Foto: TalkSports

“Seandainya saya berdiri dengan kaki kiri saya saat itu, saya pikir kaki saya mungkin akan patah,” kata Denis Irwin mengenang tekel yang hampir mengakhiri kariernya.

Denis Irwin adalah salah satu pemain yang memiliki karier sukses di Manchester United. Datang dari tim gurem, Oldham, Irwin menjelma menjadi salah satu bek kiri terbaik yang pernah dimiliki oleh Manchester United.

Banyak hal yang sudah pernah dirasakan penggawa Republik Irlandia itu. Dari gelar demi gelar baik sebagai individu maupun sebagai tim, hingga kariernya yang nyaris berakhir akibat terjangan pemain lawan. Seperti yang ia alami pada musim kompetisi 1997/98.

Saat itu skuad United yang diasuh oleh Sir Alex Ferguson melawat ke De Kuip, markas dari Feyenoorddalam lanjutan penyisihan grup Liga Champions musim 1997/1998. Empat hari sebelumnya, mereka baru saja mengalahkan Sheffield Wednesday 6-1 sehingga mereka ada dalam kepercayaan diri yang tinggi. Setan Merah saat itu butuh kemenangan untuk membuka jarak dengan Juventus sekaligus memastikan diri lolos ke babak selanjutnya.

Pertandingan tersebut berjalan lancar bagi United. Di akhir pertandingan, mereka meraih kemenangan 3-1 lewat hattrick yang dibuat oleh Andy Cole. Feyenoord hanya mampu membalas lewat tendangan Igor Korjenev pada menit ke-86. Namun setelah gol dari Korjenev tersebut pertandingan justru berjalan mengerikan bagi United khususnya Irwin.

Ketika menguasai bola, pemain United lebih memilih mengendurkan serangan dan memilih memainkan operan kaki ke kaki. Akan tetapi setiap Scholes dkk memegang bola, mereka selalu mendapat ganjaran berupa tekel-tekel keras. Henk Vos bahkan melayangkan sikut untuk Gary Neville ketika duel udara. Igor Korneev bahkan sempat menendang bagian vital Paul Scholes. Namun puncak dari kefrustrasian pemain Feyenoord adalah ketika Paul Bosvelt melancarkan tekel brutal ke arah lutut Dennis Irwin.

Alih-alih merebut bola, Bosvelt datang dari belakang dengan niat yang seperti ingin menghancurkan kaki Irwin. Irwin mengerang kesakitan yang kemudian membuat Fergie berang dan memaki Geert Meijer, caretaker Feyenoord saat itu. Meijer yang tidak terima pun membalas dengan meludahkan permen karetnya ke arah Ferguson. Bosvelt sendiri hanya mendapatkan peringatan saja dari wasit Sandor Puhl.

Jika melihat dari tayangan ulang, apa yang dilakukan Puhl jelas sebuah kesalahan. Tidak ada intensi dari Bosvelt untuk merebut bola. Sedari awal, pemain Belanda itu sepertinya memang mengincar kaki Irwin. Jika saja terjangan Bosvelt itu dilakukan lebih kencang lagi, bukan tidak mungkin Irwin akan mengalami nasib sama seperti Luke Shaw atau Eduardo da Silva.

Bosvelt sendiri tampak tidak tertekan setelah melakukan tekel liar tersebut. Namun setelah pertandingan segalanya berubah. Pemain kelahiran 26 Maret 1970 ini mendapat cacian bertubi-tubi atas perilakunya tersebut. Meski sudah meminta maaf, Bosvelt bahkan merilis permintaan maaf ulang dalam sebuah acara televisi di Belanda. Sementara Denis Irwin sendiri sudah memaafkan perilaku Bosvelt.

“Beberapa hari setelah kejadian itu, dia (Bosvelt) mengirim fax ke Old Trafford untuk mengatakan ia tidak tahu bahwa perbuatannya mengundang reaksi keras dari publik. Ia menyesal bahwa tindakan itu terjadi,” ujar Irwin.

“Tetapi jika Bosvelt cukup jantan untuk meminta maaf di depan umum, saya harus cukup jantan untuk menerimanya dan saya melakukannya (memaafkaannya),” tutur Irwin menambahkan.

Setelah kejadian itu, Bosvelt kemudian mendapatkan denda berupa 10.000 pounds. Irwin sendiri harus absen selama enam minggu. Irwin beruntung karena kerusakan ligament di lututnya tidak terlalu parah.

“Orang-orang mengatakan saya sangat beruntung bisa lolos tanpa patah tulang – dan memang begitu. Tetapi kenyataannya adalah saya melewatkan beberapa pertandingan besar untuk Manchester United dan Irlandia karena itu dan masih ada lagi yang akan datang. Itu harga yang mahal untuk membayar untuk setiap tekel.”

Irwin memang begitu tenang menghadapi ancaman cedera itu. Akan tetapi, berbeda dengan Ferguson. Sang Gaffer, yang dikenal begitu protektif terhadap pemainnya, begitu emosional setelah melihat terjangan itu. Ia memaki Bosvelt dengan sebutan bajingan, dan menganggapnya sebagai penjahat. Setelah pertandingan, Fergie bahkan melarang para pemainnya untuk bertukar kaus dan mengkritik kinerja Puhl.

“Wasit berada dalam mood yang sangat-sangat lembut. Saya pikir dia bisa memberi beberapa kartu merah,” tutur Fergie yang dikutip dari independent.

Kejadian ini membuat UEFA melakukan investigasi. Puhl yang tiga tahun sebelumnya memimpin final Piala Dunia 1994 diberikan sanksi berupa skorsing hingga musim 1997/1998 berakhir. UEFA merilis pernyataan bahwa apa yang dilakukan Puhl dengan tidak memberi sanksi kepada Bosvelt adalah tindakan yang salah.

Pada musim tersebut, United memang rajin dihantam badai cedera. Selain Irwin, tercatat lima pemain penting United harus mengalami cidera panjang di musim tersebut. Roy Keane harus menepi selama semusim penuh, disusul kemudian Gary Pallister, Ryan Giggs, Steve Bruce, dan Petr Schmeichel. Hilangnya beberapa pemain tersebut menjadi salah satu faktor United tidak mendapatkan gelar apapun di akhir musim.