Foto: Twitter

David de Gea mungkin tidak menyangka kalau dalam 10 musim kebersamaannya dengan Manchester United, ia dua kali melihat gawangnya kebobolan enam kali dalam satu pertandingan. Begitu pula dengan Donny Van de Beek. Si anak baru langsung merasakan timnya dibobol enam kali seperti yang ia alami ketika masih membela Ajax 2019 lalu.

Minggu kemarin, Manchester United mengalami déjà vu setelah secara mengejutkan kalah 1-6 dari Tottenham Hotspur di stadion Old Trafford. Kekalahan ini mengulangi raihan bulan Oktober 2011 lalu saat mereka dikalahkan dengan skor yang sama dari Manchester City. Harry Kane dan Son Heung Min menjadi bintang pada pertandingan ini karena sama-sama menyumbang 2 gol dan 1 asis.

Sebenarnya, semuanya berjalan lancar bagi United. Kurang dari satu menit, mereka langsung mendapat penalti yang sukses dieksekusi oleh Bruno Fernandes. Namun, pertandingan kemudian menjadi mimpi buruk bagi tuan rumah. Gol demi gol tidak bisa dibendung hingga akhirnya mereka mendapatkan kekalahan 1-6.

Penggemar United sudah pasti kaget. Mereka tentu mengharapkan laga ini berjalan sengit. Bahkan sebelum laga, optimisme mereka cukup tinggi ketika tidak ada nama Victor Lindelof yang digantikan Eric Bailly sebagai starter. Lindelof dianggap titik lemah United kebobolan lima gol sebelum laga ini. Apes, United kebobolan enam saat Bailly main dan berperan pada gol ketiga Spurs saat ia memberi umpan tanggung kepada Nemanja Matic. Menurut Manchester Evening News, Bailly beberapa kali diminta Maguire untuk berkomunikasi dengannya.

“Gary Neville bilang kalau Maguire butuh partner, Maguire butuh partner. Tapi lebih baik kalau Maguire yang sebenarnya tidak bermain,” kata Patric Evra.

Lini belakang United kembali menjadi sorotan. Kebobolan enam tidak mencerminkan kalau empat pemain belakang ini layak mengantungi harga total hampir 200 juta Pounds. Empat gol Spurs pada babak pertama adalah hasil dari ketidakmampuan keempat pemain ini bermain sebagai sebuah unit.

Back pass konyol Maguire dan Shaw yang justru memutar bola ke dalam harus dibayar mahal dengan terjadinya gol pertama. Eric Bailly abai melihat pergerakan Son pada gol kedua. Bailly kemudian memberi umpan tanggung kepada Matic yang dipotong oleh pemain Spurs pada gol ketiga. Son lagi-lagi tanpa pengawalan untuk menceploskan bola ke gawang De Gea.

Keadaan United menjadi serba sulit. Tertinggal, lalu harus bermain dengan 10 orang karena Anthony Martial mendapat kartu merah. Setelah itu, Spurs dengan mudah mengacak-acak lini belakang United yang sedari awal terus kehilangan koordinasi.

Sisi flank United di lini belakang adalah sumber kebahagiaan bagi para pemain Spurs karena dari sinilah mereka bisa membuat peluang. 10 dari 17 key pass yang dibuat Spurs hadir dari sisi sayap pertahanan United. Gol keempat dan gol kelima hadir dari kecerobohan dua bek sayap United.

Performa Luke Shaw dan Aaron Wan-Bissaka memang cukup aneh pada pertandingan kemarin. Keduanya lebih sering bermain berdempetan dengan bek tengah yang memudahkan bek sayap Spurs leluasa untuk naik. Koordinasi mereka dengan satu DM dan satu winger juga tidak berjalan sehingga terkadang pemain Spurs bisa leluasa tanpa penjagaan. Oleh Manchester Evening News, Wan-Bissaka mendapat nilai 2 sedangkan Shaw mendapat nilai 0. Nilai yang menandakan betapa katronya seorang Shaw pada laga kemarin. Sayangnya, Ole terkesan tidak membuat perubahan untuk setidaknya membuat Unitd tidak kebobolan lebih dari empat.

“Untuk semua masalah kalau tim ini kurang pemain baru, United kini sudah kebobolan 9 gol (tweet dibuat pada babak pertama) dalam dua setengah pertandingan. Catatan ini tidak mencerminkan kalau tim pelatih mereka tidak melakukan tugasnya dengan baik,” kata Mark Ogden, jurnalis ESPN yang penasaran seperti apa cara Ole melatih pertahanan United di tempat latihan. Metode latihan yang musim lalu membawa mereka menjadi salah satu tim dengan kebobolan paling sedikit di Premier League.

Sulit untuk mencari hal positif dari laga ini selain Bruno yang kembali mencetak gol. Bahkan Patrice Evra saja seperti menahan tangis di studio Sky Sports karena tidak kuasa melihat timnya hancur lebur. Ucapan-ucapan menghibur diri tentu tidak akan mengandung banyak arti karena penampilan mereka memang sangat-sangat buruk.

Dalam konferensi pers setelah laga, Ole mengaku bertanggung jawab atas hasil ini. Dia bahkan angkat tangan atas hasil ini. Sekarang, suasananya menjadi rumit. Posisi United mendekati zona degradasi, bursa transfer tinggal menghitung jam, peresmian Edinson Cavani dan Alex Telles juga tampak tidak lagi menggairahkan karena kekalahan ini. Belum lagi tagar #OleOut kembali bergaung. Miguel Delaney, jurnalis Independent, begitu keras mengkritik kinerja Ole yang belum bisa memanfaatkan sumber daya yang United punya. Sumber daya yang menurutnya cukup untuk ke empat besar.

Tugas berat bagi Ole untuk membenahi lini belakang, jika dia masih berada di pinggir lapangan karena banyak yang merasa kalau akhir karier kepelatihannya akan berakhir lebih cepat. Laga berikutnya setelah jeda internasional, United akan bertemu Newcastle United, PSG, Chelsea, RB Leipzig, dan Arsenal. Kesebelasan yang sedang menanti lini belakang United kembali bermain buruk.