Musim lalu Manchester United menang 3-2 di Old Trafford melawan Arsenal. Akan tetapi, mereka kemudian kalah 3-1 di Emirates Stadium. Musim ini terjadi kebalikannya. United menang 3-1 di rumah mereka sendiri, namun ketika bermain di kandang Meriam London, mereka kalah 3-2.

Kekalahan ini tidak hanya membuat rekor unbeaten Setan Merah terhenti di angka sepuluh, namun juga membuat mereka gagal untuk terus menempel City yang ada di atas mereka. Sebaliknya, Arsenal semakin kokoh dengan kemenangan ini yang membuat selisih lima angka dari City terus terjaga. Mereka bahkan bisa memperlebar jarak menjadi delapan mengingat kubu Meriam London masih punya satu laga tunda.

Adu Mekanik Taktik

Bermain di kandang lawan dan menghadapi tim pemuncak klasemen sementara, tidak membuat United minder dan memilih bermain bertahan. Pada akhirnya, statistik memang menunjukkan kalau Arsenal lebih dominan tapi United sebenarnya bisa membuat anak asuh Mikel Arteta ini kerepotan dengan pressing tinggi yang membuat Arsenal kesulitan mengembangkan permainan.

Akan tetapi, Arsenal juga tidak kalah berbahayanya. Ketika mereka berhasil lolos dari pressing United, mereka sukses mengeksploitasi lini belakang dan lini tengah United yang gampang kosong karena ketiadaaan sosok Casemiro. Belum lagi soal overload yang dilakukan Arsenal tiap kali United memegang bola yang membuat para pemain United kesulitan mendapat ruang kosong untuk menyerang.

United menggunakan taktik yang sama seperti ketika melawan City yaitu dengan memakai blok medium untuk membuat lawan menggeser arah serangan mereka ke sisi sayap melalui sirkulasi cepat. Bedanya, pada laga melawan Arsenal, Zinchenko yang menjadi fullback Arsenal, berhasil membebaskan diri dari tekanan United.

Inilah yang membuat blok medium United gampang diserang. Lengah sedikit, Zinchenko bisa dengan mudah melepaskan diri. Pemain Ukrainan ini tampil luar biasa dimana ia hampir selalu menyentuh bola di mana-mana alias terus terlibat dalam serangan timnya.

Ketika menyerang, United mengandalkan quick counter yang sukses mengalahkan Man City. Akan tetapi, United tidak banyak mendapatkan momen tersebut. Sejak dipegang oleh Ten Hag, United memang benar-benar mengandalkan efektivitas untuk mencetak gol. Khususnya ketika melawan klub-klub yang setara atau lebih baik dengan mereka. Kali ini, United tidak banyak mendapatkan momen itu dan tidak agresif ketika momen itu datang.

Loyo Tanpa Casemiro

Sebelum pertandingan, Erik ten Hag terus dicecar pertanyaan mengenai seberapa kuat lini tengah United tanpa Casemiro. Sang manajer pun menjawab kalau dia sudah punya ide dengan ketiadaan pemain Brasil itu. Ia juga percaya diri dengan menyebut kalau kemenangan United pada pertemuan pertama juga bisa diraih tanpa sosok Casemiro.

Namun, tidak bisa dibantah kalau keberadaan Casemiro benar-benar krusial dan United sepertinya sudah masuk dalam fase ketergantungan. Ketika melawan Arsenal, salah satu faktor yang membuat lini tengah United terus kosong dan mudah dieksploitasi adalah karena tidak adanya pemain seperti Casemiro.

Scott McTominay tidak bisa menjalankan peran sebagai DM dengan baik. Tidak ada intercept yang ia buat sepanjang 90 menit. Ia bahkan kalah dari Wout Weghorst yang bagus dalam segi defensif. Seperti yang sudah pernah dijelaskan, sosok Casemiro tidak hanya sebatas pemutus serangan, namun ia juga bisa mengubah counter attack lawan menjadi counter attack untuk timnya sendiri. Ini yang tidak bsia dilakukan pemain seperti McTominay.

Kesimpulan

Pada akhirnya Arsenal memang layak menang. Mereka tampil dominan dan sukses membuat United tidak bisa mengembangkan permainan. Di sisi lain, efektivitas dan quick counter United sebenarnya bisa menjadi senjata, namun mereka tidak banyak mendapatkan momen tersebut akhir pekan lalu.