Publik Old Trafford mungkin sudah tak asing lagi dengan perangai eks kapten Manchester United, Roy Keane. Pria asal Irlandia tersebut memang dikenal sebagai pribadi yang keras, baik secara fisik maupun mentalitas.

Ketika masih aktif bermain, kita ingat bahwa Keane tak pernah memberi ampun kepada lawannya. Tentu masih berbekas di bayangan kita, Keane pernah membalaskan dendamnya terhadap pemain Manchester City, Alf Inge Haaland, pada tahun 2001 silam.

Walau akhirnya Keane menyangkal bahwa dirinya sengaja. Tetapi publik sepakbola sudah terlanjur menyatakan bahwa aksi tersebut adalah balas dendam.

Setelah pensiun tahun 2006 lalu, Keane pun melanjutkan karir sebagai pelatih. Ia mendapat kesempatan untuk melatih Sunderland, Ipswich Town, Aston Villa, hingga dipercaya memegang Timnas Irlandia Utara.

Namun watak kerasnya kembali muncul justru ketika menjadi komentator sepakbola. Misalnya musim ini, Keane beberapa kali mengucapkan komentar yang pedas terhadap Manchester United. Di mana salah satunya mengatakan bahwa United harus malu kalah 19 poin dari Chelsea. Lalu United hanya beruntung bisa menang dari Celta Vigo, dan masih banyak lagi.

Watak Keras Karena Sir Alex?

Namun apakah benar ini adalah watak dari lahir Roy Keane? Ataukah bentukan selama bertahun-tahun di dunia sepakbola?

Mungkin cerita dari mantan staf bagian psikologi United di era Sir Alex Ferguson punya jawabannya. Namanya adalah Bill Beswick.

Dilansir dari JOE.co.uk, Bill menceritakan pengalaman pertamanya bertemu dengan sosok Roy Keane. Sebagai seorang psikolog, Bill tak butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa Keane adalah seorang perfeksionis.

Simpulan tersebut didasarkan salah satunya oleh pengalaman Bill ketika ikut dalam sesi latihan. Di mana Keane dikatakan tak ragu-ragu untuk memarahi rekan satu timnya. Kala itu, sesi pertama Bill di United, memperlihatkan Keane memarahi Denis Irwin. Padahal Irwin lebih tua enam tahun dibandingkan Keane.

Bill yang direkrut langsung oleh Sir Alex akhirnya mendapatkan pemahaman bagaimana Keane sangat mencintai kemenangan. Tak hanya ketika di pertandingan saja, tapi juga di sesi latihan.

“Hari pertama saya di Manchester United, saat itu sedang permainan delapan lawan delapan.”

“Roy Keane yang adalah seorang pejuang, bukan hanya atlit, bukan cuma kompetitor, punya mindset seorang warrior, timnya sedang menguasai bola.” kata Bill.

Denis Irwin yang satu tim dengan Keane kemudian melakukan kesalahan. Berakibat tim Keane kehilangan bola.

“Denis Irwin yang memegang bola, sayangnya dia terperangkap, dan akan kehilangan bola.”

“Lalu Keane datang dan meminta bola tersebut. Tapi sayang Denis tak melihat, tak mendengar, dan akhirnya kehilangan bola.”

“Kemudian Roy Keane berlari sekitar 40 yard untuk menekel Denis. Lalu berkata, ‘Fokuskan dirimu’. Di situ saya syok,” tutur Bill.

Namun Ferguson yang sedang berada di tempat tak melakukan apapun. Misalkan menenangkan kapten United tersebut. Bahkan Ferguson terlihat senang dapat menunjukkan tingginya standar yang ditetapkan Manchester United untuk urusan kemenangan.

“Saya sedang berdiri di sebelah Alex Ferguson, seorang manajer Manchester United.”

“Sesudah insiden itu, ia lalu berkata kepada saya. ‘Sekarang kamu tahu kenapa kita menang di hari Sabtu. Kita menang karena kita punya mindset tepat untuk berlatih setiap hari,” tutup Bill.

Phil Neville: Tak Semua Orang Paham Kualitas Keane

Eks pemain United, Phil Neville, mengatakan masih banyak kualitas Keane yang tak sepenuhnya diapresiasi oleh publik. Di mana menurut Neville seringkali publik hanya melihat kemampuan memimpinnya saja. Padahal ada sisi lain dari permainan Keane yang patut diapresiasi.

“Dia (Keane) adalah kapten terbaik yang pernah saya dapatkan. Kemudian pemain terbaik yang pernah saya dapat untuk belajar soal standar yang tinggi dan konsisten. Dalam hal tak pernah menyerah, memimpin tim, dan menyemangati rekan yang sedang down,” kata Neville.

Neville menambahkan bahwa meski ia berpisah dengan United pada tahun 2005, ia tetap membawa pelajaran-pelajaran dari Keane ke Everton.

“Kamu akan ingat sejumlah hal yang biasa ia inginkan darimu. Apalagi ketika saya menjadi kapten Everton. Dalam kepala saya terngiang pertanyaan ‘apa yang akan Keane katakan dalam situasi seperti ini,” kenang Neville.

Terkadang watak keras tak selamanya membawa keburukan. Apalagi sebagai seorang pemimpin yang punya tanggung jawab membawa arah sebuah tim. Sehingga apa yang dilakukan Keane bisa jadi semata-mata untuk kebaikan tim saja. Bagaimana menurut Anda?

Sumber : joe.co.uk and newstalk.com