Foto: INews

Perjalanan Manchester United di Liga Champions musim 2020/2021 seperti sebuah roller coaster. Dua kemenangan pertama membuat mereka melayang tinggi dan bersiap mengetuk pintu surga, namun tiga laga berikutnya United justru memilih mendekat ke neraka. Kekalahan pada matchday lima dini hari tadi membuat United kini di persimpangan antara surga atau neraka.

Ironis memang, dari kesebelasan yang memiliki peluang lolos begitu besar karena membawa modal dua kemenangan atas PSG dan Leipzig, United langsung terancam main di Europa League setelah kekalahan melawan duta Paris tersebut. Mereka memang masih punya peluang karena target mereka di kandang Leipzig pekan depan minimal mendapat satu poin. Namun, penggemar United tentu dibuat tidak tenang karena performa anak asuh Julian Nagelsmann juga sedang dalam performa yang positif. Peluang lolos dan peluang untuk menjadi pecundang kini sama besarnya untuk United.

Permainan United sebenarnya tidak buruk. Saya tegaskan sekali lagi kalau para pemain ini sudah bermain dengan gaya yang diingnkan oleh Solskjaer. Khususnya dari pertengahan babak pertama. Namun beberapa kesalahan yang mereka lakukan justru memberikan dampak bagi hasil akhir mereka.

Pada awal-awal babak pertama, United tampak tidak siap menghadapi permainan PSG yang langsung ngegas sejak menit pertama melalui kecepatan Neymar dan Kylian Mbappe. Barisan belakang United juga hanya watching the ball dalam proses gol pertama Neymar. Akun @UtdArena sangat menyayangkan kenapa United memilih untuk tidak proaktif sejak menit awal dan memilih  bermain menunggu hingga harus kebobolan dulu pada menit ke-6.

Setelah tertinggal, barulah United memegang kendali dan mulai berani mengancam hingga mendapat gol penyama kedudukan melalui Marcus Rashford. Di sinilah optimisme penggemar United mulai naik. PSG hanya bisa menunggu untuk melakukan counter sedangkan United terus mengambil inisiatif mencari gol kedua yang sayangnya tidak mereka dapat hingga akhir pertandingan.

Sekali lagi ditegaskan kalau kekalahan United bukan karena permainan mereka yang buruk. Akan tetapi, kebiasaan mereka yang membuang-buang peluang menjadi pembeda dari pertandingan ini.

Yang paling membuat kesal adalah momen Martial gagal memanfaatkan gawang yang sudah menganga. Cerita katanya bisa berubah seandainya peluang ini menjadi gol. Gara-gara ini Martial menjadi pembeda bagi United. Pembeda dalam kekalahan timnya karena peluang yang ia punya merupakan peluang besar.

Pada momen inilah konsistensi Martial kembali dipertanyakan. Musim ini tampaknya kurang berjalan bagus bagi dirinya. Entah apa yang terjadi. Namun yang pasti, Martial kini sudah membuang 7 peluang emas untuk klub maupun negaranya. Mungkin inilah alasan seorang Didier Deschamps enggan memanggilnya secara rutin ke tim nasional.

Gol Marquinhos membuat United semakin kesulitan. Ditambah dengan kartu merah yang diterima Fred membuat kondisi semakin runyam. Dengan 11 lawan 11 saja United masih kepayahan, apalagi ketika bermain 11 melawan 10.

Banyak yang menyalahkan Ole Gunnar Solskjaer karena tidak mengganti Fred yang sudah sembrono mainnya sejak awal. Dia memang bermain bagus, tapi permainan Fred juga tidak mengundang risiko. Satu passing yang terpotong pemain PSG menjadi awal dari peluang yang mereka dapat. Lalu kartu merah membuat lini tengah menjadi kehilangan taji.

“Wasit sudah menunggu waktu untuk mengeluarkan kartu merah,” kata Paul Scholes.

Namun, itu semua bukan salah Ole. Sepakbola bukan pengandaian. Jika Fred diganti, belum tentu United bisa menjadi pemenang. Ole merasa kalau lini tengah United akan lebih hidup dengan adanya Fred. Sayangnya, perjudian Ole ini tidak membuahkan hasil karena si pemain mendapat kartu merah yang membuat United game over saat itu sebelum ditutup dengan satu gol lain dari Neymar.

Peluang lolos tidak sepenuhnya tertutup. Laga terakhir melawan RB Leipzig menjadi penentu. Seri saja sudah cukup, tapi bukan United namanya jika tidak mempersulit diri mereka sendiri. Lagipula, Leipzig bertekad untuk menang karena mereka main di kandang.

United tentu harus berhati-hati. Jangan sampai kutipan “Gini doang grup neraka” dari admin Twitter resmi United berbahasa Indonesia berubah menjadi neraka betulan bagi United. Jangan sampai mereka menyelesaikan fase grup dengan membawa segudang penyesalan apabila mereka harus merelakan tiket babak 16 besar ke Leipzig. Penyesalan karena admin official Twitter mereka yang sombong, penyesalan dari Martial yang membuang peluang emas, serta penyesalan karena kalah dari Istanbul Basaksehir akibat kesalahan mereka sendiri.