Manchester United sukses kembali ke jalur kemenangan setelah tiga kali menuai hasil imbang di Premier League. United berhasil mempermalukan juara bertahan Leicester City di King Power Stadium dengan skor telak, 3-0. Hasil mengecewakan yang dialami oleh Arsenal dan Liverpool membuat United kini hanya terpaut dua poin dengan Arsenal di posisi keempat dan satu poin dengan Liverpool di posisi kelima.

Tiga gol yang bersarang di gawang Kasper Schmeichel itu membuktikan bahwa lini depan United tidak bisa dipandang sebelah mata. Akhir-akhir ini, kabar mengenai buruknya penyerangan United kembali muncul. Namun, Henrikh Mkhitaryan, Zlatan Ibrahimovic, dan Juan Mata selaku pencetak gol berhasil melawan kritikan tersebut.

Fleksibilitas Taktik Mourinho

Jose Mourinho menurunkan skema 4-4-2 dengan menempatkan Marcus Rashford sebagai striker kedua di belakang Zlatan, menyamai formasi andalan Claudio Ranieri bersama The Foxes. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah Mourinho yang mulai fleksibel dalam meracik taktik. Ia tidak terlalu terpatok dengan skema 4-2-3-1 dan 4-3-3 yang menjadi andalan selama karir kepelatihannya.

Mourinho memiliki alasan kuat ketika menurunkan formasi 4-4-2. Ia menginginkan Zlatan tidak terlalu dibayangi oleh Wes Morgan dan Robert Huth. Tapi United tidak dapat mengembangkan permainan dalam skema tersebut. Karena itulah Mourinho mengubah kembali menjadi skema andalannya.

“Kami bermain dengan 4-4-2, sama seperti sistem yang mereka mainkan. Saya mencoba untuk tidak memberikan Morgan dan Huth dalam duel dua lawan satu melawan Zlatan. Saya mencoba untuk memberi kebebasan bagi Zlatan dengan memainkan Marcus di sana,” ujar Mourinho.

“Kami bermain baik, kami cukup stabil dalam pertandingan tapi tanpa kualitas possesion yang biasanya kami miliki. Lalu saya mengganti (skema) dan mulai mencari ruang, lalu gol pertama datang dan semuanya menjadi mudah bagi kami.”

Skema 4-4-2 tersebut terbukti berhasil dalam pertahanan. Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan Ahmed Musa, tidak memiliki banyak ruang karena sayap United bermain lebih dalam. Namun dampaknya adalah kreativitas dan daya serang yang kurang baik. Karena itulah Mourinho kembali bermain dengan 4-2-3-1 dimana Mkhitaryan bermain dengan peran No.10 dan Rashfrod bermain sebagai sayap.

Pergantian taktik tersebut terbukti berhasil. Mkhitarya sukses membuka skor pada menit ke-42 sebelum Ibrahimovic menggandakan keunggulan United 80 detik setelahnya. Serangan United sangat membaik dan pertahanan mereka juga masih kuat menahan serangan Leicester yang sudah terlanjur tidak nyaman dengan pertahanan kuat United ketika bermain dengan skema 4-4-2. Ini menunjukan Mourinho yang mulai fleksibel dalam segi taktik. Mourinho sebenarnya tidak sering mengubah taktik saat pertandingan berlangsung.

Pembelaan Mourinho Soal Tekel Juan Mata

Salah satu pencetak gol dalam pertandingan ini, Juan Mata, hampir di usir wasit ketika tekel telatnya menjatuhkan Vardy jelang satu jam pertandingan. Beruntung tekel cerobohnya itu tidak di ganjar kartu kuning kedua setelah ia menerima kartu kuning pada menit ke-24.

Mata sendiri mengungkapkan bahwa dirinya beruntung tidak di kartu merah oleh wasit.  “Saya telat (melakukan tekel). Saya telat. Saya awalnya berusaha mengenai bola. Saya tidak ingin melukai Jamie namun yang jelas saya telat dan mungkin saya sedikit beruntung. Namun tekel itu saya niatkan demi mencoba merebut bola karena saya kehilangannya 10 detik sebelumnya,” ujar pria berkebangsaan Spanyol itu.

Di sisi lain, Mourinho justru membela tekel telat Mata. Ia merasa kejadian itu tidak perlu diperdebatkan setelah membandingkan dengan keputusan wasit yang merugikan United.  “Saya harus melihatnya di TV namun jika saya membandingkan dengan apa yang dilakukan (Claudio) Bravo terhadap (Wayne) Rooney di pertandingan melawan Man City, jika saya membandingkannya dengan apa yang dilakukan (Oumar) Niasse di pertandingan sebelumnya, maka yang ini harusnya tidak usah diperdebatkan,” tutur Mourinho

“Kita harusnya membicarakan yang penting-penting saja karena selama musim ini semuanya terasa merugikan kami. Dan jika hari ini keputusan wasit meragukan, mungkin itu adalah salah satu dari beberapa keputusan di mana kami tidak dihukum oleh keputusan yang buruk,” tambahnya.

Rekor Yang di Ukir Oleh Zlatan Ibrahimovic

Gol Zlatan pada pertandingan ini adalah gol yang ke-20 musim ini di semua kompetisi dan gol yang ke-15 di ajang Liga Primer. Zlatan sukses mencatatkan namanya sebagai pemain tertua yang berhasil meraih 15 gol di ajang Liga Primer dengan usia 35 tahun 125 hari. Torehan gol ini juga membuatnya tercatat tak pernah kurang dari angka 15 soal raihan gol liga pada enam musim terakhir. Zlatan membuktikan bahwa umur sama sekali tidak menghambatnya untuk bermain impresif.

Pujian pun datang dari beberapa pihak termasuk rekan setimnya dan tentu saja manajernya. “Saya rasa tidak ada yang terkejut karena dia adalah Zlatan Ibrahimovic. Kalian bisa menduga performa seperti itu dari dia,” tutur Mkhitaryan.

“Ini baru musim pertamanya di Inggris, musim pertamanya di Man United dan Liga Primer dan dia baru sampai Februari dengan ukiran 20 gol. Ini adalah rekor yang bagus namun saya yakin dia menginginkan hal yang lebih,” kata Mata.

Mourinho sendiri memuji Zlatan bukan hanya banyaknya jumlah gol, tapi sedikitnya gol yang Ibra catatkan dari titik putih. “Normalnya ketika striker mencetak gol kita akan menyindir ’22 gol, 14 gol dan delapan lainnya penalti’, atau ’21 gol, 14 gol dan tujuh lainnya penalti’. Namun dengan Zlatan, kita harus ingat bahwa dia mencetak 20 gol, 19 dan satunya penalti.”