Foto: Twitter Man United

Ketika Leeds United menjalani musim terakhirnya di Premier League, yaitu pada musim 2003/2004, mereka sempat mendapat hasil buruk ketika bertandang ke markas Portsmouth. Pada 8 November 2003, mereka takluk dengan skor 6-1. Inilah kali terakhir mereka kebobolan enam gol sebelum akhirnya terdegradasi ke Championship Division pada akhir musim.

16 tahun kemudian, The Whites kembali ke Premier League dan bertemu kembali dengan rival abadinya, Manchester United pada pertandingan kemarin. Seperti sebuah déjà vu, Leeds kembali merasakan kekalahan dengan kebobolan enam gol. Bedanya, Leeds kali ini membuat dua gol. Skor akhir 6-2 untuk Manchester United.

Kedua suporter mendapat hiburan yang luar biasa. Permainan terbuka dari masing-masing kesebelasan. Hujan gol diikuti dengan hujan peluang. Tercatat ada 43 shots datang dari kaki-kaki mereka yang membuat pantat ini sulit beranjak untuk pergi karena peluang datang silih berganti.

Banyaknya serangan membuat komentator pertandingan menyebut kalau laga ini adalah pertemuan antara counter attack melawan counter attack serta attack after attack. Singkatnya, pertandingan menyerang vs menyerang. Beruntung, gol yang dicetak tuan rumah lebih banyak dari tim tamu.

Marcelo Bielsa dikenal karena julukannya yaitu El Loco alias “Si Gila”. Orang Argentina ini hanya suka sepakbola menyerang. Setiap kesebelasan yang ia latih harus bermain sesuai filosofinya. Padahal, menyerang dan bertahan adalah aspek yang saling terkait. Sayangnya, memperkuat pertahanan tampak tidak ada dalam filosofi Bielsa. Yang dia inginkan adalah cetak gol sebanyak-banyaknya meski ia harus kebobolan dengan sama banyaknya.

Inilah yang kemudian menjadi bumerang bagi Bielsa pada laga kemarin. Celah di lini belakang bisa dimaksimalkan dengan dua gol cepat dari Scott McTominay. Transisi attack ke defense yang begitu buruk dari Leeds sehingga bisa dimaksimalkan United melalui transisi defence ke attack yang bagus. Empat dari lima gol United didapat dari situasi ini.

Sisi defence yang buruk dari Bielsa ini sebenarnya sudah menjadi perhatian Ole Gunnar Solskjaer. Untuk itu ia memainkan Daniel James yang kecepatannya sangat penting dalam situasi counter attack. Beberapa kali kecepatannya merepotkan Leeds dan sukses membungkam keraguan banyak orang dengan satu golnya.

Gol kedua dari McTominay menunjukkan betapa buruknya Leeds dalam melakukan man marking. Gol keempat dari Victor Lindelof semakin mempertegas betapa buruknya Bielsa dalam hal bertahan, khususnya dari situasi bola mati. Gol ini menjadi gol kesembilan yang mereka derita dari situasi bola mati.

Permainan Leeds sebenarnya tidak terlalu buruk. Sama mengerikannya dibanding United. Buktinya, mereka bisa membuat 17 shots. Efektivitasnya cukup bagus karena dua gol yang mereka dapat datang hanya dari tiga shots on target. Akan tetapi, hanya itulah ancaman yang dibuat Leeds. Sisanya tidak mengarah ke gawang atau membentur para pemain United.

“Ketika kami kalah, maka banyak yang mengkritik gaya bermain saya. Namun ketika kami menang, mereka akan memuji gaya permainan saya. Yang membedakan dari pertandingan ini adalah kami tidak bisa memaksimalkan peluang yang kami punya, sedangkan mereka sukses melakukannya,” kata mantan pelatih timnas Argentina ini.

Variasi serangan Leeds sebenarnya sangat merepotkan. Beberapa kali sirkulasi bola mereka sukses memaksa United untuk bertahan. Beruntung, pertahanan United cukup baik ketimbang Leeds yang kedodoran ketika menghadapi pergerakan Rashford, Martial, dan James. Ini yang menjadi sorotan di mata Bielsa.

Meski menang, United memang tidak boleh puas. Setidaknya masih ada beberapa catatan. Enam gol sebenarnya masih terlalu sedikit jika melihat banyaknya peluang yang hadir dari situasi menguntungkan. Meski begitu, sebanyak apa pun golnya tetap saja kemenangan akan dihitung tiga poin.

Yang paling terlihat tentu saja kembali bobolnya gawang United dari sepak pojok atau set piece. Masalah ini belum bisa diselesaikan karena sering terjadi dalam beberapa pertandingan terakhir.

Dengan kemenangan ini, perjalanan United pada musim 2020/21 tampak mulai membaik. Mereka sekarang berada pada posisi ketiga dengan jarak hanya lima poin dari pemimpin klasemen sementara. Ini menjadi jarak paling sedikit bagi United dalam periode Natal. Bahkan jika menang satu laga tunda, jarak poin United hanya terpaut dua angka.

Sekarang, Ole tinggal mempertahankan penampilan anak asuhnya. Mulai pekan ini, periode padat akan menghantui United. Dimulai pada tengah pekan nanti saat United bertandang ke markas Everton untuk memperebutkan satu tiket ke semifinal Piala Liga.