Foto: Marca.com

Pada era 1990-an, Derby Manchester bisa dibilang sebagai pertandingan yang tidak terlalu menarik untuk disaksikan. Pasalnya, kekuatan kedua kesebelasan saat itu bertolak belakang satu sama lain. United adalah tim yang sangat kuat, sedangkan City saat itu lebih banyak menghabiskan waktu sebagai tim papan bawah.

Namun sejak 2008, atmosfer pertandingan antara kedua kesebelasan berubah total. Pengambil alihan City oleh Sheikh Mansour langsung mengubah kekuatan kesebelasan berjuluk The Cityzens tersebut. Mereka mulai rajin mengumpulkan pemain-pemain terbaik dan sukses menjadi kekuatan baru di Inggris serta Eropa.

Beda dengan United yang mulai tidak akrab dengan papan atas. Meski United masih memiliki gelar terbanyak dari mereka, namun dalam beberapa tahun terakhir Manchester lebih condong ke warna biru dibanding merah.

Untuk menyambut Derby Manchester pertama musim 2022/23, berikut adalah momen-momen menarik yang pernah terjadi sepanjang pertemuan mereka.

Why Always Me

Siang hari di bulan Oktober 2011 menjadi siang kelabu bagi United. Mereka dipermak oleh City 1-6 di kandang sendiri. Pertandingan terburuk sepanjang karier Sir Alex Ferguson. Namun sorotan pada laga itu tidak hanya kepada skor yang mencolok melainkan juga kepada Mario Balotelli.

Pemain Italia ini mencetak dua gol, tapi yang lekat di ingatan adalah perayaan golnya yang pertama. Ia membuka jersey dan menunjukkan kaos dalam bertuliskan ‘Why Always Me.’ Sebuah pesan yang singkat tapi sarat makna.

Saat itu, Balotelli menyindir media Inggris dan juga dunia yang sering mengkritik setiap aktivitas yang dia lakukan. Hal itu memberinya beban mental yang membuatnya harus berkata kenapa selalu saya?

“Mario menyampaikan satu hingga beberapa ide terkait apa yang harus saya cetak di dalam kausnya. Beberapa ada yang tidak pantas. Seiring berjalannya waktu, dia berkata ‘Bagaimana dengan Why Always Me?’ Begitu dia bilang, saya langsung tahu kalau itu slogan yang tepat,” kata Lee Chapman, mantan kitman City.

Rooney Out of This World

Peter Drury adalah komentator yang terkenal dengan kalimat-kalimat puitisnya. Salah satunya adalah ketika ia mendeskripsikan aksi Wayne Rooney pada Derby Manchester 2010/2011 di Old Trafford sebagai sesuatu yang sangat fenomenal.

Tidak ada gol keren manapun dalam Derby Manchester selain gol salto Rooney yang membuat Joe Hart hanya berdiri mematung di gawang. Gol itu seperti mengakhiri spekulasi yang sempat menyebut kalau Rooney ingin pindah ke rivalnya yang berbaju biru itu.

Drama di Ujung Laga

Skor 3-2 yang sudah bertahan menjadi sirna ketika Rio Ferdinand melakukan kesalahan konyol yang mengakibatkan Craig Bellamy menyamakan kedudukan. Tambahan waktu yang seharusnya empat menit mendadak melebar menjadi enam menit lebih. Pada momen ini, United mencetak gol kemenangan melalui Michael Owen memanfaatkan assist Ryan Giggs.

United menang, Ferguson senang, Mark Hughes berang. Ia merasa kalau wasit membuat kesalahan dengan memberikan tambahan waktu sebanyak itu. Pihak dari Premier League pun bersuara kalau pertandingan terpaksa berakhir melebihi durasi karena gol Bellamy yang terjadi pada menit ke-90 dan perayaan mereka yang dianggap terlalu lama. Selain itu, United juga melakukan pergantian pemain terakhir mereka pada injury time sehingga laga berakhir hingga menit ke 90+7.

Comeback 

City sudah unggul terlalu jauh dari United. Tapi tidak ada salahnya untuk menunda pesta mereka yang sejatinya sudah bisa dilakukan kalau mereka mengalahkan United pada pertemuan di Etihad pada musim 2017/2018.

Segalanya berjalan lancar bagi tuan rumah. Babak pertama menjadi milik mereka setelah unggul 2-0 melalui Vincent Kompany dan Ilkay Gundogan. Gelar juara tampak sudah di tangan.

Segalanya berubah pada babak kedua. Paul Pogba mencetak brace cepat yang disusul dengan sontekan pelan Chris Smalling. United berbalik unggul dan bertahan hingga akhir sekaligus menunda pesta mereka setidaknya untuk sepekan.

Ole Ole Ole

Dari lima besar manajer yang paling sering mengalahkan Pep Guardiola, terselip satu nama yang mungkin tidak disangka bisa ada dalam daftar tersebut. Dia adalah Ole Gunnar Solskjaer.

Sang Guru Penjas, kata netijen Indonesia, bisa membuat Pep tunduk empat kali dalam sembilan pertemuan yang semuanya terjadi saat membela City dan United. Pada 2019/2020, Ole menang tiga kali dalam empat pertemuan melawan Pep. Musim berikutnya, Ole bahkan unbeaten di Liga Inggris. Sayangnya, Ole tidak bisa mengalahkan Pep pada musim lalu yang membuat Derby Manchester terakhirnya berakhir dengan kekalahan.