Foto: CBS

 

Untuk keempat kalinya secara beruntun, Manchester United tersingkir pada babak semifinal. Apes, dua kali mereka tersingkir dari rival sekotanya, Manchester City. Tidak cukup sampai disitu, kekalahan dua kali melawan City justru terjadi di kandang mereka sendiri, Old Trafford.

Semifinal Piala Liga yang berlangsung dini hari tadi berakhir anti klimaks bagi si pemilik stadion. Datang dengan kepercayaan diri yang cukup tinggi, Ole Gunnar Solskjaer harus mengakui keunggulan dari Pep Guardiola. United kalah dengan skor 0-2 akibat gol dari John Stones dan Fernandinho.

Segala keuntungan yang dimiliki United tidak bisa dimaksimalkan dengan baik. Faktor kandang ternyata tidak menjamin. Begitu juga dengan kondisi fisik. United sebenarnya memiliki masa istirahat yang jauh lebih lama dibanding City. Akan tetapi, di lapangan City justru tampak jauh lebih memiliki energi dan terlihat bisa memanfaatkan masa istirahat mereka dengan baik.

Di akhir laga, Ole Gunnar Solskjaer menyesalkan kenapa timnya bisa kebobolan dengan begitu mudah. Dua gol City semuanya datang dari situasi bola mati yang tampak sudah menjadi kelemahan United musim ini. Entah ini sudah gol keberapa yang datang dari situasi ini. Hal ini yang menimbulkan pertanyaan mengenai metode latihan seperti apa yang dijalankan para pemain mengingat kesalahan ini seperti terus terulang nyaris di setiap pertandingan.

“City bisa mencetak gol dengan cara-cara yang hebat. Anda pasti setuju dengan itu. Tapi, ketika Anda kebobolan yang semuanya berasal dari set-play yang sederhana, maka seharusnya gol itu bisa dihindari. Kami sangat kecewa karena entah kenapa kami tidak pernah bagus pada momen-momen itu,” kata Ole Gunnar Solskjaer setelah laga.

Sebenarnya, cara bermain United pada dini hari tadi sudah sesuai dengan keinginan Ole. Dengan formasi 4-4-2 diamond yang sesekali menjadi 4-2-3-1, United sukses memaksa City untuk memaksimalkan permainan mereka melalui sisi sayap. Dengan formasi 4-3-3 yang tampak menjadi 4-6-0, karena City tidak bermain dengan striker, United sukses membuat City hanya membuat satu shot on target pada babak pertama.

Saat sistem bermain United sudah bagus, terutama dalam mematikan kreativitas City, tidak diimbangi dengan performa beberapa individu yang tidak dalam performa terbaiknya. Lini tengah United cukup lambat dalam mengalirkan bola. Tidak ada aksi-aksi magis yang keluar dari kaki Bruno Fernandes. Sebaliknya, pemain Portugal ini terlihat bingung hingga memaksanya beberapa kali melepaskan sepakan jarak jauh sebagai bentuk frustrasi yang mendatangkan kritik dari Roy Keane.

“Bruno selalu dipuji selama sebulan terakhir. Orang-orang membandingkannya dengan Cantona. Tapi Cantona dapat trofi bersama United. Bruno tidak melakukan banyak hal hari ini. Pemain top adalah pemain yang muncul di pertandingan-pertandingan besar,” ujarnya.

Masalah lain kemudian muncul. Formasi City yang tanpa striker terkadang membuat lini tengah skuad asuhan Pep Guardiola bisa terisi hingga enam pemain. Inilah yang membuat opsi umpan dari tengah ke depan menjadi terbatas. Ketika serangan gagal, para pemain City dengan cepat langsung melepaskan counter. City menjadi tim yang berbahaya karena kecepatan mereka begitu mumpuni dan kualitas para pemain mereka yang pintar mencari dan membaca ruang gerak pemain yang lain.

Ketika serangan United sukses sampai ke pemain depan, Rashford serta Martial juga tidak bisa berbuat banyak. Dua striker United ini berkontribusi dalam 9 dari 23 kali mereka kehilangan penguasaan bola. Kiprah Martial pada match kali ini hanyalah upaya dia mencari penalti yang terlihat dengan jelas. Beruntung, wasit tidak tertipu.

Satu gelar kini sudah hilang. Beruntung, United masih punya tiga jalan untuk bisa meraih piala pada musim ini. Tinggal bagaimana Ole bisa mengatur para pemainnya ini untuk bisa bermain bagus terutama pada laga-laga yang sifatnya krusial. Selain itu, meminimalkan kesalahan dalam antisipasi bola mati juga menjadi catatan yang harus diperbaiki secepat mungkin mengingat pemain belakang United kadang masih suka bengong seperti dalam proses gol pertama John Stones.

Kini, Ole diminta untuk menurunkan pemain pelapis ketika melawan Watford. Sebuah keputusan yang bijak mengingat pemain pelapis ini sama sekali tidak mendapat kesempatan ketika melawan City. Selain itu, mengistirahatkan pemain utama juga memberi waktu bagi mereka untuk bisa beristirahat agar kaki mereka kembali segar ketika United bermain melawan Burnley dan Liverpool.