Foto: Manchester evening News

Bukan Manchester City, Liverpool, atau bahkan Chelsea. Kesebelasan yang memutus rangkaian unbeaten Manchester United adalah Sheffield United. Kesebelasan yang mendapat status terburuk pada kompetisi Premier League musim ini.

Jargon “Jangan Ragukan United Dalam Mengecewakan Pendukungnya” tampaknya bukan sekadar kata-kata semata. Jargon ini seperti mengingatkan suporter United kalau untuk saat ini jangan terlalu optimis kalau United bisa kembali berjaya seperti dulu. Karena sewaktu-waktu, Setan Merah bisa bertingkah ajaib di atas lapangan.

Keajaiban itu muncul pada pertandingan dini hari kemarin. Di luar dugaan, Manchester United tumbang atas Sheffield United dengan skor 1-2. Inilah kekalahan keempat mereka musim ini yang semuanya justru lahir di Old Trafford, tempat yang seharusnya menjadi ladang poin bagi si pemilik stadion.

Suporter United seperti kena triple kill semalam. Sudah kalah di kandang, kalahnya dari tim juru kunci, ditambah dengan fakta kalau kekalahan ini lahir karena kesalahan pemain United itu sendiri. Tentu menjadi sebuah hal yang mengejutkan mengingat tiga hari sebelumnya, United bermain penuh determinasi dan hasrat ingin menang ketika mengalahkan Liverpool pada ajang Piala FA.

Semalam, United terkunci sepanjang pertandingan. Trio Rashford, Martial, dan Greenwood tidak bisa membuat satu pun chances created. Selain itu, Bruno Fernandes memperpanjang catatan nihil kontribusi yang sudah berlangsung empat pertandingan beruntun di kompetisi Premier League.

Organisasi pertahanan Sheffield yang baik membuat United kebingungan. Akurasi umpan para pemain United sempat menembus angka 91 persen. Akan tetapi,  akurasi umpan mereka langsung merosot drastis menjadi 9 persen ketika mendekati kotak penalti Sheffield.

“Salah satu masalah United adalah, ketika game plan awal mereka tidak berhasil, mereka akan melakukan rencana semau mereka sendiri. Semua pemain seperti berkata, “serahkan pada diriku” lalu membuat beberapa gerakan,” kata UtdArena.

Sudah terkunci, lini belakang United juga melakukan kesalahan. Dua gol yang bersarang ke gawang De Gea lahir dari koordinasi pertahanan yang berantakan layaknya pada pertemuan pertama lalu. Proses gol pertama hadir dari kegagalan Axel Tuanzebe dalam mengantisipasi sepak pojok meski sudah melakukan lompatan.

Jebolan akademi dengan nomor punggung 38 ini menjadi sorotan. Ada keterlibatan Tuanzebe dalam dua gol Sheffield semalam. Khususnya pada gol kedua ketika tendangan Oliver Burke berbelok arah setelah berubah arah karena terkena pahanya. Imbasnya, mantan pemain pinjaman Aston Villa ini diisukan mendapat serangan rasisme dari suporter United yang mungkin masih kesal dengan kekalahan kemarin.

Proses gol kedua The Blades benar-benar membuat suporter United geleng-geleng kepala. Tidak ada urgensi dari para pemain United untuk mempersempit area pemain Sheffield dalam melakukan serangan. Jalur umpan dibiarkan terbuka. Pemain United seperti tidak paham siapa harus menjaga siapa. Meksi dikelilingi enam pemain, namun Burke memiliki space yang lebar untuk bisa menembak langsung ke gawang.

Namun sebenarnya, proses gol ini bisa saja tidak terjadi jika pemain United cermat membaca situasi. De Gea sebenarnya bisa melakukan clearance ketimbang melakukan passing. Jika ia membuang bola, setidaknya United punya waktu untuk mematikan serangan Sheffield dan mengatur pertahanannya kembali dalam kondisi siap. Dua gol Sheffield hadir dari betapa lambatnya United dalam melakukan press.

Sorotan Untuk Martial

Semua pemain Manchester United mendapat banyak sekali kritikan. Ole Gunnar Solskjaer pun memaklumi akan hal itu. Menurut dia, pemainnya memang wajar untuk dikritik karena permainannya tidak sesuai dengan apa yang ia mau. Namun kritikan terbesar ditujukan untuk dua pemain saja. Selain Tuanzebe, Anthony Martial adalah public enemy berikutnya.

Laga melawan Sheffield menunjukkan kalau Martial benar-benar mengalami penurunan permainan yang sangat signifikan. Pencetak 17 gol musim lalu nyaris tidak memberikan ancaman berarti. Permainannya juga gampang terbaca.

Alih-alih berkontribusi, Martial membuat suporter United ingin memaki. Hal ini tidak lepas dari reaksinya ketika kehilangan bola. Pada suatu momen, Martial melakukan salah umpan ke Cavani. Alih-alih bertanggung jawab, ia justru memberi gestur kalau Cavani lah yang bersalah. Pada proses gol kedua Sheffield, ia juga berperan meski memang itu menjadi kesalahan pertahanan United secara keseluruhan.

Musim ini, Martial baru membuat dua gol dalam 16 pertandingan. Enam gol lebih sedikit dari torehannya musim lalu dengan jumlah pertandingan yang sama. Performanya semalam membuat banyak suporter United meminta Ole untuk terus memainkan Cavani dan menghukum Martial agar dia bisa introspeksi diri. Pasalnya, Martial dianggap tidak memiliki perkembangan sejak ia datang enam tahun lalu.

“Saya kenal Martial. Dia adalah pemain yang bekerja keras sepanjang latihan. Dia selalu memperbaiki penyelesaian akhirnya dan pergerakannya. Saya tidak ragu kalau dia akan selalu tampil bagus,” kata Ole menyikapi serangan kepada striker Prancis tersebut.

United punya waktu 72 jam untuk membenahi apa yang menjadi biang keladi pada pertandingan kemarin. Akhir pekan nanti, mereka akan melawan Arsenal di Emirates Stadium. Di era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer, Meriam London adalah salah satu tim yang belum bisa ia kalahkan di kompetisi Premier League.