Sir Alex Ferguson dan Paul Gascoigne pada sebuah laga pra-musim. (Foto: Chronicle Live)

Bagi Sir Alex Ferguson, ada dua kenikmatan besar yang pernah ia rasakan saat menjadi manajer Manchester United. Yang pertama adalah ketika ia melihat Cristiano Ronaldo di Sporting Lisbon, dan yang kedua adalah ketika ia melihat permainan indah milik Paul Gascoigne.

Dua momen itu dirasakan langsung oleh Fergie ketika ia memimpin skuadnya bertanding. United berantakan ketika Ronaldo membuat John O’Shea sakit kepala pada 2003. Begitu juga dengan Gazza, panggilan Gascoigne, yang saat itu membuat Norman Whiteshide dan Remi Moses kebingungan ketika diminta Fergie untuk menjaganya.

“Norman Whiteshide dan Remi Moses bukanlah gelandang amatiran. Tidak mudah melewati mereka berdua tapi Gascoigne selalu mampu menceploskan bola di antara kedua kaki Moses tepat di depan saya, lalu menepuk kepalanya. Saya meloncat dan meminta dia untuk mengejarnya. Whiteshide dan Moses ingin membuat Gascoigne sadar kalau dia telah memilih lawan yang salah. Mereka mau memberi pelajaran, tapi Gascoigne selalu berkelit dari mereka,” kata Fergie dalam autobiografinya.

Pernyataan tersebut menunjukkan betapa jeniusnya sosok Gascoigne. Seorang pemain yang memiliki kepercayaan diri ketika menguasai bola. Pemain yang menurut penulis buku Portrait of an Icon, Daniel Storey, sebagai pemain yang punya kemampuan dribel, umpan, dan mencetak gol yang luar biasa.

“Ketika menemukan momen seperti itu, saya ingin cepat-cepat mendatangkan Gascoigne, hari itu juga,” ujar Fergie menambahkan.

Kejadian itu terjadi saat Gascoigne masih memperkuat Newcastle United. Usianya saat itu juga baru memasuki 20-an. Muda dan penuh talenta adalah dua hal yang disukai oleh Fergie ketika memantau pemain. Ia sudah punya bayangan ketika Gazza akan bekerja sama dengan Bryan Robson, Mark Hughes, hingga Eric Cantona.

Namun, ending dari kisah Gascoigne dengan Fergie tidak berakhir dengan indah. Jika Ronaldo berhasil direkrut, maka tidak dengan dirinya. United kalah dari Tottenham Hotspur yang kemudian merekrutnya pada 1988. Dalam bukunya yang berjudul My Story, Gazza sebenarnya ingin pindah ke United. Di sisi lain, Spurs menawarkan uang yang jauh lebih besar dari apa yang ia dapat di Newcastle dan United. Saat ia menanti tawaran United, Fergie jusru sedang liburan ke Malta. Dalam liburannya tersebut, Fergie mengetahui kalau Spurs ternyata sudah sepakat membeli Gascoigne.

Si pemain sendiri merasa kalau dia tidak punya waktu lagi untuk menunggu. Sebaliknya, Ferguson mengklaim kalau Gascoigne memilih Spurs karena chairman Spurs saat itu, Irving Scholar, menjanjikan sebuah rumah senilai 120 ribu paun untuk dia dan keluarganya. Fergie marah dan dia langsung menulis surat kepada Gascoigne dan menyebutnya dengan sebutan’bocah konyol’.

Betapa kecewanya Ferguson bisa dimaklumi. Gascoigne adalah salah satu pemain bertalenta yang penah dimiliki Inggris. Jose Mourinho bahkan pernah menyebutnya sebagai bakat terbaik yang pernah dimiliki Inggris di generasinya. Rekan setimnya, Gary Lineker, menyebutnya sebagai pemain bola yang penuh dengan kepercayaan diri dan kreativitas ketika sedang menguasai bola.

Masih banyak pujian yang diberikan kepada pemain Gateshead ini terkait aksinya di atas lapangan, sehingga inilah yang mungkin membuat Ferguson begitu ngebet untuk membawanya bermain bersama United ketika itu.

“Paul Gascoigne adalah pemain yang bisa membuat kita melonjak berdiri dari bangku penonton,” kata Fergie.

Gascoigne juga dikenal sebagai pribadi yang jenaka. Ia pernah mengembalikan kartu kuning kepada wasit dengan cara mengganjarnya dengan kartu yang ia pegang. Dia juga pernah mencuri bus timnya dari pusat latihan hanya untuk mengetahui semahir apa ia bisa mengendarai bus. Menjadi sopir bus adalah ambisinya yang sudah tertanam sejak masih muda.

Ia juga pernah buang air besar di kaos kaki Gennaro Gattuso sebagai salam perkenalan ketika keduanya bertemu di Glasgow Rangers. Segala tingkah konyolnya ini membuat ia dijuluki sebagai “Si Badut”.

Di satu sisi, Gascoigne adalah pemain berbakat. Seorang gelandang yang kemampuan sepakbolanya begitu brilian. Namun di lain sisi, dia adalah pribadi yang bengal. Kata ‘bengal’ dan ‘nakal’ sulit dilepaskan ketika sedang membahas kariernya.

Hidupnya sulit jika tidak bersentuhan dengan alkohol. Minuman keras sudah menjadi bagian dari hari-harinya sebagai pemain bola. Saat memperkuat Lazio, ia pernah datang dalam kondisi teler ke tempat latihan. Sulit lepas dari ingatan perayaan golnya ke gawang Skotlandia pada Euro 1996. Dia merayakannya dengan berpura-pura duduk di kursi dokter gigi sambil menerima semburan air minum sebagai bentuk sindiran ketika foto-foto dia dengan beberapa rekan setimnya sedang pesta miras di Hong Kong dalam persiapan menuju empat tahunan tersebut.

Namun, bagi Fergie hal itu tidak jadi soal. Yang paling utama adalah penampilannya di atas lapangan. Kecanduan minuman keras bisa pelan-pelan ia hilangkan seiring berjalannya waktu. Yang paling penting, Gascoigne harus berseragam merah terlebih dahulu.

“Masyarakat sepakbola di kelas pekerja biasanya menyukai orang-orang yang punya noda dalam hidupnya. Best, Gascoigne, Jimmy Johnstone adalah contohnya. Mereka melihat cerminan diri dari sosok yang sebenarnya tidak sempurna tersebut,” kata Ferguson.

Ferguson adalah orang yang berhasil mengubah pola minum para pemain Manchester United. Ia benci melihat kebiasaan minum alkohol itu terjadi di dalam timnya. Budaya minum di United saat itu sangat kencang dengan pemain-pemain seperti Bryan Robson dan Paul McGrath cukup rajin melakukan tradisi itu. Jika Gascoigne saat itu datang, bukan tidak mungkin ia tidak akan dikenal sebagai Gascoigne yang sekarang. Seorang mantan pemain jenius milik timnas Inggris yang kariernya habis karena kecanduan alkohol, terlilit utang, dan sempat menjadi pengguna obat-obatan terlarang.

“Mungkin, jika saya tinggal di United, saya masih akan bermain di sana. Dia memperlakukan pemainnya dengan rasa hormat dan membuat pemain yang rata-rata masih bocah itu bermain seperti seorang pria,” kata Gascoigne.

Ada sedikit penyesalan dari Gascoigne ketika menolak tawaran Ferguson. Ketika ia masih bermain untuk Lazio, ia sempat menghubungi sang gaffer untuk mengetahui apakah ada kesempatan kedua atau tidak. Sayangnya hal itu tidak bisa ia dapat.

Ferguson juga menyesal karena tidak bisa mendapat Gascoigne dari awal. Fergie hanya ingin mendapatkannya pada kesempatan pertama yaitu ketika ia masih bermain untuk Newcastle United. Baginya, akan lebih mudah mengatur gaya hidup Gascoigne sejak muda ketimbang mendatangkannya saat ia sudah dikenal sebagai pemain bengal.

“Kehilangan dia adalah kekecewaan terbesar dari semuanya. Kita bisa membawanya keluar dari masalahnya karena kami memiliki sosok seperti Bobby Charlton, dan pemain seperti Bryan Robson. Kami memiliki struktur pemain yang bisa membantunya untuk jauh lebih disiplin,” kata Ferguson.

Namun Gazza menolak anggapan itu. Ia yakin seandainya dia menyambut baik tawaran United, ia akan tetap menjadi sosok yang dikenal dunia seperti sekarang. Pemain sepakbola jenius yang kariernya berantakan karena minuman keras. Ia merasa kalau Ferguson juga tidak mampu mengubah sikapnya menjadi apa yang dia mau. Kalau dari awalnya sudah bajingan, ya bajingan saja. Mungkin itu yang ada dalam pikirannya.

“Alex Ferguson mengatakan kalau saya akan berbeda jika saya menandatangani kontrak dengan United? Yah, Rio Ferdinand kabur dari tes doping. Eric Cantona menendang seorang penonton. Wayne Rooney bercinta dengan wanita tua. Dan Ryan Giggs selingkuh dengan istri saudaranya. Persetan, kawan,” ujarnya kepada The Athletic.

Yah, Ferguson menyesal, sementara Gazza selamanya bengal (dan dikenang sebagai sosok jenius).