Alex Ferguson and Alfredo Di Stefano. Foto: Daily Mail

Pada 23 April lalu, Manchester United merayakan 18 tahun pertemuan mereka dengan Real Madrid pada 2003. Pertandingan itu kerap disebut sebagai salah satu pertandingan terbaik United yang pernah terjadi di kejuaraan Eropa. United menang dengan skor 4-3 dalam laga yang membuat seisi Old Trafford memberikan tepuk tangan meriah kepada sosok Ronaldo Luiz Nazario de Lima.

Baik Real Madrid dan Manchester United kerap bergantian mendapat status sebagai kesebelasan terkaya di dunia. Bahkan, dua kesebelasan ini bisa dibilang seperti sahabat dekat. Keduanya pernah berinteraksi dalam banyak hal. Satu hal yang paling terlihat adalah perpindahan pemain. Sebut saja Cristiano Ronaldo, David Beckham, Ruud van Nistelrooy, dan Angel Di Maria.

Tidak hanya perpindahan, rumor transfer kedua kesebelasan juga sering muncul. David De Gea, Paul Pogba, Gareth Bale, Raphael Varane, adalah nama-nama yang digosipkan akan pindah ke Real Madrid atau Manchester United.

Real Madrid adalah kesebelasan terbaik di dunia. Salah satu era keemasan mereka terjadi pada 1950-an hingga awal 1960-an. Ketika itu, Los Blancos menjuarai lima penyelenggaraan kompetisi Piala Champions. Dengan pemain bintang seperti Alfredo di Stefano, dan Ferenc Puskas, Madrid mengesankan banyak orang termasuk Sir Alex Ferguson.

Meski Ferguson mengaku pernah kesal kepada Real Madrid, khususnya dalam kasus Cristiano Ronaldo, namun Fergie memiliki cerita manis terkait rival dari Barcelona tersebut. Salah satunya adalah laga final Piala Champions 1960 yang digelar di Hampden Park, Skotlandia.

“Saya beruntung bisa menonton final Real Madrid melawan Eintracht Frankfurt di Hampden Park pada 1960. Saya ingat ketika Eintracht mengalahkan Rangers dengan agregat 12-3 dan sebagai penggemar Rangers, kami melihat kalau mereka adalah dewa. Mereka yang terbaik sampai kemudian mereka kalah 7-3 di final,” kata Ferguson.

Ferguson saat itu baru berusia 18 tahun dan sedang meniti karier sepakbola bersama Queens Park. Ia cukup beruntung bisa mendapatkan kesempatan melihat laga tersebut. Akan tetapi, ia melewatkan kesempatan melihat para pemain Real Madrid mengelilingi lapangan karena buru-buru naik bus untuk pulang.

“Ketika peluit akhir berbunyi, saya langsung lari menuju bus yang berangkat ke Govan. Saya selalu berlari ke halte karena tidak mau mengantre. Ketika bus datang, saya belum paham kenapa busnya masih kosong. Saya sadar kalau semua orang masih tinggal di lapangan untuk melihat perayaan pemain Real Madrid. Saya melewatkan momen itu,” ujar Ferguson menambahkan.

“Real Madrid sangat bagus. Mereka kehilangan gol pertama, tapi Puskas mencetak empat gol dan Alfredo Di Stefano tiga gol.”

Juara Piala Champions 13 kali ini memberikan kesan tersendiri bagi Ferguson. Khususnya sosok Alfredo Di Stefano. Pria yang pernah bermain untuk tiga tim nasional berbeda tersebut merupakan salah satu pemain terbaik sepanjang masa versi Fergie.

Ia menyimpan kekaguman terhadap sosok yang meninggal pada 2014 tersebut. Khususnya soal keseimbangan si pemain sebagai seorang striker yang begitu kokoh dan sulit untuk dikalahkan.

“Pemain terbaik sepanjang masa bagi saya adalah Cruyff, Maradona, Pele, Puskas, dan Alfredo Di Stefano. Di Stefano adalah yang terbaik dalam pikiran saya. Keseimbangan dan ketenangan yang ia miliki sangat fantstis. Jika Anda lihat salah satu golnya yang ia cetak, Anda bisa lihat betapa keseimbangan dia begitu luar biasa,” ujarnya.

23 tahun setelah Ferguson melihat final Piala Champions tersebut, ia justru mendapat kesempatan untuk bertanding melawan mereka. Kejadiannya terjadi pada final Piala Winners 1983. Ferguson saat itu sudah menjadi pelatih Aberdeen. Siapa yang menyangka kalau Real Madrid saat itu dilatih oleh Di Stefano, idola Fergie sendiri.

“Merupakan sebuah kehormatan melawan Di Stefano. Sebagai bentuk rasa hormat, saya membeli wiski Skotlandia Mald dan memberikannya kepadanya pada malam sebelum pertandingan ketika dua tim sedang berlatih di lapangan tempat final dimainkan. Ketika dia turun, mereka datang ke ruang ganti kami dan saya memberikan hadiah tersebut. Dia terkejut karena dia jelas tidak tahu apa yang saya bicarakan. Saya tidak bisa bahasa Spanyol dan dia tidak bisa bahasa Inggris. Tapi dia terkesan dengan pemberian tersebut,” kata Fergie pada Sky Sports.

Pada pertandingan di Nya Ullevi Gothenburg tersebut, Aberdeen menang dengan skor tipis 2-1. Sempat unggul melalui gol Eric Black, Real Madrid menyamakan kedudukan melalui penalti Juanito. Tidak ada gol pada babak kedua membuat laga harus berlanjut hingga tambahan waktu. Pada menit ke-112, John Hewitt menjadi pahlawan berkat golnya.

Saat sudah menjadi manajer Manchester United, Ferguson tercatat enam kali bertemu dengan Real Madrid. Akan tetapi, catatannya terbilang sangat buruk. Ia hanya meraih satu kemenangan yaitu skor 4-3 yang terjadi pada 23 April 2003. Dua laga lainnya berakhir seri dan tiga diakhiri dengan kekalahan.

Real Madrid juga yang menjadi tim terakhir yang dihadapi Fergie di Eropa pada 2013 lalu. Sebuah pertandingan yang diwarnai dengan insiden kartu merah kepada Nani dari wasit Cuneyt Cakir. Pada pertandingan tersebut, United kalah 2-1 dan tersingkir dari Liga Champions. Kekalahan yang menyedihkan bagi Fergie karena ia ingin menutup musim tersebut dengan raihan Liga Champions.