Foto: Independent

Sebelum kedatangan Sir Alex Ferguson pada November 1986, Manchester United sebenarnya sudah memiliki fondasi kuat untuk kembali berjaya di era 1980-an. Saat itu mereka dikenal memiliki nama-nama tenar macam Gary Bailey, Bryan Robson, Norman Whiteshide, hingga sosok tangguh layaknya batu karang bernama Paul McGrath.

Pria yang pada 4 Desember ini berusia 63 tahun menarik perhatian Billy Behan yang ketika itu menjadi scout United. Behan tertarik kepada sosok McGrath yang sudah menjadi andalan bagi klub Irlandia, St Patrick’s Athletic, meski usianya baru 22 tahun. Tidak hanya itu, pada musim tersebut ia juga menjadi pemain terbaik Liga Irlandia.

Transfer 30 ribu pounds kemudian direalisasikan pada 1982. Di bawah arahan Ron Atkinson, McGrath dipasangkan dengan Kevin Moran. Keduanya saat itu lahir sebagai pasangan tangguh di lini belakang Setan Merah. Tiga musim setelah kedatangannya, ia membawa United menjadi juara Piala FA. Satu-satunya gelar yang ia raih bersama United.

Dalam final tersebut, McGrath berhasil menjaga gawang United tetap tidak kebobolan meski harus bermain dengan 10 orang karena Kevin Moran dikartu merah pada menit ke-78. Diusirnya Moran juga disebabkan karena kesalahan McGrath dalam mengoper bola. Beruntung dia mampu mengemban tanggung jawab tersebut dengan bermain apik dan keluar sebagai Man of the Match. McGrath kemudian menjadi pemain favorit para fans United saat itu.

Sayangnya, di tengah ketangguhannya di dalam lapangan, McGrath adalah sosok yang susah diatur di luar lapangan. Ia bermasalah dengan kecanduan alkohol. Di era 1980-an para pemain di kompetisi Inggris memang kerap bermasalah dengan soal minum-minuman keras. Nama-nama macam Bryan Robson, Tony Adams, Chris Waddle, hingga McGrath sendiri adalah nama-nama tenar yang kerap bermasalah dengan minuman haram tersebut

Hal ini yang kemudian menjadi fokus utama bagi Sir Alex Ferguson ketika datang ke United pada 1986 untuk menggantikan Atkinson. Selain misi menaklukkan Liverpool, Fergie juga menginginkan para pemainnya meninggalkan budaya minum dan lebih meningkatkan kemampuan fisik dengan berlatih di gym.

Sayangnya, tidak semua pemain bisa menerima aturan tersebut dan McGrath adalah salah satunya. Kebiasaan minum sulit sekali untuk ditinggalkan. McGrath sendiri akhirnya merasakan dampak dari kelakuan buruknya tersebut. Dirinya mulai terpinggirkan ketika Ferguson memasuki musim keduanya.

Selain itu, cedera lutut berkepanjangan menambah penderitaannya. Namun, alih-alih introspeksi diri, McGrath justru semakin keras kepala dan tidak mau mengubah sikap buruknya. McGrath bahkan justru balik memusuhi Fergie.

Sang gaffer akhirnya memutuskan untuk melego McGrath ke Aston Villa pada musim panas 1989. Ia juga menjual Norman Whiteshide yang ketika itu disebut-sebut sebagai pemain muda terbaik milik United. Sebuah keputusan yang dianggap oleh seorang Bryan Robson sebagai keputusan paling berani yang pernah dibuat Fergie semasa berkarir di United.

“Ketika Anda melego pemain yang menjadi kesayangan para fansnya, itu adalah keputusan yang sangat besar. Anda harus mendapatkan hasil yang baik dari keputusan tersebut. Tapi yang ada justru datangnya tekanan untuknya (Fergie) pada musim 1989/1990,” ujar Robson kepada Telegraph.

Pada 2007, McGrath sempat buka suara terkait penyesalannya tidak mengubah sikap di depan Fergie yang membuat masa depannya berjalan singkat di Manchester United. Dia tidak bisa merasakan nikmatnya mencicipi gelar Premier League. Ia sendiri hanya bisa merasakan nyaris menjuarai liga ketika Aston Villa berada persis di bawah United pada musim 1992/1993.

“Saya pikir dia (Fergie) bukan orang yang baik, tapi setelah saya hengkang dia adalah manusia yang paling baik. Dulu saya berpikir ‘saya harus melakukan apa yang saya mau dan tidak mendengarkan saran orang lain.’ Saya hanya mengangguk dan berkata ‘iya, iya’ tanpa pernah saya mengubah sikap saya,” ujarnya kepada BBC.

Ia menambahkan, “Saya sadar kalau itu bukanlah cara yang benar untuk bersikap. Saya katakan kepada putra saya bahwa dia harus mendengarkan pelatihnya. Saya berharap bisa mendengarkan kembali saran Sir Alex dan memenangi trofi karena bersama Aston Villa saya nyaris meraihnya.”

Bersama United, McGrath berkarir selama tujuh musim dan meninggalkan catatan berupa 203 penampilan, 16 gol, serta segudang penyesalan.