Foto: The Busby Babe Nation

Pertandingan ke-100 Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer Manchester United berakhir buruk. Melawan Arsenal di Old Trafford, mereka justru kalah dengan skor tipis 0-1. Hasil buruk ini juga diikuti dengan permainan yang begitu mengecewakan selama 90 menit.

Aura United sebenarnya berada dalam kondisi yang bagus. Alasannya sederhana, dua kemenangan di Liga Champions dan satu hasil imbang melawan Chelsea menjadi modal. Kondisi yang jauh berbeda dibanding Arsenal. Meski menang pada laga terakhir di Europa League, namun mereka sedang dalam tren yang buruk di Premier League. Inilah yang membuat mereka cenderung tidak diunggulkan.

Moral bagus ini yang membuat Ole kembali bermain dengan 4-4-2 diamond. Harapannya, mereka bisa bermain layaknya ketika mereka menang atas PSG dan RB Leipzig. Akan tetapi, harapan itu tidak menjadi kenyataan. 45 menit babak pertama berjalan datar. Tempo United cukup lamban dan mereka bermain cenderung berhati-hati. Inilah yang membuat jalannya pertandingan babak pertama cenderung membosankan.

Betapa datarnya permainan United pada laga kali ini juga tidak lepas dari pintarnya Arteta dalam memaksimalkan para pemainnya. Formasi 3-4-3 yang ia mainkan sukses membuat lini tengah United mati kutu. Dua gelandang United, Fred dan McTominay, yang bertugas sebagai penghubung terpaksa bermain lebih ke dalam. Keduanya menjadi opsi umpan karena Maguire dan Lindelof kesulitan untuk memberi umpan ke lini tengah karena trio penyerang Arsenal, Lacazette, Aubameyang, dan Willian disiplin langsung turun ke lini pertahanan mereka ketika kehilangan bola.

Kondisi ini yang membuat Bruno dan Pogba kesulitan untuk memberi suplai bola ke Rashford atau Greenwood. Dua kunci kreativitas United akan bertemu lima pemain Arsenal yaitu Partey dan Elneny yang didukung oleh trio penyerang Meriam London. Partey bahkan menjadi Man of the Match versi pendukung Arsenal.

United juga tidak bisa memaksimalkan sisi sayap. Wan Bissaka dan Shaw tidak bisa melakukan overlap karena tertahan dua winger Arsenal yang membantu pertahanan. Rashford dan Greenwood juga terpaksa melebar yang pada akhirnya membuat United kesulitan untuk melakukan build up di sepertiga akhir. Peluang Greenwood yang ditepis Leno pada akhir babak pertama menjadi satu-satunya ancaman United yang bisa dibilang berbahaya. Selain itu, Arteta beberapa kali menginstruksikan untuk menaruh banyak pemain di sisi sayap demi menciptakan situasi menang jumlah.

United bukannya tidak mengubah situasi. Pada babak kedua, Ole membuat United bermain dengan bentuk 4-3-3. Akan tetapi, tidak ada yang berubah dari segi intensitas. Tempo mereka masih cenderung lambat dan penempatan pemain dalam bentuk ini juga tidak berjalan baik seperti Poba yang bermain sebagai winger kiri.

Sosok Pogba menjadi sorotan. Ia dianggap sebagai kartu mati United pada pertandingan ini. Enam kali ia kehilangan bola, jumlah terbanyak dibanding pemain United lain. Ia juga hanya membuat satu key pass. Karakternya yang terlalu banyak delay bola juga dikritik habis-habisan. Puncaknya adalah kesalahan yang menghasilkan gol kemenangan bagi tim tamu.

Menyalahkan Pogba seorang juga sebenarnya tidak tepat karena hampir seluruh pemain United bermain jauh di bawah penampilan terbaiknya. Roy Keane pun juga beranggapan demikian.

Hasil ini membuat United baru mengumpulkan satu poin di Old Trafford pada musim ini. Catatan paling sedikit sepanjang sejarah klub. Catatan empat laga tanpa kemenangan di kandang sendiri juga menjadi rekor buruk klub sejak 1972/1973. Saat itu, United mengakhiri Liga Inggris pada urutan ke-18 atau tiga strip lebih baik dari penghuni terakhir zona degradasi. Jarak yang juga sama pada klasemen Premier League dimana United hanya terpaut tiga strip dari zona degradasi. Selain itu, Ole juga meneruskan catatan belum pernah menang lawan Arsenal di Premier League.

Catatan tujuh poin dari enam pertandingan juga mengulangi catatan United era David Moyes. Kekalahan ketiganya pun identik yaitu di Old Trafford. Semoga saja nasib Ole juga tidak identik dengan Moyes yang dipecat pada saat itu.

Yang paling mencolok tentu belum konsistennya United dalam mencari kemenangan di setiap pertandingan. Hasil pertandingan ini membuktikan hal itu. United kini sudah dua kali mengecewakan di liga setelah bermain baik di Liga Champions. Ole pun mengakui betapa timnya sulit sekali konsisten untuk terus bermain bagus.

“Ada banyak alasan dalam sepakbola. Kami bermain baik ketika melawan PSG lalu kemudian penampilan kami merosot. Hari ini, hal itu terjadi lagi. Kami bermain baik melawan Leipzig, tapi kalah melawan Arsenal,” ujarnya.

Apakah skuad United kelelahan? Bisa jadi. Namun, mengingat Ole yang punya tanggung jawab untuk memilih skuad, maka 11 pemain yang main hari ini adalah pemain yang menurut dia tampil bagus pada sesi latihan terakhir.

Jangan ragukan United dalam mengecewakan para pendukungnya. Slogan tersebut tampak relate dengan kondisi United sekarang. Menang dengan penampilan hebat, suporter optimis, sebelum kemudian dibuat kecewa pada pertandingan berikutnya. Bukan tidak mungkin siklus serupa kembali terulang pekan depan. United menang dan bermain bagus melawan Basaksehir sebelum kembali mengecewakan melawan Everton.