Manchester United pernah menjalani musim yang kelam ketika ditangani oleh David Moyes. Pasca menggantikan Sir Alex Ferguson pada 2013, The Choosen One tidak sanggup mempertahankan kestabilan tim yang sudah dibangun. Di tangannya ketika itu mulai terlihat skuat United yang mulai menua dari segi usia dan menurun dari segi performa.

Apa yang dialami oleh Moyes sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami Wilf McGuinness, 48 tahun yang lalu. Ketika itu, pria yang berulang tahun ke-80 pada 25 Oktober ini mengalami kesulitan ketika mengambil alih United dari manajer tersukses kedua mereka sepanjang sejarah, Sir Matt Busby.

Setelah meraih berbagai gelar baik di kompetisi domestik maupun Eropa, tiba saatnya bagi Sir Matt untuk pensiun dan menikmati masa tuanya. Hampir 25 tahun Sir Matt berada di kota Manchester. Kejayaan hingga tragedi pun sudah dirasakan. “Kini saatnya saya untuk diganti,” ujarnya.

Kakek tua ini sebenarnya belum benar-benar akan berhenti dari United. Meski tidak menjadi manajer lagi namun ia kali ini akan berperan sebagai pembimbing untuk penggantinya kelak. Cara yang nantinya juga akan dipakai Sir Alex ketika manajer pilihannya datang mengambil alih tugasnya.

Pilihan Sir Matt kemudian jatuh pada Wilf McGuinness. Sosoknya sudah tidak asing lagi bagi United mengingat ia sebelumnya adalah manajer tim Reserves United. Usianya baru 31 tahun saat itu. Saat masih menjadi pemain sepak bola pun ia hanya bermain untuk Manchester United sepanjang karirnya.

Wilf adalah mantan pemain sayap United dari 1954 hingga 1959. Ia adalah satu dari beberapa pemain yang selamat akibat tragedi Munich. Ketika itu ia tidak berada di pesawat karena mengalami cedera yang membuat ia harus tetap tinggal di Manchester.

Ia hanya sebentar bermain untuk Setan Merah. Cedera patah kaki yang diderita pada musim 1959/1960 membuat karirnya sulit dipulihkan kembali. Di usia yang ke 22 ia memutuskan untuk pensiun dengan hanya 81 kali memperkuat United. Lima tahun kemudian ia terjun ke dunia manajerial dengan menangani tim cadangan United.

Ada beban tersendiri bagi Wilf ketika menjadi pengganti Busby. Meski masih dimentori oleh sang senior namun tetap saja ia kesulitan untuk mengaplikasikan taktiknya untuk George Best dkk. Enam pertandingan pertamanya bersama United, mereka hanya bisa meraih tiga poin dari hasil tiga kali imbang dan tiga kali kalah.

Beberapa hasil memalukan sempat diterima Wilf di United. Salah satunya adalah ketika mereka dikalahkan 4-0 Manchester City. Pada 11 pertandingan terakhir di musim pertamanya (1969/1970) saja, Setan Merah hanya bisa meraih 11 poin dari kemungkinan 33 alias hanya sepertiganya saja yang bisa diambil. Mereka kemudian mengakhiri musim di peringkat kedelapan.

Tanda-tanda kebangkitan United juga tidak muncul pada musim keduanya. Kekalahan demi kekalahan terus diderita skuatnya. Tiga pertandingan awal, hanya meraih satu poin. Lima pertandingan dari September hingga Oktober 1970, United menelan tiga kali kekalahan.

Puncak dari keterpurukan United di tangan Wilf adalah ketika pada periode November hingga Desember, United hanya satu kali menang dari delapan pertandingan. Kisah Wilf di Manchester pun ditutup dengan dicopotnya ia dari jabatan sebagai manajer tim utama setelah United menahan imbang 4-4 Derby County di Baseball Ground yang bersalju. Posisinya pun kembali diturunkan menjadi manajer tim cadangan dan peran manajer tim utama dikembalikan ke Matt Busby.

Satu hal yang menjadi kelemahan Wilf ketika itu adalah ia tidak bisa mendatangkan satupun pemain baru ketika menjadi manajer. Padahal saat itu skuat United rata-rata sudah memasuki usia tua seperti Bobby Charlton dan Paddy Crerand yang sudah memasuki usia 30an. Selain itu banyak yang menganggap Wilf tidak memiliki kapasitas sebagai seorang manajer.

“Wilf tidak cukup cakap untuk menjadi seorang manajer. Ia tidak bisa memimpin para pemain dengan baik ketika berlatih,” ujar Alex Stepney.

Bisa jadi karena keterpurukan yang diraih Wilf membuat Setan Merah hingga saat ini tidak pernah lagi mengangkat manajer dari tim cadangan United atau mereka yang pernah memiliki latar belakang sebagai pemain United. Hal tersebut mungkin juga menjadi alasan United tidak menginginkan Ryan Giggs sebagai suksesor Louis van Gaal.