Foto: Thesetpieces.com

Beberapa waktu lalu, sebuah kabar besar muncul dari Manchester United. Beberapa media di Britania mengabarkan kalau United akan diakuisisi oleh kerajaan Arab Saudi yang diwakili oleh pangeran mereka Mohammad bin Salman bin Abdulaziz Al Saud. Salah satu orang terkaya di dunia ini dikabarkan akan memberikan uang 4 miliar paun atau sekitar 80 triliun rupiah sebagai awal mula negosiasi bersama keluarga Glazer.

Kabar ini sempat memberikan angin segar bagi beberapa penggemar United yang tidak suka terhadap keberadaan Glazers di jajaran manajemen. Salah satu perwakilan keluarga Glazers, Avram Glazers dirumorkan siap bertemu dengan Salman. Kehadiran keluarga Salman diharapkan memberi warna baru bagi United. Akan tetapi, banyak media yang memberitakan kalau keluarga Glazers menolak untuk menjual United.

Salman bukanlah satu-satunya orang penting di dunia yang gagal untuk menjadikan United sebagai mainan barunya. Jauh sebelum keluarga Glazers masuk untuk mengakuisisi United, ada dua tokoh terkenal dunia yang nyaris mengambil klub pemilik 20 gelar juara Liga Inggris tersebut meski pada akhirnya mengalami kegagalan.

Baca juga: Manchester United Tidak untuk Dijual

Rupert Murdoch Melalui BSkyB

Dua dekade lalu, orang-orang luar seperti Sheikh Mansour, Roman Abramovic, hingga Malcolm Glazers, haram untuk memiliki klub sepakbola di Inggris. Ketika itu, banyak kesebelasan yang masih mempertahankan nilai-nilai luhur kalau sepakbola tidak boleh disentuh oleh tangan-tangan asing.

United pun termasuk di antara tim yang mempertahankan nilai luhur tersebut. Sesuai nama mereka di logo klub yaitu “Manchester United Football Club”, maka United tetap berjalan sebagai klub sepakbola. Maka ketika kata “Football Club” itu dihapus, penggemar pun menjadi marah.

Pada 6 September 1998, ketua klub, Martin Edwards, bersama pengacara klub, Maurice Watkins, diketahui melakukan pembicaraan dengan pengusaha Australia-Amerika bernama Rupert Murdoch. Martin ketika itu siap melepas United untuk Murdoch dengan kesepakatan senilai 623,4 juta paun melalui BSkyB (selanjutnya disebut Sky).

Sky sendiri adalah perusahaan milik Murdoch yang bergerak di bidang media. Mereka yang nantinya akan memenangi tender sebagai stasiun televisi pemegang hak siar Premier League yang masih bertahan hingga sekarang. Saat pertama kali Premier League dimulai pada 1992, Sky sudah memegang kontrak selama lima tahun dengan nilai 3,3 triliun rupiah dan mengalahkan BBC dan ITV. Dan setelah mencaplok Premier League, beberapa stasiun televisi, jaringan internet, tabloid, majalah, serta koran, Murdoch ingin mengambil alih United.

Baca juga: Krisis Identitas Manchester United di Era Ed Woodward

Jika berhasil mengambil alih United, BSkyB akan menjual siaran United senilai 10 juta paun. Angka-angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan harga hak siar United yang hanya di kisaran 250 ribu paun.

Niat dari Murdoch tersebut membuat para penggemar United marah. Keinginannya menguasai United ditentang para pendukung United. Jika Murdoch mengambil alih Setan Merah, maka dia akan menguasai mayoritas saham klub. Sementara sejak 1991, sebagian saham United dilepas ke publik di London Stock Exchange dengan harga 3,85 paun per lembarnya. Sementara sebagian lainnya dipegang oleh John Magnier dan JP McManus yang menguasai 29,9 persen saham.

“Dua motivasi utama kami adalah mencegah Rupert untuk menjadi pemilik klub ini dan memastikan klub ini tetap independen. Hubungan antara klub dan para pendukungnya harus dilihat sebagai sesuatu yang penting,” tutur Paul O’Neill, penulis sekaligus penggemar United.

Diambil alihnya United oleh Murdoch bahkan membuat laga United melawan Charlton sempat terganggu oleh suara protes yang bergema di luar stadion Old Trafford. Andy Walsh, ketua Independent Manchester United Supporters Association (IMUSA), menjadi pihak yang paling keras menentang kehadiran Murdoch.

“Satu orang tidak punya hak untuk menjual kesuksesan dengan cara monopoli seperti itu. Rupert akan memperkosa sekaligus menjarah Manchester United,” tuturnya.

IMUSA sendiri kemudian didukung oleh Shareholders Unied Against Murdoch (SUAM) yang merupakan badan yang berniat mengumpulkan sumbangan untuk menguasai saham klub. Bahkan, pemain drum Queen, Richard Taylor juga ikut mengumpulkan sumbangan.

Para pendukung United kemudian menjadi pihak yang bergembira. Pada 10 April 1999, komisi kompetisi kerajaan Inggris, UKCC, melarang penjualan Manchester United kepada Sky. UKCC menganggap transaksi yang dilakukan oleh Sky akan mencederai persaingan dalam industri sepakbola dan industri siaran di Inggris.

Muammar Gaddafi yang Digagalkan Anaknya Sendiri

Enam tahun setelah gagalnya Murdoch, Muammar Qaddafi datang untuk mencoba menjadi pemilik United. Qaddafi adalah penguasa Libya sejak 1969 yang meninggal pada 2011. Pada 2004, ia berminat untuk membeli Manchester United.

John Magnier dan JP McManus sedang membutuhkan dana untuk ambil bagian dalam kuda pacu bernama Rock of Gibraltar bersama Sir Alex Ferguson. Hal itu yang membuat keduanya ingin menjual saham mereka yang dibantu oleh Mehmet Dalman.

“Orang-orang tidak menyadari bahwa kesepakatan itu sedikit lagi akan terbang ke Libya. Gadaffi hampir membeli United. Jarak kesepakatan tinggal beberapa jam saja,” tuturnya. Akan tetapi, Gaddafi gagal mengambil alih United. Anaknya, Saadi Khadafi mengatakan kalau mustahil mereka bisa memiliki klub sebesar dan setenar United.

“Tujuh atau delapan bulan lalu, kami akan membeli saham di United. Kami merahasiakannya karena saya pikir kami berhasil. Tetapi saya katakan kepada ayah saya kalau membeli United seperti membeli sebuah gereja di Inggris,” tutur Saadi.

“Sulit untuk menguasai klub seperti United karena penggemar dan sejarahnya. Sangat sulit. United adalah klub emas, emas, emas, dan emas.”

Saham McManus dan Magnier akhirnya benar-benar dilepas setelah datangnya penawaran dari Glazers. Tidak butuh waktu lama, bagi pengusaha Amerika Serikat tersebut menguasai saham mayoritas klub.

Yang menarik, datangnya Glazers tidak mengundang banyak protes dari pendukung United. Akan tetapi, para penggemar memilih untuk membuat gebrakan yang terus bertahan hingga sekarang sebagai bentuk serangan yaitu membuat gerakan Love United Hate Glazer (LUHG) hingga yang paling signifikan adalah membuat FC United of Manchester sebagai klub tandingan Manchester United.

***

Selain Murdoch dan Gaddafi, ada dua nama lain yang sempat ingin mengambil alih United sebelum datangnya Glazer. Yang pertama adalah Robert Maxwell pada 1984. Nama lainnya adalah Michael Knighton yang mencoba untuk mengakuisisi klub lima tahun kemudian.