karena lawan mencetak lebih banyak gol. Di Liga Champions, United mencetak 12 gol, tapi kebobolan 15 gol. Bandingkan dengan Copenhagen di peringkat kedua yang cuma mencetak delapan gol, tapi kebobolan jumlah yang sama.
Lu Kebobolan 2 Gol, Lu Cetak 3 Gol
Masalah United musim ini adalah soal mencetak gol. Memang, musim ini penuh dengan kejutan karena cedera yang tak terduga dan faktor non teknis. Salah satunya Mason Mount yang langsung cedera di awal musim. Selain itu, Jadon Sancho yang harusnya jadi motor penyerangan justru bermasalah dengan sang pelatih.
Musim ini, jumlah gol United lebih sedikit ketimbang jumlah kebobolan. Dengan minus tiga, United adalah yang terburuk di antara tim di delapan besar.
Namun, 52 gol ini tiga gol lebih banyak ketimbang musim 2015/2016 di bawah Louis van Gaal. Bedanya, United cuma kebobolan 35 gol, lebih baik ketimbang Leicester City dan Arsenal di peringkat pertama dan kedua.
Ten Hag pernah bilang kalau skuadnya adalah penghibur terbaik di Premier League. Penghibur untuk fans tim lain, tapi tidak untuk fans United itu sendiri.
Ten Hag masih punya tiga laga lagi untuk memperbaiki rekor tersebut, atau justru malah akan bertambah buruk.