Manchester United hanya meraih hasil imbang 1-1 saat menjamu Liverpool di Stadion Old Trafford pada Minggu (15/1) malam kemarin. Hasil ini sekaligus menutup sembilan kemenangan beruntun United di semua ajang.

Liverpool mencetak gol terlebih dahulu lewat tendangan penalti James Milner pada menit ke-27. Penalti ini terjadi setelah bola mengenai tangan Paul Pogba yang hendak berduel udara di dalam kotak penalti. Setelah gol tersebut, praktis Liverpool pun mengendurkan serangan yang membuat United menguasai 62 persen penguasaan bola hingga akhir babak pertama.

Di babak kedua, Michael Carrick digantikan oleh Wayne Rooney. Pergantian ini memberikan United lebih banyak opsi dalam menyerang. Rooney beberapa kali bisa menjadi penyambung antara lini tengah dengan lini serang. Namun, banyaknya penguasaan bola tersebut tak begitu berdampak pada efektivitas serangan United yang kerap mentah di lini pertahanan Liverpool.

Sadar ada kreativitas yang hilang, Jose Mourinho pun memasukkan Juan Mata pada menit ke-65 menggantikan Anthony Martial. Selang 11 menit kemudian, Mou menarik Matteo Darmian dan menggantinya dengan Marouane Fellaini. Pergantian ini terbilang tepat karena sepanjang babak, United selalu kalah dalam duel udara. Masuknya Fellaini diharapkan bisa mengatasi kelemahan tersebut, terutama di lini serang.

Di babak kedua, sejumlah serangan United terbilang membahayakan pertahanan Liverpool. Namun, Liverpool bukannya cuma bermain bertahan. Emre Can dan kolega menerapkan gegenpressing seperti yang diterapkan Juergen Klopp kala melatih Borussia Dortmund. Para pemain Liverpool seperti tak pernah lelah untuk menekan United sepanjang pertandingan. Sejumlah peluang Liverpool pun terjadi lewat kesalahan para pemain United yang tak mampu melepaskan tekanan.

United akhirnya mencetak gol pada menit ke-84 melalui sundulan Zlatan. Awalnya, akselerasi Rooney dari sisi kiri penyerangan United membuahkan umpan silang yang disundul Fellaini. Namun, sundulan pemain kesebelasan negara Belgia tersebut masih membentur tiang gawang. Bola muntah langsung disambar Antonio Valencia yang disundul oleh Zlatan yang mengoyak gawang Simon Mignolet.

Tidak ada gol lagi sampai wasit Michael Oliver membunyikan peluit tanda pertandingan berakhir. Dengan hasil ini, United masih betah di peringkat keenam, berselisih dua poin dari Manchester City yang dipermalukan Everton dengan skor 0-4. Sementara itu, Liverpool turun ke peringkat ketiga, disalip Spurs yang menang 4-0 atas West Bromwich Albion.

De Javu Louis van Gaal

Dalam pertandingan semalam, United menguasai 55 persen penguasaan bola. Namun, United hanya melepaskan sembilan attemps berbanding 13 attemps milik Liverpool. Hal ini seperti mengembalikan ingatan kita soal bagaimana United bermain di era Louis van Gaal. Dalam pertandingan semalam, bola yang sudah mencapai area serangan Liverpool, di-delay untuk kemudian dioperkan lagi ke area pertahanan sendiri.

Jawaban dari hal ini bisa jadi karena pressing ketat tanpa henti yang dilakukan Liverpool sepanjang pertandingan. Hal ini membuat United hampir tak bisa menghela nafas, dengan mengorbankan pace pertandingan itu sendiri. Mengumpan kembali ke lini pertahanan bisa menjadi jawaban atas kelelahan yang didera para pemain United.

Agen Van Gaal malam itu ada dalam diri Henrikh Mkhitaryan. Serangan balik United selalu putus di kaki Micki. Saat menerima bola di sisi kiri, bola kerap dikembalikan ke lini pertahanan. Atau kalaupun diumpan ke depan, bola seringkali berakhir di kaki pemain Liverpool. Sepanjang 90 menit, umpan sukses Micki hanya sebanyak 36 kali dengan akurasi 72 persen atau yang terburuk keempat di antara pemain United lain.

Hal ini berdampak pada efektivitas serangan United yang jarang ditutup dengan attemps. Hanya Zlatan dan Micki yang mampu melepaskan attemps tepat sasaran!

Rasa frustrasi para penggemar United sempat pupus dengan kehadiran Juan Mata. Pemain kesebelasan negara Spanyol itu menjadi pusat kreativitas United pada babak kedua. Mata kerap mengirim bola-bola direct utamanya pada Antonio Valencia di sisi kanan serangan United.

Gol United pun tak lepas dari masuknya tiga pemain di babak kedua: Rooney, Fellaini, dan Mata. Mata mengkreasi dari tengah, Rooney berakselerasi dari kiri, Fellaini melakukan attemps dan membentur tiang.

Pertandingan melawan Liverpool mesti menjadi titik balik bagi Mourinho yang selalu menghadapi lawan yang kualitasnya lebih rendah. Saat melawan kesebelasan yang kualitasnya lebih rendah United bisa berlama-lama dengan bola dan mengatur kapan akan melakukan attemps. Di sisi lain, kala melawan Liverpool yang punya stamina dan kecepatan, United amat terlihat kedodoran. Evaluasi dari pertandingan ini bisa menjadi bekal melawan Stoke City dan Hull City pada pekan depan.