Foto: Daily Telegraph

Era 90-an Manchester United diwarnai dengan kehadiran Class of 92. Ada enam orang pemain yang hadir sebagai generasi emas Manchester United. Mereka adalah David Beckham, Gary Neville, Phil Neville, Nicky Butt, Ryan Giggs, dan Paul Scholes. Mereka inilah yang memberikan kejayaan bagi Manchester United dan juga menjadi langganan tim nasional pada saat itu.

Akan tetapi, Class of 92 tidak berkutat pada enam nama itu saja. Mereka hanyalah sebagian kecil yang beruntung dan bisa meneruskan karier mereka bersama tim utama Setan Merah. Masih banyak anggota Class of 92 yang nasibnya tidak seberuntung mereka. Salah satunya adalah Keith Gillespie.

Gillespie memiliki kisah yang tidak jauh berbeda dari anggota Class of 92 lain yang sukses di luar United, Robbie Savage. Ia juga memiliki karier sepakbola yang panjang. Akan tetapi, kesebelasan yang ia perkuat mayoritas adalah kelas menengah seperti Blackburn, Leicester City, dan Sheffield United. Satu-satunya tim dengan kualitas lumayan yang pernah ia perkuat adalah Newcastle United.

Nama Gillespie mungkin tidak familiar di kalangan pendukung United, sama halnya dengan Savage, teman sekamar saat masih berjuang di akademi dulu. Namun saat Class of 92 mencuat ke permukaan, namanya disebut sebagai salah satu pemain yang diharapkan bisa bermain bersama Setan Merah di kemudian hari. Ia adalah salah satu pemain yang perkembangannya cukup pesat di Class of 92. Bahkan perkembangannya jauh lebih baik ketimbang Paul Scholes yang sempat kesulitan karena penyakit bronkitis dan masalah lutut.

“Bagi saya, tumbuh sebagai penggemar United, dan punya kesempatan untuk datang dan mengejar karier di klub yang Anda dukung adalah mimpi yang menjadi nyata. Saya datang ke dalam bagian pemain yang luar biasa seperti Giggs, Scholes, Gary, Phil, Beckham, Butt, dan Robbie Savage,” kata Gillespie.

Ia bahkan dijuluki sebagai prospek terpanas milik Irlandia Utara. Lahir di Belfast dan berposisi sebagai winger, Gillespie mungkin menjadi orang ketiga yang diharapkan bisa menjadi seperti George Best selain Sammy Mcllroy, dan Norman Whiteside. Artinya, ia memang punya bakat untuk bisa memiliki karier seperti The 5th Beatles.

“Wajar jika saya dibanding-bandingkan. Saya pikir saya mencoba untuk meniru dia di luar lapangan daripada di atas lapangan. Wajar hal seperti itu terjadi pada kalangan anak muda di Irlandia Utara. Kebetulan saya juga bermain di sayap sama seperti Best sehingga perbandingan saya semakin bertambah,” tuturnya.

Ada setitik harapan bagi Gillespie bisa mengikuti jejak Best di atass lapangan. Ia mencetak satu gol dalam debutnya bersama United pada babak ketiga Piala FA melawan Bury. Meski begitu, catatan itu tidak membuatnya bisa langsung menembus skuat utama. Ia bahkan dipinjamkan ke Wigan Athletic pada 1993.

Meski sukses bersama Wigan dengan mencetak empat gol dari delapan laga, namun hal itu tetap tidak bisa membawa Gillespie menjadi pemain utama Alex Ferguson. Ia tidak sanggup menggusur Andrei Kanchelskis di sisi kanan penyerangan United. Pada Januari 1995, ia dilepas ke Newcastle United sebagai bagian dari pembelian Andy Cole. Yang menarik, The Magpies adalah satu-satunya gawang yang dijebol oleh Gillespie di Premier League.

“Ketika saya pergi, mereka memiliki aturan terkait pemain Eropa dan saat itu pemain Irlandia Utara digolongkan sebagai pemain asing dan Anda hanya bisa memainkan dua pemain asing saat itu. Mereka perlu mendapatkan pemain depan asal Inggris dan Andy Cole kemudian mengisi posisi tersebut.”

Andy Cole dibeli United dengan nilai 7 juta paun. United mengeluarkan enam juta plus Gillespie yang harganya dianggap sebesar satu juta. Di sana, ia memiliki karier yang cukup baik. Ia bertahan tiga setengah tahun, bermain 143 kali, merasakan main di Liga Champios dan Piala UEFA, dan dua kali membawa The Toon Army meraih posisi kedua dua musim beruntun.

Ia memainkan peran kunci dalam skuat Newcastle United saat itu yang dijuluki The Entertainers. Bahkan legenda Inggris sekaligus presenter BBC Match of the Day, Gary Lineker, menyebut kalau kegagalan mereka meraih gelar juara Premier League musim 1995/1996 adalah karena mereka kehilangan Gillespie yang cedera.

Betapa pentingnya Gillespie dalam skuat Newcastle inilah yang membuat Ferguson sempat ingin membelinya kembali enam bulan setelah dirinya dijual. Tawaran itu kemudian ditolak mentah-mentah oleh Gillespie karena ia sudah nyaman di Newcastle. Selain itu, ia tampak memberikan tempatnya kepada David Beckham yang saat itu tidak kalah bagusnya dari Gillespie.

“Di depan saya ada Andrei Kanchelskis pada saat itu. Pada akhir musim 1994/1995, ia pergi. Saya mendapat telepon dari Sir Alex dan bertanya apakah saya bisa kembali dan mereka mengajukan tawaran enam bulan, tetapi Newcastle menolak. Beckham kemudian bermain di sisi kanan dan juga bisa bermain sebagai gelandang tengah.”

“Anda tidak bisa bilang tidak ketika Ferguson memanggil. Tapi saya menjalani musim yang hebat di Newcastle United dan bermain di klub yang dikenal sebagai ‘Sang Penghibur’. Saya punya karier hampir empat tahun yang luar biasa di sana,” ujarnya menambahkan.

Ada berkahnya juga Gillespie tidak kembali ke United. Selain penggemar United mendapatkan idola baru dalam sosok David Beckham, Newcastle sukses membuatnya bisa mengekspresikan diri sebagai pemain sepakbola. Inilah yang membuatnya tidak pernah menyesali keputusannya karena pernah menolak United.

“Menjadi bagian dari Class of 92 adalah pengalaman luar biasa. Senang rasanya bisa memainkan peran penting di dalamnya. Orang-orang tidak akan mau melihat saya, mereka hanya ingin melihat Scholes, Beckham, dan Giggs. Hal itu sama sekali tidak mengganggu saya.”

“Saya beruntung bisa menjadi pemain sepakbola karena ada banyak orang yang tidak mendapat kesempatan itu. Saya percaya kalau segala sesuatunya terjadi karena alasan dan Anda tidak bisa mengubahnya. Tidak ada gunanya untuk menyesal,” ujarnya.