Manchester United berhasil meraih trofi utama pertamanya di bawah asuhan Jose Mourinho. Bermain di Stadion Wembley, United menang tipis 3-2 atas The Saints. Sempat unggul 2-0 melalui Zlatan Ibrahimovic pada menit ke-19 dan Jesse Lingard pada menit ke-38, Soton kemudian membalas melalui rekrutan termahal mereka, Manolo Gabbiadini. Zlatan kemudian menjadi pahlawan setelah tandukannya pada menit ke-87 gagal dihalau Frasier Forster.

Dalam final yang dramatis tersebut terdapat lima hal penting yang bisa dipetik dari kedua kesebelasan. Berikut lima hal yang bisa dipetik dari pertandingan tersebut seperti dilansir dari Squawka.

  1. Gabbiadini adalah Jawaban Lini Depan Southampton

Di awal musim, Soton sebenarnya tidak punya masalah di lini depan, sebelum striker utama mereka, Charlie Austin, terkena cedera yang cukup parah. Gabbiadini pun direkrut di bulan Januari dari Napoli dengan memecahkan rekor pembelian termahal The Saints. Mantan striker Napoli ini sudah mencetak lima gol hanya dalam tiga pertandingan pertamanya bersama Soton.

Dua gol yang dibuatnya ke gawang David De Gea tersebut menjadikan Gabbiadini sebagai pemain Italia pertama setelah Giampaolo Pazzini yang dapat mencetak dua gol di New Wembley. Ia bahkan hampir membuat hattrick jika gol nya di awal pertandingan tidak dianulir oleh asisten wasit. Sayang keputusan Claude Puel yang menarik Gabbiadini terlalu awal membawa malapetaka bagi Soton.

  1. Marcos Rojo Bukan Jawaban Bagi Sisi Kiri United

Bisa dikatakan bahwa Marcos Rojo adalah pemain United yang underperform dalam pertandingan final tersebut. Beberapa kali dirinya dilewati dengan mudah oleh kecepatan Nathan Redmond,  Dusan Tadic, dan Cedric Soares. Dirinya bahkan hampir menjatuhkan Ward Prowse di kotak penalti dalam proses gol Gabbiadini yang dianulir di awal babak pertama. Proses gol pertama Gabbiadini pun diawali dari sektor kiri yang diisi oleh Rojo.

Selain itu mantan pemain Sporting CP ini bahkan sering terlalu lama dalam menguasai bola. Beberapa kali umpannya tidak mengenai sasaran. Ini menjadi tugas penting bagi Jose Mourinho di musim depan akankan mereka membeli fullback kiri baru atau tetap meamnfaatkan Daley Blind serta menunggu pulihnya Luke Shaw.

  1. Manchester United Kehilangan Peran Mkhitaryan

Sudah terlibat dalam enam gol yang dibuat United, Mkhitaryan justru mengalami cidera setelah melawan St. Etienne. Hilangnya kapten timnas Armenia ini pun membuat lini depan Setan Merah menjadi ompong di sepertiga akhir. Kemampuan pemain yang akrab disapa Micki ini dalam kecepatan dan kemampuan mencari celah jelas dibutuhkan ketika bermain di lapangan selebar Wembley.

Dalam pertandingan tersebut United mengganti posisi Miki dengan Juan Mata. Sayangnya pemain Spanyol tersebut lebih sering kehilangan bola ketimbang membantu United membangun serangan. Kehilangan sang Kakek beberapa saat sebelum pertandingan melawan Soton dimulai mungkin sedikit mempengaruhi penampilan Mata.

  1. Pressing Ketat adalah Cara untuk Mengalahkan United

Di musim ini United seperti kesulitan jika menghadapi tim-tim yang mengandalkan pressing ketat. Hull City dan Liverpool adalah contoh tim yang dapat membuat United kesulitan dalam mengembangkan permainan. Gaya permainan yang tidak kenal lelah itupun dipratekkan dengan cukup baik oleh Claude Puel.

Setiap Pogba atau Herrera menguasai bola mereka selalu mendapat gangguan dari Oriol Romeu dan Steven Davis. Sebenarnya kemampuan kedua pemain tersebut juga dibantu oleh seringnya Paul Pogba menahan bola terlalu lama. Masuknya Carrick menggantikan mata membawa perubahan bagi permainan Setan Merah. Carrick yang pandai dalam mendistribusikan bola dan mengatur tempo membuat para pemain United menjadi sedikit lebih tenang ketika menguasai bola meski Southampton masih sering membahayakan melalui serangan balik. Pujian patut diberikan setinggi-tingginya bagi Claude Puel.

  1. Ibrahimovic Sebagai Penentu Kebuntuan United

Usia 35 mungkin hanya sebatas angka bagi pemain kelahiran Malmo tersebut. Dalam pertandingan yang dipimpin Andre Marriner tersebut Ibra mencetak dua gol berkelas untuk membawa Jose Mourinho meraih trofi mayor pertamanya bersama United. Zlatan menjadi jawaban dari penampilan United malam itu yang terkesan standar.

Dua gol yang dibuat oleh Zlatan bisa dikatakan adalah berkat kemampuan individu suami dari Helena Seger ini. Tendangan bebas yang terarah menjadi pembuka bagi United pada menit ke-19. Gol keduanya yang hadir tiga menit jelang usai berawal dari dirinya yang membangun serangan. Zlatan yang memulai Zlatan pula yang mengakhiri.

*

Bagi United gelar Piala Liga atau EFL Cup ini merupakan yang kelima dalam sejarah Setan Merah. Sedangkan untuk Jose Mourinho ini merupakan kali keempatnya ia meraih trofi yang sebelumnya bernama Capital One Cup tersebut sekaligus mensejajarkan diri dengan Brian Clough dan Sir Alex Ferguson sebagai peraih trofi terbanyak EFL Cup. Bagi Zlatan ini adalah gelar yang ke-30 sepanjang karirnya sebagai pesepakbola.