Foto: The Busby Nation

Sejak dilatih oleh Jurgen Klopp, Liverpool tidak pernah bisa melangkah lebih dari babak keempat pada ajang Piala FA. Kutukan itu kembali berlanjut dini hari tadi. Juara bertahan Premier League musim lalu ini harus mengubur impiannya karena kalah dari rival abadi mereka, Manchester United, dengan skor tipis 3-2.

Bagi United, kemenangan ini tentu sangat bermakna. Selain bisa membuat rivalnya tersebut kehilangan ambisi meraih gelar, kemenangan ini menjadi yang pertama bagi Ole Gunnar Solskjaer ketika melawan Klopp. Selain itu, inilah pertama kalinya laga United melawan Liverpool menghasilkan lima gol setelah terakhir kali terjadi pada 2010.

Ole Gunnar Solskjaer memenuhi janjinya untuk melakukan beberapa rotasi. Lima pemain yang menjadi starter pada laga melawan Fulham yaitu De Gea, Bailly, Fred, Bruno, dan Martial harus duduk di bangku cadangan. Posisinya diisi oleh Henderson, Lindelof, McTominay, Van de Beek, dan Rashford. Inilah kali kedua Ole lebih percaya kepada Lindelof ketimbang Bailly setiap melawan Liverpool.

Jurgen Klopp juga membuat perubahan dengan kembali memainkan Mohamed Salah dan Roberto Firmino. Yang menarik, ia memainkan dua pemain muda yaitu Rhys Williams dan Curtis Jones. Rhys menemani Fabinho sebagai bek tengah, sedangkan Curtis mengisi pos yang ditempati Sadio Mane.

Apa yang dilakukan Klopp justru menjadi bumerang. Dua pemain muda yang diharapkan bisa mengisi posisis seniornya dengan baik, justru tidak banyak memberi kontribusi apa pun. Tidak ada ancaman yang datang dari Jones. Semua serangan Liverpool lebih banyak dari sisi kanan mengandalkan Salah. Proses gol pertama juga hadir dari kecerdikan pemain Mesir tersebut memanfaatkan kelengahan Lindelof dan Shaw.

Sementara Williams berperan penting pada proses kebobolan kedua Liverpool. Ia gagal menghalau bola kiriman Greenwood yang dimaksimalkan dengan baik oleh Rashford. Williams sendiri tidak melakukan banyak aksi bertahan seperti intersep atau melakukan blok. Kontribusinya hanya 7 sapuan dan hanya satu kali percobaan tekel yang juga gagal.

“Awal yang bagus, tapi kami kemudian membuat kesalahan. Gol pertama misalnya, kami terlalu asyik menyerang sehingga tidak ada yang melindungi lini belakang. Kami terlalu mudah terkena serangan balik,” kata Klopp setelah pertandingan.

Liverpool lebih frontal ketika menekan United. Pemain belakang akan naik, dua full-back akan membantu tiga penyerang dan satu gelandang sehingga  membuat mereka menang jumlah 6 vs 4. Pertahanan United sudah pasti bingung dan kocar-kacir, terbukti dalam proses gol pertama Salah. Akan tetapi, risikonya cukup tinggi dan rentan untuk terancam melalui serangan balik.

Pressing tinggi Liverpool inilah yang menjadi sasaran empuk pemain United ketika mereka melakukan counter attack. Inilah yang terjadi kemarin. Gol dari Rashford dan Greenwood lahir dari transisi Liverpool yang belum siap untuk bertahan.

Selain itu, para pemain United belajar dari kesalahan mereka. Rashford dan Greenwood lebih tenang jika dibandingkan dengan pertandingan sebelumnya yang berakhir 0-0. Penempatan posisi mereka cukup tepat, dan sentuhan Rashford juga jauh lebih baik ketimbang pekan lalu yang membuatnya sukses mengeksploitasi pertahanan tinggi Liverpool.

Dua gol United malam tadi juga tidak lepas dari hasil kerja keras Pogba. Gelandang Prancis ini tampak sudah menemukan permainan terbaiknya bersama United. Ialah yang memulai transisi dalam dua gol tersebut melalui pressing-nya yang membuat United bisa melakukan recovery.

Kemenangan United akhirnya ditentukan melalui gol Bruno Fernandes. Sama seperti kejadian 22 tahun yang lalu, gol penentu kemenangan United dicetak oleh pemain pengganti. Pada pertandingan ini, Bruno masuk menggantikan Donny Van de Beek. Ia membuat gol melalui tendangan bebas. Kini, Bruno sudah berkontribusi dalam 25 gol United dari 29 pertandingan sejauh ini.

Meski meraih kemenangan, namun United masih punya pekerjaan yang harus dibereskan untuk membuat tim ini semakin kuat. Salah satunya adalah ketenangan dan akurasi ketika melakukan build-up dari belakang. Proses gol kedua Liverpool lahir dari kesalahan umpan Cavani. Striker Uruguay ini sempat mendapat marah dari Mike Phelan.

Di era Ole Gunnar Solskjaer, United diminta untuk menjadi tim yang bisa membangun serangan dari penjaga gawang. Namun hal ini terkadang memberi risiko mengingat beberapa pemain United masih terlihat gugup dan kerap melepas umpan yang tidak akurat. Individual error seperti ini yang masih perlu dibenahi.