Foto: Taiwan News

Dalam sepakbola, ada istilah yang kerap melekat kepada kesebelasan yang gemar mendapat poin dari klub-klub besar tapi mudah gagal mendulang poin dari klub-klub yang kualitasnya di bawah mereka. Mereka yang mempunyai kebiasaan ini akan dijuluki “tim Robin Hood” dan Manchester United adalah kesebelasan yang sedang merasakan label tersebut.

Layaknya legenda seorang pria yang merampok harta orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang miskin, United juga bertingkah laku demikian di Premier League musim ini. Mereka sukses mereguk poin dari kesebelasan-kesebelasan besar namun kerap sedekah poin kepada tim-tim yang peringkat dan kualitasnya di bawah mereka.

Tradisi ini kembali diteruskan pada pekan ke-17 kemarin. Menghadapi Everton yang sepanjang musim ini berkutat di papan bawah, Setan Merah kehilangan kesempatan meraih tiga poin dengan hanya bermain imbang 1-1 di Old Trafford. Hasil ini membuat mereka gagal memperpendek jarak menjadi dua poin dengan Chelsea dan harus merelakan tempat di posisi kelima digusur oleh Spurs.

Serangan yang Mudah Ditebak

Ole Gunnar Solskjaer menurunkan starting eleven yang sama seperti ketika melawan City. Daniel James dan Marcus Rashford akan mendukung Anthony Martial dari sayap. Di belakang pemain Prancis ini berdiri Jesse Lingard yang dalam dua laga liga terakhir bermain baik.

Yang menarik, Everton membuat beberapa perubahan dalam susunan pemainnya ketika menang melawan Chelsea dalam debut manajer baru, Duncan Ferguson. Gylfi Sigurdsson absen dan digantikan Tom Davies, begitu juga Theo Walcott yang tempatnya diisi oleh Bernard. Duncan sendiri memainkan formasi 3-5-2 dan bukan 4-4-2 flat seperti ketika melawan Chelsea.

Layaknya jentikan tangan Thanos yang memorak-porandakan pahlawan Avengers, Manchester United hanya butuh satu klub dalam wujud The Toffees untuk menghilangkan penampilan apik mereka saat melawan Tottenham Spurs, Man City, dan AZ Alkmaar. Seperti yang sudah ditebak, ide-ide permainan “cantik” ketika laga big match langsung menghilang pada pertandingan kemarin.

Tidak ada liukan hebat dari Anthony Martial. Kombinasi umpan cepat saat transisi menyerang juga tidak sering muncul. Sebaliknya, serangan United mudah sekali terbaca. Penguasaan bola yang mencapai 67% tidak berdampak apa-apa selain hanya membuat United mengulang kesalahan kalau mereka tidak kreatif melawan tim yang pertahanannya rapat.

Betapa tidak kreatifnya United terlihat dari serangan mereka yang condong di sisi kiri ketimbang di sisi kanan. Beberapa kali peluang United, meski tidak berbahaya, terjadi pada posisi ini. Salah satu dari Martial/Rashford akan memegang bola, lalu menunggu Luke Shaw melakukan overlap. Dua pemain ini akan disokong oleh Fred dan Lingard untuk membantu mengalirkan jalannya bola.

Akan tetapi, Everton mudah untuk mematikan skema ini. Ketika diperhatikan secara detail, alih-alih 3-5-2, Duncan ternyata tetap memainkan pola 4-4-2. Hal ini menguntungkan mereka mengingat Duncan hanya memerintahkan trio Davies, Holgate, dan Iwobi untuk menutup akses serangan United dari sisi kiri.

United sebenarnya bisa memakai metode serangan lain dengan memindahkan serangan ke sisi kanan. Hal ini bisa dipakai untuk merusak pertahanan lawan yang kalah jumlah di sisi sebaliknya. Namun ternyata hal itu tidak banyak terlihat dari permainan Solskjaer. Besar kemungkinan karena AWB tidak mempunyai kemampuan melepas umpan silang sebaik Shaw. Hal itu bisa dilihat dari statistiknya dimana empat umpan silangnya tidak menemui sasaran meski akurasi tekelnya sempurna.

Satu cara lain untuk merusak lawan yang bermain dengan dua blok di lini belakang adalah dengan membuat umpan-umpan vertikal ke ruang antar lini yang dalam hal ini adalah ruang diantara lini tengah dan lini belakang lawan. Akan tetapi, hal ini tidak banyak dilakukan. Entah karena ragu bola akan terebut, akurasi umpan ke depan pemain United yang tidak begitu bagus, atau minimnya opsi. Yang jelas, United kekurangan alternatif untuk menyerang ketika mereka mendapatkan situasi terkunci.

Tidak banyak yang berubah pada babak kedua. Serangan United masih sama yaitu berat di satu sisi, tapi tidak ada kecenderungan untuk berganti arah. Ketika satu sisi tersebut terkunci, maka yang bisa dilakukan hanya melepas umpan silang atau menendang dari half space seperti yang beberapa kali dilakukan oleh Rashford dan Luke Shaw.

United sendiri baru mendapat gol pada menit ke-77 melalui Mason Greenwood. Keputusan Solskjaer memainkan pemain muda ini dan mengorbankan kosongnya posisi Lingard di belakang striker patut diapresiasi karena setidaknya membuat opsi serangan United di sisi kanan menjadi lebih banyak. Satu gol penyelamat ini didapat ketika James mengubah alur serangan dari kiri ke sisi kanan penyerangan United.

Mempertanyakan Menu Latihan Solskjaer

Pertandingan ini menunjukkan kalau dua kemenangan melawan Spurs dan City tidak mencerminkan kalau Setan Merah sudah membaik. Mereka kumat akan inkonsistensi dan langsung ciut ketika berhadapan dengan tim yang lebih banyak bermain menunggu di lini belakang.

Rossi Finza Noor, jurnalis media lokal Kumparan merasa heran apakah Solskjaer memang tidak punya menu latihan khusus untuk United agar bisa merusak lawan yang defensifnya bagus. Hal itu ia ungkapkan dalam akun Twitter pribadinya. Rata-rata pemain United punya kecepatan tapi tidak punya ketenangan ketika diminta untuk menguasai bola.

Pemikiran ini wajar saja muncul mengingat Premier League sudah memasuki pekan ke-17 dan kesalahan seperti ini sudah diulang-ulang oleh United dalam beberapa pertandingan. Apakah karena kualitas pemain United yang jelek maka menu latihan yang diberikan Solskjaer juga menyesuaikan level mereka? Hanya pelatih yang tahu.

Banyak yang menyebut kalau masalah ini akan beres dengan mendatangkan pemain yang menurut mereka “kreatif”. Namun berbicara soal kreatif, United sebenarnya tidak kekurangan stok pemain kreatif karena mereka punya Fred, Andreas, Lingard, dan Juan Mata. Selain itu, saya sudah ucapkan berkali-kali kalau satu pemain kreatif baru seperti Bruno Fernandes, Toni Kross, atau siapa pun lainnya tetap tidak akan berdampak banyak jika tidak didukung pemain lainnya yang masih malas untuk bergerak mencari ruang atau dengan kata lain melakukan gerakan tanpa bola ketika melawan tim yang bermain defensif.

Selagi menunggu bursa Januari dibuka, Solskjaer harus mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini. Pasalnya, tiga laga ke depan United akan menghadapi Watford, Newcastle United, dan Burnley. Lawan-lawan yang di atas kertas mudah dikalahkan namun bisa menghadirkan kejutan mengingat betapa konsistennya United sedekah poin kepada tim papan bawah sejauh ini.

Alih-alih mendapat banyak poin, bukan tidak mungkin United lah yang justru kehilangan banyak poin jika mereka kembali menemukan pertahanan kokoh layaknya Everton pada pertandingan kemarin.